Khusus untuk untuk alutsista kapal selam, menjadi menarik untuk dibahas karena beberapa negara ASEAN sudah dan sedang berencana menambah serta melengkapi alutsista mereka dengan kapal selam canggih. Meski belum pas disebut sebagai “perlombaan senjata” dalam pengadaan kapal selam ini, nyatanya banyaknya penambahan kapal selam di kawasan ini akan menjadi sebuah tantangan dan peluang bagi masing-masing negara dalam menjaga kedaulatannya serta menjaga kestabilan keamanan kawasan ASEAN.
Kapal Selam Canggih di ASEAN Saat ini
Saat ini tercatat hanya ada 4 negara di ASEAN yang sudah memiliki alutsista berupa kapal selam. Keempat negara ASEAN itu adalah Indonesia, Singapura, Malaysia dan Vietnam. Indonesia memiliki 2 unit kapal selam U-209 buatan Jerman yang dibeli tahun 1980an. Singapura juga memiliki 2 unit kapal selam Archer Class yang merupakan kapal selam bekas Swedia.
Malaysia juga beberapa tahun lalu sudah memiliki dan mengoperasikan 2 unit kapal selam canggih Scorpane buatan Prancis. Kapal selam ini merupakan kapal selam baru yang sangat canggih dan bisa disebut salah satu kapal selam tercanggih di kawasan ASEAN. Tidak mau tertinggal, Vietnam sejak tahun 2014 lalu juga sudah mulai mengoperasikan kapal selam Kilo buatan Rusia. Sampai saat ini, Vietnam sudah memiliki 3 dari 6 unit kapal selam Kilo yang mereka pesan dari Rusia.
Negara lainnya praktis belum memiliki kapal selam dalam daftar alutsista mereka. Namun beberapa negara sudah menunjukkan ketertarikan besar memiliki kapal selam, diantaranya Thailand dan Filipina.
Malaysia juga beberapa tahun lalu sudah memiliki dan mengoperasikan 2 unit kapal selam canggih Scorpane buatan Prancis. Kapal selam ini merupakan kapal selam baru yang sangat canggih dan bisa disebut salah satu kapal selam tercanggih di kawasan ASEAN. Tidak mau tertinggal, Vietnam sejak tahun 2014 lalu juga sudah mulai mengoperasikan kapal selam Kilo buatan Rusia. Sampai saat ini, Vietnam sudah memiliki 3 dari 6 unit kapal selam Kilo yang mereka pesan dari Rusia.
Negara lainnya praktis belum memiliki kapal selam dalam daftar alutsista mereka. Namun beberapa negara sudah menunjukkan ketertarikan besar memiliki kapal selam, diantaranya Thailand dan Filipina.
Kapal Selam Canggih ASEAN di Masa Mendatang
Beberapa tahun kedepan, ada kecenderungan penambahan kekuatan alutsista kapal selam di negara-negara ASEAN dan kawasan Asia Pasifik. Indonesia sendiri sudah menandatangani kontrak untuk menambah 3 unit kapal selam DMSE-209 terbaru untuk bergabung dengan inventori alutsista TNI. Ketiga kapal selam canggih yang di pesan dari Korea Selatan tahun 2011 ini, akan mulai tiba di Indonesia pada tahun 2016 sampai 2018 mendatang. Artinya sampai tahun 2018, jumlah kapal selam Indonesia akan menjadi 5 unit yang terdiri dari 2 unit Kapal Selam U-209 dari Jerman dan 3 unit kapal selam DSME-209 dari Korea Selatan.
Kapal Selam U-209 401 Cakra Milik Indonesia. Source : defenceindustrydaily.com
Tidak hanya berhenti sampai disitu, militer Indonesia juga merencanakan akan menambah lagi 2 unit kapal selam pada tahun 2020. Sehingga pada tahun 2020an, diharapkan militer Indonesia sudah dilengkapi dengan 7 unit kapal selam canggih untuk menambah kekuatan perang Indonesia. Meski masih sebatas rencana, penambahan jumlah kapal selam Indonesia ini akan membuat negara sekitar juga semakin berhitung.
Kapal Selam U-209 401 Cakra Milik Indonesia. Source : defenceindustrydaily.com
Tidak hanya berhenti sampai disitu, militer Indonesia juga merencanakan akan menambah lagi 2 unit kapal selam pada tahun 2020. Sehingga pada tahun 2020an, diharapkan militer Indonesia sudah dilengkapi dengan 7 unit kapal selam canggih untuk menambah kekuatan perang Indonesia. Meski masih sebatas rencana, penambahan jumlah kapal selam Indonesia ini akan membuat negara sekitar juga semakin berhitung.
Tidak mau kalah dari Indonesia, negara-negara di ASEAN pun beberapa tahun mendatang juga menambah dan memodernisasi kekauatan alutsista kapal selam mereka. Sebut saja Singapura yang sudah menandatangani kontrak pembelian dua unit kapal selam canggih U-218 SG buatan Jerman. Kontrak pengadaan dua unit kapal selam modern ini menelan anggaran sekitar US$1.3 Miliar, dimana kapal selam ini akan tiba di Singapura pada tahun 2020 mendatang. Sehingga ditahun 2020, SIngapura akan memiliki 4 unit kapal selam yang terdiri dari 2 unit Kapal Selam Acrher Class (bekas Swedia) dan dua unit Kapal Selam U-218 SG dari Jerman. Ini artinya ketika Indonesia memiliki 5-7 kapal selam di tahun 2020, Singapura juga akan memiliki 4 unit kapal selam canggih.
Vietnam juga tidak mau kalah dalam hal modernisasi dan penambahan alutsista kapal selam canggih. Jika saat ini, Vietnam baru menerima 3 unit kapal selam Kilo dari Rusia, besar kemungkinan sebelum tahun 2020 mendatang, Vietnam sudah menerima keseluruhan dari total 6 unit kapal selam Kilo yang mereka pesan dari Rusia. Kapal selam Improved Kilo ini memiliki kemampuan menembakkan missil ke target didarat menggunakan rudal Klub-S. Dengan adanya 6 unit kapal selam Kilo canggih di inventory alutsista Vietnam ini, akan menambah kekuatan perang mereka. Namun penambahan kekuatan ini sepertinya lebih diarahkan Vietnam untuk menghadapi ancaman China terkait konflik Laut China Selatan yang melibatkan Vietnam dan China serta beberapa negara ASEAN lainnya.
Vietnam juga tidak mau kalah dalam hal modernisasi dan penambahan alutsista kapal selam canggih. Jika saat ini, Vietnam baru menerima 3 unit kapal selam Kilo dari Rusia, besar kemungkinan sebelum tahun 2020 mendatang, Vietnam sudah menerima keseluruhan dari total 6 unit kapal selam Kilo yang mereka pesan dari Rusia. Kapal selam Improved Kilo ini memiliki kemampuan menembakkan missil ke target didarat menggunakan rudal Klub-S. Dengan adanya 6 unit kapal selam Kilo canggih di inventory alutsista Vietnam ini, akan menambah kekuatan perang mereka. Namun penambahan kekuatan ini sepertinya lebih diarahkan Vietnam untuk menghadapi ancaman China terkait konflik Laut China Selatan yang melibatkan Vietnam dan China serta beberapa negara ASEAN lainnya.
Malaysia sepertinya belum menunjuukan minat untuk menambah alutsista kapal selam untuk angkatan laut mereka. Sepertinya kesulitan ekonomi, membuat Malaysia belum merasa perlu menambah jumlah kapal selam mereka. Apalagi 2 unit kapal selam Scorpene dari Prancis yang mereka miliki sejak tahun 2009 termasuk salah satu kapal selam paling canggih dikawasan saat ini. Kapal Selam Malaysia ini memiliki kemampuan menambakkan missil anti kapal permukaan SM-39 Exocet. Beberapa waktu lalu, Kapal Selam Angkatan Laut Malaysia ini sudah diujicoba dan sukses menembakkan rudal SM-39 Exocet dengan target kapal permukaan dengan akurasi dan daya hancur yang menggetarkan. Dengan kemampuan yang cukup menggantarkan dan kondisi ekonomi yang belum membaik, maka tidak mengherankan jika Malaysia tampaknya tidak akan menambah lagi alutsista kapal selam mereka dalam waktu dekat.
Beberapa tahun mendatang, kelihatannya Thailand adalah yang paling memungkinkan untuk menjadi negara kelima di ASEAN yang memiliki alutsista kapal selam. Hal ini sudah terlihat dari pembenahan dan persiapan Thailand menyambut Kapal Selam dimasa mendatang, dengan mempersiapkan SDM dan infrastukturnya belakangan ini. Apalagi langkah tersebut sudah di ikuti dengan rencana membeli beberapa unit kapal selam canggih dari luar negeri. Diantara kapal selam canggih yang sudah ditawarkan ke Thailand adalah Kapal selam China, Rusia, Jerman dan beberapa negara produsen lainnya.
Thailand sendiri sudah pernah memiliki rencana membeli beberapa unit kapal selam U-206 bekas angkatan laut Jerman. Namun rencana tersebut batal karena adanya pertentangan di dalam internal Thailand sendiri sehingga Thailand menundanya. Namun belakangan hasrat Thailand untuk segera memiliki kapal selam tampaknya tidak akan terbendung lagi.
Negara lain di ASEAN yang menyatakan ingin memiliki alutsista kapal selam adalah Filipina. Filipina yang bisa disebut memiliki kekuatan militer yang kurang diperhitungkan beberapa kali sudah melontarkan rencana besar mereka ini. Namun kondisi keuangan yang tidak bagus dan fakta bahwa banyak sekali alutsista yang harus di prioritaskan dahulu dalam modernisasi militer, akan membuat rencana ini sulit terwujud dalam waktu dekat. Meskipun demikian, memanasnya konflik Laut China Selatan bisa saja memacu Filipina untuk mewujudkan ambisinya ini.
Lalu pertanyaannya apakah modernisasi serta penambahan jumlah kapal selam di negara-negara ASEAN ini menujukkan adanya perlombaan senjata alutsista kapal selam di ASEAN? Penulis sendiri melihat, sejatinya ini bukan perlombaan senjata tetapi sekedar melengkapi alutsista yang dibutuhkan masing-masing negara. Penambahan jumlah kapal selam serta modernisasi kapal selam ini, cenderung diarahkan sebagai alat mempertahankan diri saja, bukan untuk menyerang negara lain.
Namun melihat adanya kecenderungan penambahan dan modernisasi alutsista kapal selam di ASEAN ini, akan menjadi sangat menarik melihat peta kekuatan militer Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Penambahan dan modernisasi alutsista kapal selam ini juga menujukkan indikasi jelas bahwa ASEAN dan sekitarnya kini menjadi wilayah yang semakin diperhitungkan peranannya di mata dunia. ASEAN juga menjadi pasar yang menggiurkan bagi semua negara produsen alutsista, termasuk negara produsen kapal selam dan alutsista lainnya.
Beberapa tahun mendatang, kelihatannya Thailand adalah yang paling memungkinkan untuk menjadi negara kelima di ASEAN yang memiliki alutsista kapal selam. Hal ini sudah terlihat dari pembenahan dan persiapan Thailand menyambut Kapal Selam dimasa mendatang, dengan mempersiapkan SDM dan infrastukturnya belakangan ini. Apalagi langkah tersebut sudah di ikuti dengan rencana membeli beberapa unit kapal selam canggih dari luar negeri. Diantara kapal selam canggih yang sudah ditawarkan ke Thailand adalah Kapal selam China, Rusia, Jerman dan beberapa negara produsen lainnya.
Thailand sendiri sudah pernah memiliki rencana membeli beberapa unit kapal selam U-206 bekas angkatan laut Jerman. Namun rencana tersebut batal karena adanya pertentangan di dalam internal Thailand sendiri sehingga Thailand menundanya. Namun belakangan hasrat Thailand untuk segera memiliki kapal selam tampaknya tidak akan terbendung lagi.
Negara lain di ASEAN yang menyatakan ingin memiliki alutsista kapal selam adalah Filipina. Filipina yang bisa disebut memiliki kekuatan militer yang kurang diperhitungkan beberapa kali sudah melontarkan rencana besar mereka ini. Namun kondisi keuangan yang tidak bagus dan fakta bahwa banyak sekali alutsista yang harus di prioritaskan dahulu dalam modernisasi militer, akan membuat rencana ini sulit terwujud dalam waktu dekat. Meskipun demikian, memanasnya konflik Laut China Selatan bisa saja memacu Filipina untuk mewujudkan ambisinya ini.
Lalu pertanyaannya apakah modernisasi serta penambahan jumlah kapal selam di negara-negara ASEAN ini menujukkan adanya perlombaan senjata alutsista kapal selam di ASEAN? Penulis sendiri melihat, sejatinya ini bukan perlombaan senjata tetapi sekedar melengkapi alutsista yang dibutuhkan masing-masing negara. Penambahan jumlah kapal selam serta modernisasi kapal selam ini, cenderung diarahkan sebagai alat mempertahankan diri saja, bukan untuk menyerang negara lain.
Namun melihat adanya kecenderungan penambahan dan modernisasi alutsista kapal selam di ASEAN ini, akan menjadi sangat menarik melihat peta kekuatan militer Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Penambahan dan modernisasi alutsista kapal selam ini juga menujukkan indikasi jelas bahwa ASEAN dan sekitarnya kini menjadi wilayah yang semakin diperhitungkan peranannya di mata dunia. ASEAN juga menjadi pasar yang menggiurkan bagi semua negara produsen alutsista, termasuk negara produsen kapal selam dan alutsista lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar