Kamis, 31 Januari 2013

Bom Terbang Hipersonik AS dan Jepang : Ancam Wilayah Udara Asia Pasifik

Manuver udara Amerika Serikat di Indonesia perlu diwaspadai oleh para stakeholders(pemangku kepentingan) kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Indonesia. Baru-baru ini berkembang informasi bahwa satelit-satelit pengindra Sumber Daya Alam (SDA) Amerika Serikat LANDSAT-1 sampai VII telah melintasi wilayah udara Indonesia pada ketinggian 36 ribu km di atas bumi. Tentu saja ini suatu perkembangan yang cukup mencemaskan dari segi kedaulatan dan integritas territorial udara Republik Indonesia.
Bom Terbang Hipersonik AS dan Jepang : Ancam Wilayah Udara Asia Pasifik
ilustrasi (img : whyfiles.org)

Betapa tidak. Menurut informasi dari Arie Sukiasto, pakar politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, dari pantauan satelit-satelit pengindra SDA tersebut, berhasil menemukan beberapa data penting bahwa mulai dari Aceh hingga Papua, ternyata penuh dengan cekungan Minyak Bumi dan Mineral Gas. Sudah barang tentu serangkaian data-data ini selain penting juga strategis dari sisi kepentingan nasional Amerika. Sehingga dengan demikian, Amerika punya referensi yang faktual dan terukur untuk menguasai daerah-daerah Indonesia yang memiliki nilai strategis dari segi geopolitik.  Khususnya yang kaya minyak dan mineral gas. Termasuk yang belakangan mulai terungkap di Sampang, Madura-Jawa Timur.

Justru gara-gara terjadinya pembantaian warga Muslim Syiah di Sampang, daerah ini mulai terungkap kandungan minyaknya yang cukup besar di Indonesia. Sekadar gambaran betapa kayanya Madura, mari kita telisik pendapatan daerah Kabupaten Sumenep dari bagi hasil migas untuk tahun 2011 dan 2012.


Berdasarkan data 2012 yang berdasarkan catatan seorang pakar energy ST Natanegara, Sumenep diperkirakan akan mendapatkan dana bagi hasil minyak dan gas sebesar Rp 8,8 triliun. Padahal menurut data resmi yang dipublikasikan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumenep hanya mencapai Rp 4 miliar. Padahal, kalau merujuk pada catatan St Natanegara, Rp 4 miliar yang katanya diperoleh dari sumber minyak dan gas, ternyata hanya sebagian kecil yang dialokasikan untuk program community development. Sedangkan perolehan Sumenep dari sumber minyak yang sebesar Rp 8 triliun tersebut, pajak pribadi pegawai MIGAS belum masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Masuk akal jika Amerika, Inggris, Kanada dan Cina, berebut menjadi kontraktor di daerah Sampang-Madura dan sekitarnya. Untuk blok Bawean, yang berhasil jadi kontraktor adalah Kerr McGee of Indonesia sedangkan operatornya adalah  Camar Resources dari Kanada.
Betapa strategisnya nilai geopolitik Madura bisa dilihat melalui  beberapa fakta berikut ini:

  • Blok Bulu Operator: Pearloil Satria Ltd (Uni Emirat Arab) Kontraktor: Sebana Ltd. 
  • Blok Pangkah Operator: Amerada Hess Indonesia-Pangkah Ltd (Amerika Serikat) Kontraktor: Premier Oil Pangkah Ltd.
  • Blok Onshore and Offshore Madura Strait Area Operator: Husky Oil (Madura) Ltd Kontraktor: Hudbay Oil International Ltd (Inggris).
  • Blok Karapan Operator: Amstelco Karapan Pte Ltd (Inggris) Kontraktor: Amstelco Karapan Pte Ltd Blok East Bawean I Operator: East Bawean.
  • Blok East Bawean I Operator: East Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: CJSC Sintezmorneftegaz (Rusia).
  • Blok South East Madura Operator: PT Energi Mineral Langgeng Kontraktor: PT Energi Mineral Langgeng.
  • Blok East Bawean II Operator: Husky Oil Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: Husky Oil Bawean Ltd.
  • Blok North East Madura III Operator: Anadarko Indonesia Company (Amerika Serikat) Kontraktor: Anadarko Indonesia Company.
  • Blok Madura Offshore Operator: Santos Madura Offshore Pty Ltd Kontraktor: Talisman Madura Ltd (Kanada).
  • Blok Mandala Operator: PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd Kontraktor: Konsorsium PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd.
  • Blok West Madura Operator: Kodeco Korea (6 Mei 1981-6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011-7 Mei 2031). Kontraktor: Kodeco Energy Company Ltd (6 Mei 1981-6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011-7 Mei 2031).
  • Blok North Madura Operator: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd. Kontraktor: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd.
  • Blok Ketapang Operator: Petronas Carigali Ketapang II Ltd (Malaysia) Kontraktor: Gulf Resources Ketapang (ConocoPhillips-Amerika Serikat).
  • Blok Terumbu Operator: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd Kontraktor: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd.
  • Blok South Madura Operator: South Madura Exploration Company Pte Ltd Kontraktor: PT Eksindo South Madura.
  • Blok Madura Operator: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd (Cina) Kontraktor: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd.

Menyadari kenyataan tersebut, maka hal ini telah menjelaskan mengapa Presiden Amerika Barrack Obama telah memutuskan untuk meningkatkan kekuatan angkatan lautnya di Australia. Keputusan Obama untuk menambah sebanyak 2500 personel marinirnya di Darwin, Australia, harus dibaca sebagai bentuk kecemasan Washington terhadap semakin agresifnya Cina tidak saja secara militer, melainkan juga dari segi ofensif ekonominya sebagaimana tergambar melalui pertarungan merebut tender sebagai Kontraktor di daerah kaya MIGAS di Madura-Jawa Timur.

Bagi Amerika, soal MIGAS bukan sekadar merebut Sumber Daya Alam negara-negara lain, melainkan juga sudah menjadi bagian integral dari isu keamanan nasional.

Terkait dengan penyebaran pasukan marinir Amerika di Darwin Australia, berbagai kalangan DPR-RI maupun beberapa negara ASEAN, memandang hal ini berpotensi meningkatkan ketegangan dan eskalasi konflik di kawasan Asia Tenggara. Beberapa waktu lalu, DPR-RI  telah memperingatkan kehadiran marinir AS di Negeri Kangguru itu. Beberapa anggota DPR bahkan mendesak Washington untuk memberi penjelasan kepada Jakarta terkait pangkalan militernya yang hanya berjarak 820 kilometer dengan Indonesia. Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin mengatakan, "Perlu ada jaminan dari AS, karenanya keberadaan pangkalan milter itu harus dijelaskan kepada pemerintah Indonesia."

Memang benar bahwa Presiden SBY sudah mendapat keterangan dari Presiden Obama ketika bertemu di KTT ASEAN Nusa Dua pada 2111 lalu bahwa penempatan pasukan tersebut semata untuk tanggap darurat bencana alam. Sayang sekali sepertinya SBY percaya begitu saja terhadap keterangan Obama yang bisa dipastikan hanya “retorika diplomasi” semata.

Indonesia udah seharusnya menunjukkan kekhawatiran serius atas kehadiran militer AS di dekat wilayahnya. Pemerintah juga perlu melobi negara-negara ASEAN untuk menyatakan keberatan terhadap agenda AS kawasan. Kehadiran pangkalan militer AS bagaimana pun akan mengganggu ketenangan dan pada jangka panjang akan memancing munculnya ketegangan di kawasan.

Bom Terbang Hipersonik AS: Ancam Wilayah Udara Asia Pasifik

Meskipun tujuan strategis Washington adalah penguasaan secara geopolitik negara-negara yang kaya minyak dan mineral gas seperti Indonesian dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada umumnya melalui sarana-sarana non militer, namun postur pertahanan AS tetap ditingkatkan pada skala yang cukup strategis. Karena itu, mencermati serangkaian produk-produk terbaru di matra udara dan ruang angkasa kiranya penting untuk jadi prioritas para pemegang otoritas keamanan nasional Indonesia.

Jika kita menelisik perkembangan industri strategis bidang pertahanan Amerika sejak 2011 lalu, ada informasi cukup mencemaskan. Novemver 2011 lalu Pentagon  berhasil melakukan ujicoba satu bom terbang yang melesat lebih cepat daripada suara dan akan memberi para perencana militer kemampuan untuk menyerang sasaran di mana pun di dunia dalam waktu kurang dari satu jam.

Produk yang bernama “Advanced Hypersonic Weapon", atau AHW ini, berhasil diluncurkan melalui roket di wilayah udara Pasifik, dengan kecepatan hipersonik sebelum menghantam sasaran di pulau karang Kwajalein di Marshall Islands, demikian isi pernyataan Pentagon ketika itu. Kwajalein terletak sekitar 4.000 kilometer di sebelah barat-daya Hawaii.

Tentu saja bagi para pakar industri pertahanan strategis diluncurkannya produk bom terbang hipersonik ini cukup mencemaskan. Karena sewaktu-waktu bisa mengancam kedaulatan udara Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, di tengah semakin menajamnya persaingan global AS versus Cina di kawasan ini.

Menurut taksiran beberapa ilmuwan teknologi udara, bom terbang hipersonik ini punya kecepatan melampaui 5 Mach --atau lima kali kecepatan suara-- 6.000 kilometer per jam.

Apapun alasan yang dikumandangkan pihak Pentagon ketika itu, Proyek AHW Angkatan Darat AS adalah bagian dari program "Prompt Global Strike", yang berusaha memberi militer AS sarana untuk mengantar senjata konvensional di tempat lain di dunia dalam waktu satu jam. Bayangkan, jika AHW ini digunakan dengan tujuan untuk melancarkan agresi militer ke sebuah negara atau kawasan. Negara manapun yang dalam posisi sebagai musuh Amerika, bisa dipastikan akan cemas dengan kepemilikan senjata macam AHW ini.

Dan dalam program yang bernama “Prompt Global Strike” ini, Washington memang sepertinya tidak main-main. Bayangkan saja. Pentagon telah menanam 239,9 juta dolar AS dalam program Global Strike tahun ini, termasuk 69 juta dolar AS untuk bom terbang yang diuji coba pada 2011 lalu.

Satelit Mata-Mata Jepang Semakin Pertajam Ketegangan di Asia Pasifik

Selain semakin agresifnya postur pertahanan AS di Asia Tenggara, manuver udara Jepang, sekutu tradisional AS sejak pasca Perang Dunia II, kiranya juga perlu kita waspadai. Awal Januari 2013 lalu,  Jepang meluncurkan dua satelit mata-mata ke orbit, untuk memperkuat kemampuan pengawasannya, termasuk mengawasi Korea Utara dari jarak dekat.

Mengingat kenyataan adanya persekutuan strategis yang solid antara Amerika dan Jepang, maka perkembangan terkini adanya satelit mata-mata Jepang tersebut nampaknya paralel dengan manuver pengindra Sumber Daya Alam (SDA) Amerika Serikat LANDSAT-1 sampai VII yang baru-baru ini dikabarkan telah melintasi wilayah udara Indonesia pada ketinggian 36 ribu km di atas bumi. Karena baik satelit jenis LANDSAT-1 sampai VII maupun dua satelit mata-mata Jepang tersebut, keduanya masuk kategori pengumpul data intelijen. Kedua satelit Jepang pengumpul data intelijen tersebut ditempatkan ke orbit dengan menggunakan roket H-2A buatan dalam negeri Jepang, yang terdiri dari satelit radar operasional dan satelit optikal percobaan.

Peluncuran dilakukan dari Tanegashima Space Center, Pulau Tanegashima, selatan Jepang, sekitar pukul 13.40 waktu setempat (11.40 WIB) oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dan Mitsubishi Heavy Industries Ltd. "Roket itu terbang sesuai rencana dan melepaskan kedua satelit itu," kata JAXA dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP.

Ini jelas sebuah perkembangan informasi yang cukup menarik. Keterlibatan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dan Mitsubishi Heavy Industries, menggambarkan betapa pembangunan dan pengembangan industry strategis pertahanan terkait secara langsung dengan pembangunan industri strategis Jepang pada skala  dan lingkup yang lebih luas. Artinya, kalau peluncuran dua satelit mata-mata Jepang ini dipandangns sebagai bagian dari perkembangan kemajuan industri pertahanan Jepang, maka keterlibatan dua badan strategis Jepang ini, harus dibaca sebagai bukti nyata bahwa urusan pertahanan dan pengembangan peralatan militer Jepang saat ini, bukan sekadar urusan pihak militer semata. Melainkan sudah menjadi isu strategis yang ditangani oleh berbagai elekmen sipil di Jepang.

Bagi Indonesia, perkembangan teknologi pertahanan Jepang tersebut harus dicermati secara seksama dan penuh kewaspadaan mengingat adanya eksamaan misi antara Amerika dan Jepang untuk mengincar kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik pada umumnya.

Sebagai satelit radar operasional yang ditujukan untuk melengkapi sistem pengawasan, pada perkembangannya satelit jenis ini bukan sekadar alat yang berfungsi defensif. Melainkan juga bisa digunakan untuk tujuan yang lebih agresif. Karena satelit mata-mata ini akan memungkinkan Jepang untuk memantau setiap tempat di dunia setidaknya dalam satu kali sehari, sekalipun tertutup awan dan malam hari.

Sedangkan satelit optikal percobaan adalah satelit demonstrasi untuk mengumpulkan data bagi riset dan percobaan teknologi masa depan dan berbagai perbaikan yang memungkinkan Jepang meningktakan kemampuan surveilans-nya (pengawasan). Dari kemampuan ini saja, Jepang bisa memantau dan mendeteksi berbagai perkembangan teknologi Indonesia maupun negara manapun yang jadi sasaran pengintaian pihak Jepang. Sekaligus ini juga membuktikan bahwa program riset dan percobaan teknologi di Jepang terkait erat dengan kebijakan strategis pertahanan Jepang di masa depan.

Tak pelak lagi ini cukup mencemaskan bagi angkatan udara Indonesia dan negara-negara yang berpotensi sebagai musuh Jepang di masa depan. Satelit radar, yang merupakan satelit pengumpulan intelijen, dilaporkan akan segera beroperasi secara penuh pada bulan April nanti. Satelit itu diletakkan dengan jarak beberapa ratus kilometer di luar angkasa, dikabarkan mampu mengambil foto obyek berukuran satu meter di bumi.

Sepertinya seluruh elemen strategis Jepang bersatu-padu untuk urusan ini.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang bersikap keras terhadap Korut memuji keberhasilan peluncuran satelit itu. "Pemerintah akan menggunakan sebanyak-banyaknya sistem itu untuk meningkatkan keamanan nasional dan manajemen krisis kami," kata Shinzo Abe yang dikutip stasiun radio NHK.

Meskipun ini merupakan pernyataan resmi pemerintah, namun frase “meningkatkan keamanan nasional dan manajemen krisis” kiranya harus diartikan sebagai kalimat bersayap yang bisa juga diartikan bahwa satelit ini siap untuk jadi bagian dari peralatan militer Jepang yang bersifat agresif.

Yang jelas, peluncuran satelit ini saja pemerintah Jepang telah mengeluarkan anggaran sebesar 10 miliar dolar AS atau sekitar  96, 5 triliun rupiah. Jelas jumlah yang cukup fantastis mengingat anggaran pertahanan Indonesia saja saat ini hanya sekitar 72 Triliun per tahun.

Yang perlu digarisbawahi melalui kajian ini, keberhasilan peluncuran satelit mata mata Jepang ini, berarti menambah panjang daftar kesuksesan roket jenis H-2A, yang sebelumnya telah berhasil mengantarkan 15 satelit Jepang  ke luar angkasa. Sehingga Jepang saat ini telah berhasil mengopeasikan satu satelit radar dan tiga satelit optik.

Sekadar informasi tambahan. Jepang mulai membuat rencana untuk menggunakan satelit guna mengumpulkan data intelijen setelah Korea Utara meluncurkan rudal jarak jauh pada tahun 1998. Satelit intelijen Jepang diluncurkan pertama kalinya pada Maret 2003, sebagai tanggapan atas uji rudal Korut pada 1998.

Berarti situasi di Semenanjung Korea, memang cukup memanas, bisa menjadi pemicu ketegangan regional yang menyeret AS, Cina dan bahkan Rusia, dalam konflik militer berskala luas di dalam beberapa waktu ke depan.

Apalagi ketika Korea Utara pada Desember 2012 lalu mengklaim berhasil meluncurkan roket jenis Unha-3 untuk membawa satelit cuaca ke orbit.  Alhasil, keberhasilan ini memicu kecemasan Jepang karena roket ini berhasil terbang melintasi gugusan pulau Okinawa.

Manuver ruang angkasa Korea Utara ini tentu saja dikecam AS dan sekut-sekutunya sebagai manuver tersamar Korea Utara untuk program teknologi rudal dengan dalih meluncurkan roket untuk membawa satelit cuaca ke orbit.

Tren ini harus dibaca dengan seksama oleh para pemegang otoritas keamanan nasional Indonesia mengingat kenyataan bahwa Jepang saat ini menjadi tempat bagi 5000 tentara Amerika untuk menghadang ancaman dari Korea Utara.

Mengingat kenyataan Jepang berada dalam jangkauan rudal Korea Utara, maka kerjasmaa AS-Jepang untuk mengembangkan satelit mata-mata, maka Jepang saat ini sudah bisa diasumsikan memiliki sistem pertahanan rudal sendiri. Sehingga dari sudut pandang persekutuan strategis AS-Jepang, satelit mata mata ini bukan sekadar bersifat defensive, melainkan ofensif di masa depan.  


Penulis : Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Senin, 21 Januari 2013

Tahun Ini TNI AD Anggarkan Rp.2,7 T Belanja Alutsista Baru


JAKARTA-(IDB) : Jajaran TNI Angkatan Darat sedianya membelanjakan dana lebih dari Rp2,7 triliun pada 2013. Sebagian besar anggaran itu untuk membeli peralatan baru. 
Pengumuman lelang Mabes TNI AD menyebut ada 11 direktorat/dinas yang akan menggelar lelang. Mereka yakni Pusat Intelijen AD akan menggelar lelang senilai Rp89,22 miliar.
 
Pusat Penerbangan Angkatan Darat akan membelanjakan Rp171,7 miliar. Sejumlah dana itu digunakan untuk pemeliharaan pesawat dan pengadaan alat angkut. Porsi pengadaan peralatan keselamatan (navigasi dan komunikasi) nilainya mencapai Rp108,7 miliar.
 
Direktorat Zeni AD melaksanakan belanja material Rp184 miliar. Direktorat Perhubungan AD melakukan belanja Rp687,67 miliar dan di antaranya dialokasikan untuk pengadaan alat perhubungan sebesar Rp669,5 miliar.
 
Direktorat Peralatan AD menganggarkan belanja Rp985,37 miliar. Anggaran itu antara lain digunakan untuk pengadaan amunisi senilai Rp280 miliar, pengadaan senjata dan alat optik Rp406 miliar dan pengadaan/pergantian kendaraan tempur Rp95,6 miliar.
 
Adapun Direktorat Pembekalan AD belanja sebesar Rp588,84 miliar. Dana itu di antaranya digunakan untuk belanja alat angkut air sebesar Rp174,1 miliar, payung udara Rp16,2 miliar, alat kesatrian dan alat mesin kantor senilai Rp34,53 miliar.
 
Direktorat Kesehatan AD belanja senilai Rp14,58 miliar. Dana itu digunakan untuk pemeliharaan alat kesehatan Rp3,29 miliar dan pengadaan material kesehatan Rp11,28 miliar.
 
Direktorat Topografi AD akan belanja Rp3,6 miliar dan di antaranya untuk pengadaan alat topogradi Rp3,2 miliar.
Sementara Dinas Penerangan AD akan belanja senilai Rp1,35 miliar. Dari dana itu sebesar Rp1,3 miliar digunakan untuk membeli alat khusus penerangan.
 
Dinas Penelitian dan Pengembangan AD belanja Rp5,4 miliar. Dari dana itu sebesar Rp4,59 miliar digunakan untuk pengadaan alat laboratorium.
 
Sementara Dinas Informasi dan Pengolahan Data AD akan belanja alat Rp51,27 miliar. "Keterangan lebih lanjut bisa menghubungi badan pelaksana pusat TNI AD di masing-masing direktorat dan dinas," demikian jelas pengumuman lelang itu.
 
Soal pengadaan kebutuhan militer, pengamat transparansi anggaran Lucky Djani menilai sudah ada kemajuan terkait dengan keterbukaan informasi belanja militer. Setidaknya saat ini daftar belanja itu diumumkan terbuka.
 
Meski demikian perlu pula dikritisi apakah kebutuhan yang dibeli mendesak dan mendukung kinerja. "Tetap perlu dikritisi efektivitas belanja itu apakah berbasis kinerja," jelas pria yang pernah bergiat di Indonesia Corruption Watch dan Transparency International Indonesia.
 
Lucky menilai memang belanja militer terkait pertahanan negara kerap berbenturan dengan transparansi informasi. Meski demikian persoalan itu tetap bisa disiasati dengan pelibatan auditor terbatas yang menjadi pengawas seberapa efektif suatu belanja terhadap peningkatan kinerja.
 
Sementara pegiat antikorupsi di Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi menilai pengumuman pengadaan secara elektronik belum menjamin keterbukaan informasi. Pasalnya, detail belanja yang dibutuhkan kini tak bisa diakses.
 
"Bila dulu pengumuman ditempel, bedanya sekarang diumumkan melalui website. Tapi kebutuhan dan spesifikasi detail barang yang hendak dibeli tidak muncul," ujar Uchok.
 
Hal itu, lanjut dia, membuat masyarakat tetap tak bisa ikut mengawasi belanja pemerintah.





Sumber : Bisnis

TNI AD Perkuat Perbatasan Dengan Yon Armed Lengkap Dengan Skuadron Helikopter


BERAU-(IDB) : Kodam VI/Mulawarman memperkuat pertahanan di utara Kaltim. Berau jadi sentralnya. Di kabupaten ini, TNI bakal menempatkan dua kekuatan yang siap dalam waktu dekat. Yakni, Artileri Medan (Armed/ARM) dan satu skuadron helikopter -- satu skuadron 18 helikopter. Pangdam VI/Mlw Mayjen Dicky Wainal Usman mengatakan, tahun ini tengah dimatangkan infrastruktur untuk skuadron helikopter tersebut.
“Skuadron di Berau itu akan menggunakan lapangan terbang lama di sana (Berau). Kita sudah komunikasi dengan pemkab soal itu,” katanya saat bincang dengan Kaltim Post di ruangannya, pekan lalu.

Kata dia, satu skuadron di Berau ini mengcover kawasan daratan tak hanya di Kaltim, tapi juga Kalimantan Utara (Kaltara) yang bakal lepas dari Benua Etam. Juga mengcover Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Skuadron ini diperkirakan bakal terpenuhi seluruh kekuatan helikopternya pada 2015.

“Kita harus menjaga semua fasilitas di Kaltim, karena itu harus tercover dengan jangkauan personel,” katanya. Saat ini Kodam sudah punya dua helikopter.

Secara bertahap akan dilengkapi sampai memenuhi satu skuadron. “Saya melihat Berau ini sentral, dengan kawasan perbatasan juga jaraknya relatif tidak jauh,” jelas Pangdam, sambil menunjuk pada peta Berau di dinding ruangannya. Posisisnya, ada di tengah-tengah, antara daerah-daerah di Kaltim dan Kaltara.
Sedangkan Armed, jelas dia, di Berau sudah ada satu batalyon atau 400 personel. Dinilai sebagai sentral itulah, Armed juga ditempatkan di satu-satunya kabupaten di utara yang tak bergabung dengan Kaltara itu. Target tahun ini sudah terpenuhi.

Sedangkan untuk pengamanan kawasan perbatasan, Pangdam sudah berkoordinasi dan mempererat kerja sama dengan Pemprov Kaltim, dan kabupaten yang daerah mereka masuk kawasan perbatasan; Nunukan, Malinau, dan Kutai Barat (Kubar). Kawasan perbatasan, jelas dia, memang yang terpenting adalah mengintensifkan pembangunan infrastruktur. “TNI siap (membantu). Kami punya alat berat, kami punya armada, dan bisa membantu bikin jalan,” tuturnya. 





Sumber : Kaltimpost

Kamis, 17 Januari 2013

Singapura Caplok Wilayah Indonesia

Headline
Pulau Semakau di Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang, Batam 


Batam (MI) :  Pemerintah Singapura memasukkan Pulau Semakau yang berada di Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau ke dalam peta negaranya.


Pulau Semakau terletak sekitar 1.06.06.01 Lintang Utara dan 103.49.27.41 Bujur Timur. Untuk menuju ke pulau ini dari Pelabuhan Sekupang memakan waktu sekitar 30 menit menggunakan pompong (perahu kecil). Pulau ini dihuni sekitar sembilan kepala keluarga (KK). Keberadaan pulau terluar ini sejajar dengan Pulau Nipah. Namun Pulau Nipah agak sedikit menjorok ke laut Singapura.



Ketua Yayasan Pendidikan Maritim Indonesia (YPMI) Nada Faza Soraya mengaku heran, Pulau Semakau masuk ke dalam bagian negara Singapura.



"Kenapa pula bisa masuk ke dalam peta negara Singapura. Ini mesti diperjelas," kata Nada di sela-sela kunjungannya ke Pulau Semakau, Rabu (16/1/2013).



YPMI sendiri mengakui datang ke Pulau Semakau karena ingin membantu warga di pulau itu dengan meluncurkan program.



"Yang pertama pencanangan pembangkit listrik tenaga surya yang akan kita buat di Pulau Semakau. Biar anak-anak bisa belajar pada saat malam hari dan juga siangnya bisa dimanfaat untuk aktifitas yang lainnya," katanya.

Esensi Beralutsista


Postur negara yang ideal sesungguhnya mirip dengan postur jasmani manusia yang kekar, kuat dan berpenampilan menarik.  Punya olah pikir, olah daya, olah rasa dan sekaligus tolak bala.  Kemampuan tolak bala ini dalam konsep postur manusia adalah kemampuan melawan segala macam ancaman yang datang dari dalam tubuh itu sendiri berupa penyakit maupun orang-orang yang mengajak gelut oleh suatu sebab.  Negara juga tak jauh beda, untuk mempertahankan eksitensinya, mengamankan jalan hidupnya dan memberdayakan sumber daya yang ada di dalamnya diperlukan organisasi militer untuk mengawal dan mempertahankannya. Organisasi militer merupakan satu kesatuan yang utuh dengan nadi negara dalam membangun eksistensi termasuk membangun kesejahteraan.

Esensi beralutsista adalah memahami kebutuhan salah satu organ tubuh itu, tangan dan kaki, untuk mampu menjalankan fungsinya sebagai anggota gerak yang diandalkan jika suatu saat diperlukan melindungi organ tubuh yang lain.  Militer dan alutsista adalah instrumen yang tak dapat dipisahkan.  Jadi sangat lucu jika militer kuat secara postur fisik orangnya, jago bela diri, tahan uji di hutan tetapi alutsistanya masih sekelas S60 (maksudnya sekelas tahun 60an). Makanya mendandani militer kita merupakan kewajiban mutlak seirama dengan kemajuan ekonomi yang telah kita dapatkan saat ini.  Hanya orang-orang yang sableng saja yang mengatakan tidak perlu kita memiliki militer yang kuat.  Atau mereka yang memang punya tujuan hendak membonsai militer karena memang dibayar untuk itu atau karena punya kebencian yang mendalam.

Diantara semua argumen yang disuarakan pihak sableng itu untuk tidak menganggap penting mempersenjatai tentara dengan alutsista modern karena  sepanjang perjalanan bangsa ini relatif tidak ada ancaman terhadap eksistensi bangsa.  Tidak ada perang terbuka dengan negara tetangga.  Ini beda dengan India dan Pakistan yang sudah lebih dari sekali terlibat perang terbuka.  Perang terbuka tahun 1971 akhirnya melahirkan negara Bangladesh yang sebelumnya bernama Pakistan Timur.  Merasa dipermalukan India, Pakistan memperkuat militer dan persenjataannya termasuk senjata nuklir.  India juga tak mau kalah dengan membangun militernya secara besar-besaran termasuk kekuatan nuklirnya.

Adalah sebuah kekeliruan jika kita mengabaikan pembangunan kekuatan militer oleh sebab yang disebut tadi, tidak ada ancaman.  Ada atau tidak ada ancaman  perjalanan bangsa ini mesti dikawal dengan kekuatan militer yang memadai karena militer itu senyawa dengan perjalanan eksitensi bangsa.  Militer itu organ tubuh negara, bagian yang tak terpisahkan ketika bangsa ini membangun kesejahteraan dan ketahanan ekonominya. Seirama dengan itu memperkuat militer dengan alutsista modern adalah kesetaraan yang mesti dikedepankan tanpa bermaksud mentang-mentang.

Maka dengan kelapangan cara pandang, selayaknya kita terus menerus mempersiapkan kekuatan militer dengan memberinya gizi yang setara dengan kemajuan ekonomi yang didapat.  Tidak terbantahkan memang, perjalanan pertumbuhan ekonomi selama 9 tahun terakhir cukup membungakan hati sehingga pada akhirnya kita bisa membangun kekuatan militer setelah sekian lama puasa alutsista.  Jangan lupa perjalanan pemerintahan SBY selama 9 tahun ini prioritas tamanya adalah pembangunan ekonomi.  Artinya selama 6 tahun pertama belum ada yang signifikan dalam belanja alutsista kita, ya se adanya saja.  Baru 3 tahun terakhir ini belanja alutsista dijalankan dengan argo penuh untuk mempercepat modernisasi alutsista TNI.

Tahun 2014 nanti ketika SBY mengakhiri perjalanan pemerintahnya dengan 2 kali masa jabatan, pada saat itu sudah banyak aluistsista yang berdatangan.  Meski begitu untuk ukuran kekuatan ideal, belanja alutsista sampai tahun 2014 belumlah masuk kategori gahar.  Kedatangan berbagai jenis alutsista baru itu hanya untuk menutupi kekurangan alutsista yang sangat bersahaja dan kurang gizi.  So sampai tahun 2014 sejatinya kita baru sampai pada tahap memulihkan “kesehatan gizi” alutsista, kita baru sembuh, saudaraku.

Itulah sebabnya cerita pengadaan alutsista di periode berikutnya tahun 2015-2019 dengan figur kepemimpinan yang baru adalah kunci menuju kekuatan kesetaraan dengan negara sekitarnya. Oleh sebab itu perlu selalu dikumandangkan cara pandang pemerintahan eksiting sekarang ini untuk disambung dengan kebijakan yang sama dan sebangun dengan next government.  Meneruskan program penguatan alutsista TNI. Jangan sampai ketika gizi alutsista sudah sampai pada taraf kesehatan gizi lantas dibiarkan lagi karena menganggap sudah cukup.  Teknologi apapun dalam ruang kekinian termasuk teknologi alutsista merupakan “makhluk ciptaan” yang berusia pendek. Hari ini kita membeli atau memproduksi satu jenis alutsista dengan teknologi terkini, lima tahun lagi sudah ada edisi tercanggihnya.  Nah itulah salah satu argumen mengapa kita harus terus memperbaharui alutsista.

Bangsa ini akan terus menapaki jalan kehidupannya, melintas dalam pembaharuan waktu dan upaya mensejahterakan sumber daya manusianya.  Kita akan terus menjalani ruang waktu ini bersama konektivitas dan hubungan antar bangsa yang dinamis dan simbiosis.  Peran militer adalah untuk mengawal dan menjaga kewibawaan hubungan yang dinamis itu utamanya memelihara kewibawaan bernegara dari rangsangan pihak luar yang hendak bersitegang.  Negara yang punya militer kuat, tentu dengan kemajuan ekonomi yang signifikan, memberikan nilai tambah dalam spirit nasionalisme. Spirit kebangsaan itu sudah ada dalam naluri anak bangsa.  Kebanggaan itu akan semakin sempurna manakala kita punya kekuatan militer dengan alutsista yang canggih.  Itulah sejatinya esensi beralutsista.

Kisah TNI Bersama Banjir Jakarta


 Pasukan Kodam Jaya tambal Kanal Banjir Barat semalaman

Pemprov DKI Jakarta meminta bantuan pasukan zeni Kodam Jaya untuk menambal kanal banjir barat (KBB) yang jebol di sekitar Jl Latuharhary, Jakarta Pusat. Mereka memasang bronjong (batu yang disusun dan diikat dengan kawat) untuk menahan arus air.

"Metode pengerjaan dengan pemasangan bronjong. Bronjong diisi supaya tidak membahayakan agar tidak mendatangkan air lagi. Kalau airnya sangat besar ya nambah bronjong," kata Wakil Komandan Zeni Kodam Jaya Letkol Suardi Samiran, Kamis (17/1).

Suardi optimistis pasukannya bisa menambal KBB tepat waktu sebelum air datang lagi. "Kalau dengan malam ini InsyaAllah selesai," kata perwira menengah ini.

Mengenai baliho iklan yang nyaris roboh di Jl Latuharhary, Suardi meminta agar segera diturunkan saja agar tidak mengganggu pekerjaan.

Tadi siang, Kawasan Latuharhary diterjang banjir setinggi semeter lebih. Pemukiman elite di jantung Jakarta ini lumpuh.(mdk/ian)
 Tim SAR Kopassus evakuasi korban banjir di Kampung Pulo

Tidak ada kata letih bagi tim SAR untuk tetap melakukan evakuasi korban banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur. Kesulitan mereka, sebagian besar warga yang akan diselamatkan lebih memilih bertahan di lantai dua rumah, di atas genangan air berwarna coklat.

Merdeka.com mendapat kesempatan untuk mengikuti proses evakuasi Tim SAR di wilayah Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (17/1). Petugas tim SAR meminta merdeka.com mengenakan pelampung saat naik perahu karet karena arus besar sekali.

Mesin pun dinyalakan, setir perahu karet diputar mengarah lokasi warga yang akan dievakuasi. Baru saja 5 meter perahu karet hitam ini dijalankan derasnya arus air Kali Ciliwung sudah sulit untuk dilewati.

"Kecepatan harus pelan kalau begini, kalau kita gas bisa kebalik perahunya," ujar anggota Kopassus bernama Ahmed yang menakhodai perahu itu.

Setelah berhasil menerjang arus, kondisi rumah di bantaran kali pun terlihat. Bagaikan kota mati tidak terlihat adanya kehidupan di rumah yang berada persis di pinggiran kali itu. Hanya genteng berbahan seng dan asbes saja yang terlihat di rumah semi permanen tersebut.

Setelah berjalan kurang lebih 50 meter, baru terlihat adanya warga Kampung Pulo yang berdiri di sebuah bambu yang terlihat seperti rakit. Puluhan warga ini pun menunggu Tim SAR untuk menjemput mereka.

"Awas!" teriak seorang warga dari tepian kali saat melihat sampah kayu hendak menabrak perahu tim SAR.

Sampah kayu itu pun tak bisa dihindari dan menabrak perahu karet kami. "Tenang aja, ini mah nggak apa apa. Asal jangan berbelit aja baling-baling perahu kita," kata Ahmed.

Beberapa anggota Kopassus yang sudah berjaga di sana pun membantu warga untuk masuk ke perahu. Ketika perahu penuh, langsung balik ke tempat semula. Damin warga RT 12 RW 2, menceritakan kondisi warga yang tetap bertahan seperti dirinya.

"Sudah tiga hari kami di sini, kalau kami di rumah, sudah gak kuat lagi. Dingin," ujar Damin yang naik dengan keluarganya.

Menurut pria paruh baya ini, alasan bertahan di sana karena sudah biasa menghadapi banjir. Dia pun makan seadanya saat bertahan.

"2007 lebih parah mas dari ini. Bisa sampai 10 meter. Ini dingin aja makanya kami mau dievakuasi. Yang penting rumah udah diberesin," kata Risky, anak pertama Damin dengan kondisi menggigil di tubuhnya.

Cerita Damin dan keluarga pun terhenti sesaat, Ahmed sang pengemudi meminta penumpang perahu untuk menundukkan kepala, karena ada ranting pohon.

"Nunduk mas, nunduk, ada pohon," teriak Ahmed

Perahu karet pun terhenti dan tersangkut pohon, istri Damin pun sempat panik dan berdoa. 

"Kalo nggak saya pinggirin bisa tabrakan sama perahu karet Brimob, makanya saya pinggirin ke pohonan, maaf yah," lanjut Ahmed usai melewati pohon.

Tak terasa perahu pun sampai ke tanggul kali di Jatinegara Barat. Keluarga Damin pun dievakuasi Tim Kopassus yang sudah menunggu dan membawanya ke posko pengungsian.(mdk/tts)
http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/17/1348365-banjir-di-bundaran-hotel-indonesia-620X310.jpg
Bunderan HI

● Merdeka

Dislitbangau Ujicoba Bom Anti Personal

Ilustrasi Bom Pesawat TNIAU
Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbangau) akan mengadakan uji coba bom anti personel di Lanud Iswahjudi. Uji coba bom ini guna mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di tanah air.

Terkait uji coba bom tersebut, Tim dari Dislitbangau, sebelum pelaksanaan uji coba bom, memaparkan terlebih dahulu produk yang akan di uji coba, serta menyamakan persepsi terhadap hasil penelitian dan pengembangan dengan satuan pengguna.

Tim yang dipimpin oleh Kolonel Tek Agus Rudi Supriyadi iterima langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., didamping Komandan Wing 3, Kolonel Pnb Teddi Rizalihadi dan para pejabat Lanud Iswahjudi, di Ruang Briefing Teddy Kustari, Kamis, 17 Januari 2013.

Dalam paparan tersebut, Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., merasa bersyukur dan bangga atas hasil yang dicapai Dislitbangau dalam kaitan dengan keterbatasan anggaran. "Diharapkan produk yang dihasikan Dislitbangau ini kedepan dapat dikembangkan sehingga dapat menghemat anggaran," Ungkap Marsma TNI Yuyu.

Lebih lanjut, Danlanud berpesan agar pelaksanaan uji coba bom ini dikaji sedetail mungkin, ikuti prosedur yang ada serta koordinasikan sebaik-baiknya dengan pihak-pihak terkait, dan yang tidak kalah pentingnya utamakan keamanan dan keselamatan dalam rangkaian uji coba bom tersebut, sehingga dapat berjalan dengan lancar, aman dan sukses.

Sementara, Tim Dislitbangau memaparkan hasil penelitian dan pembuatan Blast Effect Bom Anti Personel yang merupakan bom yang dirancang khusus untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan dengan sasaran, dan akan diuji coba akhir bulan Januari 2013 dengan menggunakan pesawat F-16/Fighting Falcon di ASR Pandanwangi, Lumajang Jawa Timur.