PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.
Quote:
Pasukan Hantu
Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren.
Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.
Quote:
Pasukan Hantu
"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.
Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.
Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.
Quote:
Pasukan Hantu
"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.
Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu.
Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.
Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.
Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.
Rabu, 17 Oktober 2012
Minggu, 14 Oktober 2012
KRI OWA-354 luncurkan rudal Yakhont
KRI OWA saat meluncurkan rudal Yakhont. (SPAO Kogab AJ XXXI/2012)
Jakarta (ANTARA News) - KRI Oswald Siahaan (OWA-354) berhasil menenggelamkan kapal lawan dengan rudal Yakhont dalam latihan pada Sabtu (13/10) di perairan Laut Sulawesi.
Siaran pers Komando Gabungan Armada Jaya XXXI/2012 yang ditandatangani SPAO Kogab AJ XXXI/2012 Kol. (Mar) FX Deddy Susanto menyebutkan jarak sasaran adalah 182 km dengan waktu 5 menit.
Siaran pers Komando Gabungan Armada Jaya XXXI/2012 yang ditandatangani SPAO Kogab AJ XXXI/2012 Kol. (Mar) FX Deddy Susanto menyebutkan jarak sasaran adalah 182 km dengan waktu 5 menit.
Rencananya, pada uji coba senjata strategis tersebut akan melibatkan 10 kapal perang dengan berbagai peluru kendali yang akan diluncurkan seperti rudal Yakhont, rudal Excocet MM 40, rudal C-802 serta penembakan Torpedo Sut (Surface and Underwater Target).
Namun, pada pelaksanaannya satu rudal Yakhont yang diluncurkan dari KRI OWA 354 mampu menenggelamkan kapal yang digunakan sebagai sasaran tembak.
Uji coba senjata strategis yang digelar pada Sabtu di Perairan Laut Sulawesi, dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, delegasi Komisi I DPR/MPR RI Tri Tamtomo dan Yahya Sacawiria, serta seluruh Pangkotama dan pejabat teras TNI AL.
Menanggapi keberhasilan pada uji coba penembakan senjata strategis, Kasal Laksamana TNI Soeparno mengungkapkan kegembiraannya sekaligus mengucapkan selamat kepada seluruh personel yang terlibat pada uji coba penembakan.
Kasal juga menyampaikan pesan “Pertahankan keberhasilan ini demi Kejayaan Angkatan Laut”.
(ANTARA)
Jumat, 12 Oktober 2012
Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
Salah satu alutsista mutakhir yang diincar oleh TNI AD adalah helikopter serang Apache AH-64 buatan Amerika Serikat. Helikopter ini dibutuhkan sebagai payung udara untuk melindungi pergerakan pasukan dan mesin perang Angkatan Darat. Helikopter Apache akan bergerak bersama- sama dengan pasukan di darat.
Bagaimana dengan dukungan TNI AU ?
TNI AU diposisikan sebagai pasukan yang memberi perlindungan dari jarak jauh dan menengah. Dengan konsep ini TNI AD tidak sepenuhnya menggantungkan nasib pertahanan udara mereka kepada matra lain. Ketika pesawat atau helikopter musuh sudah mendekat, TNI AD akan melindungi diri mereka sendiri.
Untuk mendapatkan kemampuan itu, TNI AD mengincar helikopter serang yang mumpuni. Secara kalkulasi pilihannya jatuh kepada Helikopter Apache Longbow dengan persenjataan lengkap. Payung udara ini harus memiliki kemampuan yang mumpuni, karena jika pertahanan udara terpatahkan, pergerakan pasukan di darat akan terancam.
Menurut KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, hingga saat ini TNI AD terus mengkaji kemampuan dan kelayakan helikopter Apache. Secara anggaran, budget TNI AD mencukupi untuk mendatangkan sekitar 8 unit helikopter Apache. Pengkajian ini juga ditujukan untuk presentasi di hadapan Komisi I DPR nanti. TNI AD menyiapkan argumen dan dasar pemikiran betapa pentingnya pengadaan Helikopter Serang Apache dan diharapkan pembelian helikopter itu nantinya disetujui Legislatif.
Harga helikopter Apache memang mahal, sekitar 60 juta USD per unit. TNI AD sedang memikirkan opsi-opsinya agar bisa membeli Apache ini.
Alternatif lainnya adalah Heli Super Cobra sekitar 15 juta USD per unit, serta Black Hawk yang lebih murah lagi. Namun kemampuannya masih di bawah Apache. Pertimbangan menolak dua helikopter ini adalah, jika dianggap tidak superior, maka keberadaannya bisa dianggap tidak existing, tidak masuk hitungan, sehingga percuma saja. Kecuali jika ada opsi-opsi membuat helikopter itu menjadi mumpuni.
Kebutuhan terhadap helikopter serang yang mumpuni juga terkait dengan konsep perang TNI AD yang terus dimodernisasi. TNI AD berencana membentuk satuan brigade mekanis yang memiliki daya pukul maut dan pergerakan yang cepat, dengan mengandalkan lapis baja dan kendaraan taktis. Untuk itu pula meriam 155 Caesar dipilih karena bisa diangkut oleh Hercules, tanpa mempretelinya dan bisa langsung dioperasikan, saat pesawat mendarat.
Selain dilindungi oleh Heli Apache, TNI AD juga membeli rudal pertahanan udara jarak pendek, mistral. Rudal dengan sistem fire and forget ini, dikombinasikan dengan Rantis 4X4 buatan Pindad. ”Rudal mistral bisa ditembakkan sambil duduk-duduk santai dan 90 % akan mengenai sasaran”, ujar KSAD.
Konsep perang Angkatan Darat bisa ofensif dan defensif. Ofensif adalah dengan menggerakkan pasukan maju ke depan lalu menguasai medan baik di darat dan udara. Untuk itu dibutuhkan payung udara yang kuat, antara lain pengadaan Helikopter serang Apache. Selain Apache, TNI AD telah memesan heli serang AS 550 Fennec, untuk menggantikan heli Bolcow BO-105 serta menemani Heli Serang MI-35 buatan Rusia yang lebih dulu dibeli TNI AD.
Mesti berbadan kecil dan single engine, Heli AS 550 Fennec sangat mematikan. Helokopter buatan Perancis ini dilengkapi HeliTOW sighting system (direct view optics, day and night vision serta laser rangefinder) dan TOW anti-tank missiles. Untuk persenjataan serang darat, AS 550 C2 Fennec mengusung 7 misil x 2 roket launcher Forges de Zeebrugge atau 12 x 2 roket launcher Thales Brandt 68mm. Fennec juga bisa membawa empat rudal anti-tank seperti BGM-71 TOW atau anti-pesawat (air to air missile). Bahkan varian AS 555 SN, mengusung torpedo sebagai anti-submarine warfare. (JKGR).
Armada Jaya Tingkatkan Kesiapan di Perairan
BANJARMASIN (Pos Kota) – Unsur komando tugas gabunggan amfibi (Kogasgabfib) melaksanakan pengecekan kesiapan di daerah latihan umum perairan sebelah utara Pulau Sebuku Banjarmasin, Jumat (12/10) sore.
Kogasfib dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi Laksda TNI Sadiman,S.E yang sehari hari menjabat Pangarmabar melaksanakan tahapan kegiatan latihan umum, uji komunikasi dan naik turun jaring pasukan pendarat marinir .
Unsur-unsur KRI angkut pasukan jenis LST dan Froch sebagai badan utama Kogasgabfib sejak tiba di daerah perairan latihan umum menempati sektor lego jangkar KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515, jenis Froch KRI Celukan Bawang-532 dan KRI Teluk Cendrawasih-533 dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.serta kapal bantu KRI Arun-903 melaksanakan bekal ulang bahan bakar.
Dua KRI jenis penyapu ranjau yang lebih dulu berada di daerah latihan umum melaksnakan pembersihan medan ranjau penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan jenis parchim KRI Lambung Mangkurat-374 serta Froch KRI Teluk Sibolga-536 .Selanjutnya unsur-unsur tersebut melaksanakan lego jangkar sesuai dengan posisi diagram serbuan di daerah latihan umum.
Sementara unsur tabir yang terdiri dari delapan unsur KRI yang bertugas melaksanakan perlindungan terhadap badan utama Kogasgabfib dengan kapal markas komando di KRI Banjarmasin-592.Sedangkan Satuan pelaksana Operasi Udara melaksanakan intai udara taktis sepanjang route menuju daerah sasaran.
Kekuatan pemukul unsur KRI yang tergabung dalam unsur tabir yang terdiri kapal perang jenis perusak kawal rudal ,fregat, dan sigma kelas serta parchim telah menempati posisi di sektor penyekatan di daerah latihan umum di sekitar perairan Sebuku Banjarmasin . Kesiapan siagaan tersebut dilaksanakan dalam rangka menghadapi ancaman udara maupun kapal permukaan . seentara di daerah sasaran operasi telah ditugaskan Unsur intai kapal selam KRI Nanggala-402 melaksanakan kegiatan pengintaian terhadap unsure-unsur lawan.
Guna meningkatkan kesiapan dan ketahanan fisik prajurit pasukan pendarat marinir dilaksanakan latihan naik-turun jaring di beberapa kapal perang jenis angkut pasukan tipe landing ship tank (LST) . Sedangkan untuk latihan pendaratan dilaksnakan reembarkasi atau diluncurkan ranpur tank amfibi dari kapal angkut KRI Teluk Sampit-515 . Pengecekan jaring komunikasi antar unsur KRI dilaksanakan pengecekan sesuai dengan jaring komando taktis.
Sebelumnya untuk meningkatkan moril prajurit pasukan pendarat marinir secara serentak dilaksanakan olah raga daln am rangka mempertahankan fisik daya juang yang disiapkan melaksanakan pendaratan amfibi di Sangatta Kalimantan Timur.
Unsur-unsur Kogasfib selama lego jangkar di daerah latihan umum melaksanakan pertahanan udara dan lawan sabotase bawah air
Kepala Dispenarmabar
Agus Cahyono
Letkol Laut (KH) NRP. 10881/P
Teks Gbr- KRI Teluk Sampit-515 : KRI Teluk sampit-515 melaksanakan reembarkasi dan embarkasi Tank Amfibi Marinir melalui pintu rampah KRI yang tergabung dalam Kogasgabfib latihan Armada Jaya XXXI/2012 di perairan Sebuku Banjarmasin, Jumat (12/10) sore ini.
poskotanews
Bandara Baru Jakarta Berada di Atas Laut
Ilustrasi bandara |
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa sudah ada investor swasta yang mengajukan pembangunan bandara baru Jakarta berkonsep pulau tersendiri dengan mengurug laut meniru floating jet di Jepang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa sudah ada investor lokal atau swasta yang berminat dan menawarkan diri untuk membangun bandara baru untuk Jakarta.
"Ada swasta yang mau bangun, konsepnya bagus dan lokasinya masih di sekitar Banten juga," kata Menteri Hatta Rajasa di Tokyo, pada penutupan acara 4th Indonesia-Japan Joint Economic Forum.
Lebih lanjut Hatta Rajasa mengatakan, bahwa investor tersebut menawarkan konsep pembangunan bandara di atas laut atau mengurug laut sehingga membentuk pulau tersendiri yang meniru konsep floating jet di Jepang.
Nantinya bandara baru itu akan terkoneksi langsung dengan bandara yang sudah ada yakni Bandara Soekarno-Hatta melalui jalur kereta api cepat.
"Saya perlu waktu 3-4 bulan lagi untuk mengkaji tawaran ini," katanya.
Swasta memang bisa saja menangani pembangunan proyek bandara bersama BUMN meskipun pembangunan runway tetap harus didanai pos APBN.
Hatta berpendapat, Bandara Soekarno-Hatta saat ini sudah tidak mungkin diperluas dan sudah hampir tidak memadai untuk menampung kapasitas yang terus meningkat.
Sementara Bandara Halim Perdana Kusuma tidak mungkin dibuat terlalu sibuk karena di samping merupakan hak milik TNI AU juga banyak charter flight yang beroperasi di sana.
"Oleh karena itu, sudah saatnya dibangun bandara baru di wilayah Metropolitan Priority Areas," katanya.
Hal itu mempertimbangkan berbagai hal di antaranya semakin meningkatnya golongan kelas menengah di Indonesia dengan daya beli yang tinggi.
Ia sendiri memperkirakan kelas menengah di Indonesia akan mencapai 134 juta pada 2020 dengan daya beli melampaui 1,8 dolar AS.
"Saya sendiri menganggap hal itu akan terjadi dan Euromonitor juga sudah memproyeksikan hal yang sama," katanya.
Menurut dia, hal yang harus dijaga adalah menurunkan tingkat kesenjangan kesejahteraan penduduk di Indonesia.
"Oleh karena itu selain ada masterplan percepatan pembangunan dan perluasan ekonomi Indonesia, juga harus ada masterplan percepatan penurunan kemiskinan Indonesia," demikian Hatta Rajasa.
@ Berita Satu
Russia Submarine Import and Export Behavior (Indonesian KS Clue)
June 23, 2011
Imports
Russia is an exporter of submarines and does not import them.
Exports
The Soviet and later Russian nuclear submarine program involved a variety of industrial enterprises. It encompassed an expansive network of research, design, and production centers, including the world's largest shipbuilding complex, known today as the Russian State Center for Atomic Shipbuilding (GRTsAS) in Severodvinsk, made up of two shipyards: the Northern Machine-Building Enterprise(more commonly referred to as Sevmash) and the Zvezdochka State Machine-Building Enterprise. The Severodvinsk shipyards are involved in the design, construction, testing, repair, and decommissioning of nuclear-powered ships.
Submarine Tables for Russia
|
Previously, construction of nuclear-powered submarines was also carried out at the Amurskiy Zavod shipyard in Komsomolsk-na-Amure, in the Russian Far East. However, although the Zvezda shipyard in Primorskiy Kray continues to be used for submarine dismantlement, all nuclear submarine modernization procedures are now carried out at the Severodvinsk shipyards in the Russian Northwest.
To date, neither Russia nor the Soviet Union before it has sold nuclear submarines to foreign parties. However, technology transfer from the Soviet Union assisted the Chinese in the construction of their first nuclear boat in 1966, which copied but was not identical to Soviet Project 629 (NATO name Golf) class submarines. In addition, from 1988 to 1991 the Soviet Union leased a Project 670 Skat (NATO name Charlie I) class nuclear-powered cruise missile submarine, the K-43 (renamed Chakra while in Indian service), although the reactors were operated by a Soviet crew and the vessel was returned to the Soviet Union.[1] Since the late 1990s, there have been reports that Russia and India have been discussing the possible lease of a Project 971 Shchuka B (NATO name Akula II) submarine.[2] President Medvedev confirmed that the Kremlin was considering the deal during his trip to India in December 2008. One vessel rumored to be a likely candidate for the lease is the Akula-II class K-152 Nerpa, which made headlines in November 2008 after it suffered an onboard accident while undergoing sea trials in the Sea of Japan. A further indication of Russian plans was the creation of a training center in Sosnovyy Bor, where three teams of Indian naval personnel are reportedly undergoing extensive training in the operation of an Akula-II class submarine. Sosnovyy Bor, in the Leningrad region, is the location of the Russian Navy Training Center, which has working nuclear submarine reactors; the new training center building is adjacent to the Russian Navy training center, and likely has simulators, not reactors, inside.[4] The Russian Navy's Shchuka B submarines are equipped with 28 cruise missiles, each armed with nuclear or conventional warheads with a striking range of 3,000 km. However, the Indian version is expected to be armed with the 300-km Klub missiles already installed on the Project 1135 (NATO name Krivak) class frigates and Project 877 Varshavyanka (NATO name Kilo) class diesel submarines Russia has built for India.
Russia, like the Soviet Union before it, has a large diesel submarine production program and actively exports these boats. The height of Soviet submarine exports came between 1960 and 1980, when some 90 diesel boats were exported around the world. The most-exported submarine was the Project 613 (NATO name Whiskey) class boat: 61 submarines of this class were exported to eight countries. In the early 1970s, the Soviets also exported large numbers of Project 633 (Romeo) class submarines, which became the mainstay of the Chinese fleet. By the mid-1970s, the Soviet Union had begun exporting Project 641 (Foxtrot) class submarines. Finally, in the mid-1980s, it started selling the Project 877 Varshavyanka (NATO name Kilo) and its later variant Project 636 class submarines, which are the mainstay of its current export program. Contracts for 37 Varshavyankas have been concluded to date, including three to Iran in the early 1990s, as well as boats sold to India, China, Poland, Romania and Algeria. Additional countries that have recently purchased Project 636 Kilo-class submarines include Indonesia, who ordered two in 2007 at a cost of $200 million each, and Vietnam, who ordered six of the vessels in December 2009 at a cost of $2 billion. [12, 35] There are also widespread reports that Venezuela may purchase six Project 636 submarines in the near future. Russia has ambitious plans for the export of additional diesel-electric submarines and Rosoboroneksport believes that it may be able to sell up to 40 fourth-generation vessels to foreign customers by 2015. [39] Both the Project 636 Kilo-class and the export version of the Project-677, the Amur-1650, are equipped with the Novator 3M-54 Klub-S integrated missile system. The Amur-1650 has also been fitted with a new anti-sonar coating for its hull, as well as advanced anti-ship and anti-submarine weaponry. .....................................
Kamis, 11 Oktober 2012
Perang UAV Negara-Negara Asean
JAKARTA-(IDB) : Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) memang lagi getol memperkuat armada militernya. Mulai dengan senjata ringan hingga berat. Pesawat udara tanpa awak menjadi salah satu yang gencar dikembangkan oleh sejumlah negara di kawasan ASEAN.
Malaysia misalnya. Negeri jiran ini mengembangkan pesawat udara tanpa awaknya melalui Unmanned Systems Technology (UST), yang didirikan pada 2007. Tugasnya, khusus untuk menarik segala sumber daya untuk mengembangkan pesawat udara tanpa awak.
Malaysia telah menemukan momentumnya. Melalui UST, Malaysia berhasil mengembangkan pesawat udara tanpa awak dan sukses mengembangkan produksi dalam negerinya, baik untuk kepentingan sipil maupun militer. Bahkan, Malaysia saat ini telah menawarkan beberapa produk pesawat tanpa awak produksinya.
Produk yang telah ditelorkan oleh UST antara lain pesawat tanpa awak bersayap dan berbaling-baling menyerupai helikopter. Pesawat yang bersayap antara lain Aludra, Aludra SR-08, dan Aludra SR-12. Sedangkan yang menyerupai helikopter adalah Intisar 300 dan Intisar 400.
Produk utama yang dihasilkan UTS adalah Aludra. Pesawat ini memiliki berat 200 kilogram. Muatan maksimal yang bisa diangkut seberat 25 kilogram. Struktur bahan terbuat dari kaca, serat karbon, busa, dan epoxy. Pesawat ini memiliki panjang 14 kaki, rentang sayap 20 kaki. Aludra mampu melaju dengan kecepatan 220 kilometer per jam dengan durasi 3 jam.
Malaysia juga terkenal maju dalam bidang pembuatan pesawat tanpa awak ini. Sebab, mereka telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk mengembangkan teknologi ini, seperti Australia.
Berikutnya adalah Singapura. Wilayah negara boleh kecil. Penduduknya juga sedikit. Namun, Singapura tak mau kalah memperkuat armada pesawat tanpa awaknya. Pertengahan tahun ini, negara di Selat Malaka ini telah membeli satu skuadron pesawat tanpa awak dari Israel, Heron 1. Singapura harus mengeluarkan US$6 juta untuk satu unit Heron.
Heron 1 memiliki lebar sayap 16,6 meter, berat 1,2 ton, dan mampu membawa 250 kilogram beban. Pesawat ini mampu terbang selama 50 jam (tergantung bdban yang dibawa).
Kecepatan jelajahnya sampai 100 kilometer per jam. mampu terbang setinggi 10 kilometer (32.000 kaki). Heron dapat dilengkapi dengan kamera yang bisa untuk melihat pada siang-malam atau radar pencarian angkatan laut. Kemampuan Pesawat ini mirip dengan pesawat Predator milik Amerika Serikat.
Armada ini didatangkan untuk menggantikan 40 pesawat udara tanpa awak Searcher yang telah digunakan selama satu dekade. Singapura juga telah memarkir 60 lebih pesawat tanpa awak Scout. Dalam segi ukuran, berat, dan kinerja, jenis Scout masih di bawah Searcher.
Singapura juga melibatkan National University of Singapura (NUS) untuk mengembangkan pesawat tanpa awak GremLion. Pesawat tanpa awak ini didesain mirip dengan helikopter dan mampu mengemban tugas khusus.
Vietnam tak mau kalah. Awal 2012 ini, negara yang pernah dilanda perang saudara pada 18 tahun ini menjalin kerja sama dengan Rusia untuk mengembangkan pesawat tanpa awak. Vietnam merogoh anggaran sebesar US$10 juta untuk program alih teknologi ini. Rusia-Vietnam akan membuat pesawat tanpa awak versi kecil Irkut 200. Berat pesawat yang dibuat ini mencapai 100 kilogram.
Sementara itu, negara-negara lain juga sama. Thailand mengembangkan The Aerostar. Thailan juga dikabarkan membeli sejumlah pesawat tanpa awak dari Israel. Langkah yang sama juga dilakukan Filipina.
Malaysia misalnya. Negeri jiran ini mengembangkan pesawat udara tanpa awaknya melalui Unmanned Systems Technology (UST), yang didirikan pada 2007. Tugasnya, khusus untuk menarik segala sumber daya untuk mengembangkan pesawat udara tanpa awak.
Malaysia telah menemukan momentumnya. Melalui UST, Malaysia berhasil mengembangkan pesawat udara tanpa awak dan sukses mengembangkan produksi dalam negerinya, baik untuk kepentingan sipil maupun militer. Bahkan, Malaysia saat ini telah menawarkan beberapa produk pesawat tanpa awak produksinya.
Produk yang telah ditelorkan oleh UST antara lain pesawat tanpa awak bersayap dan berbaling-baling menyerupai helikopter. Pesawat yang bersayap antara lain Aludra, Aludra SR-08, dan Aludra SR-12. Sedangkan yang menyerupai helikopter adalah Intisar 300 dan Intisar 400.
Produk utama yang dihasilkan UTS adalah Aludra. Pesawat ini memiliki berat 200 kilogram. Muatan maksimal yang bisa diangkut seberat 25 kilogram. Struktur bahan terbuat dari kaca, serat karbon, busa, dan epoxy. Pesawat ini memiliki panjang 14 kaki, rentang sayap 20 kaki. Aludra mampu melaju dengan kecepatan 220 kilometer per jam dengan durasi 3 jam.
Malaysia juga terkenal maju dalam bidang pembuatan pesawat tanpa awak ini. Sebab, mereka telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk mengembangkan teknologi ini, seperti Australia.
Berikutnya adalah Singapura. Wilayah negara boleh kecil. Penduduknya juga sedikit. Namun, Singapura tak mau kalah memperkuat armada pesawat tanpa awaknya. Pertengahan tahun ini, negara di Selat Malaka ini telah membeli satu skuadron pesawat tanpa awak dari Israel, Heron 1. Singapura harus mengeluarkan US$6 juta untuk satu unit Heron.
Heron 1 memiliki lebar sayap 16,6 meter, berat 1,2 ton, dan mampu membawa 250 kilogram beban. Pesawat ini mampu terbang selama 50 jam (tergantung bdban yang dibawa).
Kecepatan jelajahnya sampai 100 kilometer per jam. mampu terbang setinggi 10 kilometer (32.000 kaki). Heron dapat dilengkapi dengan kamera yang bisa untuk melihat pada siang-malam atau radar pencarian angkatan laut. Kemampuan Pesawat ini mirip dengan pesawat Predator milik Amerika Serikat.
Armada ini didatangkan untuk menggantikan 40 pesawat udara tanpa awak Searcher yang telah digunakan selama satu dekade. Singapura juga telah memarkir 60 lebih pesawat tanpa awak Scout. Dalam segi ukuran, berat, dan kinerja, jenis Scout masih di bawah Searcher.
Singapura juga melibatkan National University of Singapura (NUS) untuk mengembangkan pesawat tanpa awak GremLion. Pesawat tanpa awak ini didesain mirip dengan helikopter dan mampu mengemban tugas khusus.
Vietnam tak mau kalah. Awal 2012 ini, negara yang pernah dilanda perang saudara pada 18 tahun ini menjalin kerja sama dengan Rusia untuk mengembangkan pesawat tanpa awak. Vietnam merogoh anggaran sebesar US$10 juta untuk program alih teknologi ini. Rusia-Vietnam akan membuat pesawat tanpa awak versi kecil Irkut 200. Berat pesawat yang dibuat ini mencapai 100 kilogram.
Sementara itu, negara-negara lain juga sama. Thailand mengembangkan The Aerostar. Thailan juga dikabarkan membeli sejumlah pesawat tanpa awak dari Israel. Langkah yang sama juga dilakukan Filipina.
Sumber : Vivanews
Inilah 5 Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia
Pesawat tanpa awak yang duji dapat untuk kepentingan sipil atau militer (photos : Merdeka, Detik)
5 Pesawat tanpa awak dipamerkan di Bandara Halim Perdanakusuma. Boleh berbangga karena pesawat-pesawat ini asli buatan Indonesia. Yuk, tengok kelima pesawat itu.
5 Pesawat tanpa awak dipamerkan di Bandara Halim Perdanakusuma. Boleh berbangga karena pesawat-pesawat ini asli buatan Indonesia. Yuk, tengok kelima pesawat itu.
Pesawat-pesawat itu merupakan hasil riset Balitbang Kemenhan yang bekerjasama dengan BPPT. Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat-pesawat ini cocok digunakan di daerah perbatasan.
Kelima pesawat tanpa awak itu baru prototipe dan baru akan diproduksi.
"Setelah teruji kita akan serahkan ke industri. Bisa dimodifikasi tetapi kaidah desainnya harus sama. Saat ini ada PT DI dan LAPAN, yang akan memproduksinya," kata insinyur rekayasa di BPPT, Ir Adrian Zulkifli.
Adrian sangat berharap pesawat ini diproduksi oleh pabrikan teknologi BUMN dan bukan swasta. "Karena kita akan mengontrol pembuatannya," kata dia.
Berapa harganya? "1 Pesawat harganya kira-kira 2 miliar. Dan riset ini menggunakan dana DIPA. Untuk engine, kita ambil dari Jerman. Kalau kamera bisa pakai dari Taiwan," imbuh Zulkifli.
Prototipe pesawat itu dipamerkan dan 1 pesawat Wulung telah diuji coba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012). Yuk tengok lima pesawat ini:
1. PunaSriti
Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.
"Sriti untuk surveilance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI. Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI," papar Chief Engineer BPPT, Muhamad Dahsyat di lokasi.
Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, jadi lebih efektif.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 2.988 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
- cruise speed 30 knot
- endurance 1 jam
- range 5 nautical mile
- altitude 3.000 feet
- catapult 4.500 mm
- catapult bungee chords.
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan sebagai sarana take off.
"Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveilance saja," kata Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 3.510 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
- cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
- endurance 5 jam
- range 140 kilometer
- altitude 7.000 feet
- payload = gymbal camera video.
3. PunaGagak
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih.
Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai sarana take off - landing.
"Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi. Kalau Gagak untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan Laut," tutur Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
4. PunaPelatuk
Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.
Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan sebagai take off - landing.
"Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi," jelas Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
5. PunaWulung
Pesawat ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.
"Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran benih," tutur Dahsyat.
"Kalau Wulung ini misi terbangnya itu high-high-high. Ke depan kita akan eksplorasi lagi untuk kebutuhan lain," imbuh dia.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.360 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kg
- cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 120 KM
- length 4.320 mm
- height 1.320 mm
(Detik)
Impor Tank, Pesawat dan Senjata dari Jerman Sulit Dihalangi
Marder armored infantry fighting from German Army surplus |
Protes dari Partai Hijau di Jerman atas penjualan senjata bekas ke luar negeri dipastikan juga tidak akan bisa menghalanginya.
Hal ini juga telah tercermin ketika Partai Hijau memerintah dalam koalisi denganPartai Sosial-Demokrat SPD tahun 1998 s/d 2005. Waktu itu izin untuk ekspor senjata bekas keluar juga. Pada 2006 lalu Indonesia mengimpor pistol otomatis dan kepala pelacak untuk torpedo dari Jerman dan pada 2007 mengimpor senapan otomatis, torpedo dan pistol granat.
Fakta di atas menunjukkan bahwa izin untuk ekspor tersebut masih dikeluarkan pada waktu Partai Hijau ikut memerintah. Mungkin karena Partai Hijau hanya memiliki minoritas dalam Dewan Federal Jerman, partai itu tidak dapat menentukan hasil keputusan seputar ekspor senjata.
Sementara itu jika dilihat "Deklarasi Jakarta" yang dikeluarkan pada kunjungan Kepala Negara Jerman di Indonesia pada bulan Juli 2012 lalu, bisa saja protes-protes terhadap penjualan senjata ke Indonesia sekarang juga tidak akan berpengaruh.
Seperti diketahui, dalam deklarasi tersebut dikatakan adanya kesepakatan antara kedua negara mengenai isu-isu politik keamanan dan pertahanan. Dalam paragraf 6 dari deklarasi tersebut diterangkan akan "adanya penerusan kerjasama yang ada di bidang pertahanan dan keamanan dengan penerapan oleh Memorandum of Understanding on Bilateral Defense Cooperation antara Kementerian Keamanan RI dan Kementerian untuk Pertahanan Jerman yang telah ditandatangani oleh kedua pejabat negara pada tanggal 27 Februari 2012, khususnya menyangkut kerjasama dalam bidang pendidikan militer, penelitian dan pengembangan, bantuan humaniter, bantuan bencana, logistik militer, layananan medis dan misi perdamaian“.
Dalam Deklarasi Jakarta itu juga disebutkan adanya kerjasama polisi Jerman dan Indonesia di bidang-bidang terorisme, perdagangan obat bius, perdagangan ilegal kayu hutan tropis, perdagangan senjata, perdagangan manusia, kriminalitas internet, pencucian uang, korupsi serta penjahatan ekonomi internasional.
Jawaban pemerintah Jerman atas permintaan keterangan oleh Partai Hijau adalah bahwa pemerintahan Indonesia telah berubah dalam periode 10 tahun terakhir menjadi "negara demokratis“. Selain itu, ada juga isu-isu strategis dalam pemberian izin untuk ekspor senjata. Bagi Jerman, Indonesia menjadi kunci keamanan diAsia Tenggara, sama seperti Arab Saudi di Timur Tengah.
Peter Strutynski, juru bicara Komite Nasional untuk Nasihat Perdamaian menganggap bahwa kini tidak ada gunanya untuk menuntut agar pemerintah Jerman menuruti peraturan ekspor senjatanya sendiri karena peraturan yang dikeluarkan pada tahun 2000 oleh pemerintah SPD-Partai Hijau memperbolehkan banyak eksepsi.
Dalam paragraf II pasal 2 dijelaskan bahwa dalam kasus tunggal, kalau ada kepentingan Jerman dalam politik luar negri atau politik keamanan yang khusus dan memperingatkan kepentingan persekutuan, aspek-aspek tersebut bisa mendukung pemberian izin luar biasa. Dengan adanya peluang untuk eksepsi itu, menurut penilaian Strutynski, penanganan ekspor senjata oleh pemerintah Jerman tidak begitu terbatas seperti diklaim olehnya.
Fakta di atas menunjukkan bahwa izin untuk ekspor tersebut masih dikeluarkan pada waktu Partai Hijau ikut memerintah. Mungkin karena Partai Hijau hanya memiliki minoritas dalam Dewan Federal Jerman, partai itu tidak dapat menentukan hasil keputusan seputar ekspor senjata.
Sementara itu jika dilihat "Deklarasi Jakarta" yang dikeluarkan pada kunjungan Kepala Negara Jerman di Indonesia pada bulan Juli 2012 lalu, bisa saja protes-protes terhadap penjualan senjata ke Indonesia sekarang juga tidak akan berpengaruh.
Seperti diketahui, dalam deklarasi tersebut dikatakan adanya kesepakatan antara kedua negara mengenai isu-isu politik keamanan dan pertahanan. Dalam paragraf 6 dari deklarasi tersebut diterangkan akan "adanya penerusan kerjasama yang ada di bidang pertahanan dan keamanan dengan penerapan oleh Memorandum of Understanding on Bilateral Defense Cooperation antara Kementerian Keamanan RI dan Kementerian untuk Pertahanan Jerman yang telah ditandatangani oleh kedua pejabat negara pada tanggal 27 Februari 2012, khususnya menyangkut kerjasama dalam bidang pendidikan militer, penelitian dan pengembangan, bantuan humaniter, bantuan bencana, logistik militer, layananan medis dan misi perdamaian“.
Dalam Deklarasi Jakarta itu juga disebutkan adanya kerjasama polisi Jerman dan Indonesia di bidang-bidang terorisme, perdagangan obat bius, perdagangan ilegal kayu hutan tropis, perdagangan senjata, perdagangan manusia, kriminalitas internet, pencucian uang, korupsi serta penjahatan ekonomi internasional.
Jawaban pemerintah Jerman atas permintaan keterangan oleh Partai Hijau adalah bahwa pemerintahan Indonesia telah berubah dalam periode 10 tahun terakhir menjadi "negara demokratis“. Selain itu, ada juga isu-isu strategis dalam pemberian izin untuk ekspor senjata. Bagi Jerman, Indonesia menjadi kunci keamanan diAsia Tenggara, sama seperti Arab Saudi di Timur Tengah.
Peter Strutynski, juru bicara Komite Nasional untuk Nasihat Perdamaian menganggap bahwa kini tidak ada gunanya untuk menuntut agar pemerintah Jerman menuruti peraturan ekspor senjatanya sendiri karena peraturan yang dikeluarkan pada tahun 2000 oleh pemerintah SPD-Partai Hijau memperbolehkan banyak eksepsi.
Dalam paragraf II pasal 2 dijelaskan bahwa dalam kasus tunggal, kalau ada kepentingan Jerman dalam politik luar negri atau politik keamanan yang khusus dan memperingatkan kepentingan persekutuan, aspek-aspek tersebut bisa mendukung pemberian izin luar biasa. Dengan adanya peluang untuk eksepsi itu, menurut penilaian Strutynski, penanganan ekspor senjata oleh pemerintah Jerman tidak begitu terbatas seperti diklaim olehnya.
TNI Anggarkan Rp 1,4 Triliun Untuk Amankan Blok Masela
Jakarta - Mabes TNI memperkirakan anggaran untuk mengamankan proyek Lapangan gas Abadi di Blok Masela, Maluku sebesar Rp 1,4 triliun.
Dalam dokumen yang didapat Bisnis disebutkan Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Widodo menyatakan dana sebesar itu akan digunakan untuk menggelar operasi permanen, operasional sehari-hari, dan pembangunan landasan pesawat.
Untuk pengamanan permanen Angkatan Darat, yang meliputi operasi sejumlah pos seperti koramil, markas batalion, dan markas kompi dibutuhkan dana minimal Rp 274 miliar dan gelar operasi Rp 1,5 miliar, sehingga total dana yang dibutuhkan sekitar Rp 276 miliar.
Angkatan Laut membutuhkan Rp139 miliar untuk gelar tetap dan Rp 18 miliar untuk biaya operasional, sehingga total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 157 miliar.
Untuk gelar tetap Angkatan Udara dibutuhkan sedikitnya Rp 822 miliar dan biaya operasional Rp 72 miliar, sehingga jumlah yang dibutuhkan Rp 968 miliar.
"Dengan demikian kebutuhan untuk pengamanan Masela adalah Rp 1,4 triliun," tulis dokumen itu, mengutip pernyataan Widodo.
Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menegaskan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) meminta Mabes TNI untuk membuat rencana pengamanan proyek tersebut sehingga keluar perkiraan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun.
“Ini baru rencana ke depan, belum terlaksana tahun ini, tetapi untuk 20 tahun yang ada datang,” kata Iskandar kepada Bisnis hari ini.
Sarana keamanan di daerah tersebut masih kosong sehingga perlu dibangun. Mabes TNI perlu membangun lapangan terbang untuk operasi Angkatan Udara, pangkalan angkatan laut (Lanal), dan pendirian batalion untuk Angkatan Darat.
Iskandar menegaskan pengamanan di sekitar wilayah tersebut perlu disiapkan karena menyangkut daerah perbatasan dengan Australia. Namun hingga saat ini belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan BP Migas mengenai hal itu.
Lapangan gas Abadi di Blok Masela, terletak di Laut Arafuru, sekitar 180 km sebelah Selatan Pulau Tanimbar. Daerah ini merupakan wilayah perbatasan dengan perairan Australia.
Pencarian migas di Blok Masela oleh Inpex Masela Ltd dimulai sejak November 1998 dan berhasil menemukan cadangan gas yang cukup ekonomis untuk diproduksikan pada Desember 2000.
Lapangan gas Abadi memiliki cadangan 6,5 triliun kaki kubik (TCF) gas. Proyek yang menelan investasi US$5 miliar dengan kilang LNG terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun (MTPA) ini diharapkan mulai berproduksi pada 2016.
BP Migas diminta mengajukan permohonan kepada Presiden, Kementerian Keuangan, atau Bappenas untuk menyisihkan sebagian penerimaan dari proyek Masela untuk pembangunan sarana pengamanan, tidak langsung semuanya masuk ke kas negara.
"Dengan adanya dana, pengamanan di sana akan lebih baik. Intinya kami siap mengamankan blok migas itu," tulis dokumen tersebut mengutip pernyataan Widodo.
Kesiapan untuk mengamankan blok gas tersebut juga diutarakan oleh Polda Maluku. Sayangnya, DirektoratObyek Vital Nasional di Polda Maluku baru terbentuk, belum memiliki sarana, prasarana, serta personel yang optimal. Ditambah lagi kondisi geografi dan sosial masyarakat Maluku yang sangat kompleks.
Untuk memproduksi cadangan terbukti (P1) sebesar 6,05 TCF tersebut, Inpex berencana membangun berbagai fasilitas pendukung yang terkait dengan production integrator seperti pemasangan wellhead di dasar laut, flow line, riser, umbilical dan sub sea tool maintenance.
Selain itu, akan dibangun kilang terapung (FLNG) berupa ruang terbatas dengan dimensi panjang 360 meter dan lebar 80 meter, yang akan digunakan untuk mengolah gas menjadi LNG, fasilitas logistik berupa pelabuhan laut dan heli, kantor, gudang, bengkel perawatan, mes untuk transit, crew change dan supply base.
Seperti layaknya proyek migas lain, proyek Lapangan Abadi merupakan objek vital nasional (Obvitnas). Karena letaknya di jalur ALKI – III dirasa sangat rawan terhadap potensi ancaman.
Kebocoran pada fasilitas production integrator ataupun over pressure, misalnya dapat mengakibatkan masalah lingkungan yang akan mempengaruhi hubungan kedua negara, mengingat posisinya yang sangat dekat dengan garis perbatasan.
Situasi di perbatasan dapat berubah setiap saat dengan sangat cepat apabila tidak diantisipasi dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek yang masuk dalam kategori Obvitnas tersebut.
"Untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah tersebut, kami menganggap perlu adanya grand design pengamanan proyek pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela. Mekanisme pengamanan di kawasan itu merupakan upaya preventif, bukan seperti pemadam kebakaran. Saya kira hal ini juga sejalan dengan Renbang TNI di wilayah Timur Indonesia," tulis dokumen tersebut mengutip Widodo.
Dalam dokumen yang didapat Bisnis disebutkan Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Widodo menyatakan dana sebesar itu akan digunakan untuk menggelar operasi permanen, operasional sehari-hari, dan pembangunan landasan pesawat.
Untuk pengamanan permanen Angkatan Darat, yang meliputi operasi sejumlah pos seperti koramil, markas batalion, dan markas kompi dibutuhkan dana minimal Rp 274 miliar dan gelar operasi Rp 1,5 miliar, sehingga total dana yang dibutuhkan sekitar Rp 276 miliar.
Angkatan Laut membutuhkan Rp139 miliar untuk gelar tetap dan Rp 18 miliar untuk biaya operasional, sehingga total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 157 miliar.
Untuk gelar tetap Angkatan Udara dibutuhkan sedikitnya Rp 822 miliar dan biaya operasional Rp 72 miliar, sehingga jumlah yang dibutuhkan Rp 968 miliar.
"Dengan demikian kebutuhan untuk pengamanan Masela adalah Rp 1,4 triliun," tulis dokumen itu, mengutip pernyataan Widodo.
Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menegaskan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) meminta Mabes TNI untuk membuat rencana pengamanan proyek tersebut sehingga keluar perkiraan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun.
“Ini baru rencana ke depan, belum terlaksana tahun ini, tetapi untuk 20 tahun yang ada datang,” kata Iskandar kepada Bisnis hari ini.
Sarana keamanan di daerah tersebut masih kosong sehingga perlu dibangun. Mabes TNI perlu membangun lapangan terbang untuk operasi Angkatan Udara, pangkalan angkatan laut (Lanal), dan pendirian batalion untuk Angkatan Darat.
Iskandar menegaskan pengamanan di sekitar wilayah tersebut perlu disiapkan karena menyangkut daerah perbatasan dengan Australia. Namun hingga saat ini belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan BP Migas mengenai hal itu.
Lapangan gas Abadi di Blok Masela, terletak di Laut Arafuru, sekitar 180 km sebelah Selatan Pulau Tanimbar. Daerah ini merupakan wilayah perbatasan dengan perairan Australia.
Pencarian migas di Blok Masela oleh Inpex Masela Ltd dimulai sejak November 1998 dan berhasil menemukan cadangan gas yang cukup ekonomis untuk diproduksikan pada Desember 2000.
Lapangan gas Abadi memiliki cadangan 6,5 triliun kaki kubik (TCF) gas. Proyek yang menelan investasi US$5 miliar dengan kilang LNG terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun (MTPA) ini diharapkan mulai berproduksi pada 2016.
BP Migas diminta mengajukan permohonan kepada Presiden, Kementerian Keuangan, atau Bappenas untuk menyisihkan sebagian penerimaan dari proyek Masela untuk pembangunan sarana pengamanan, tidak langsung semuanya masuk ke kas negara.
"Dengan adanya dana, pengamanan di sana akan lebih baik. Intinya kami siap mengamankan blok migas itu," tulis dokumen tersebut mengutip pernyataan Widodo.
Kesiapan untuk mengamankan blok gas tersebut juga diutarakan oleh Polda Maluku. Sayangnya, DirektoratObyek Vital Nasional di Polda Maluku baru terbentuk, belum memiliki sarana, prasarana, serta personel yang optimal. Ditambah lagi kondisi geografi dan sosial masyarakat Maluku yang sangat kompleks.
Untuk memproduksi cadangan terbukti (P1) sebesar 6,05 TCF tersebut, Inpex berencana membangun berbagai fasilitas pendukung yang terkait dengan production integrator seperti pemasangan wellhead di dasar laut, flow line, riser, umbilical dan sub sea tool maintenance.
Selain itu, akan dibangun kilang terapung (FLNG) berupa ruang terbatas dengan dimensi panjang 360 meter dan lebar 80 meter, yang akan digunakan untuk mengolah gas menjadi LNG, fasilitas logistik berupa pelabuhan laut dan heli, kantor, gudang, bengkel perawatan, mes untuk transit, crew change dan supply base.
Seperti layaknya proyek migas lain, proyek Lapangan Abadi merupakan objek vital nasional (Obvitnas). Karena letaknya di jalur ALKI – III dirasa sangat rawan terhadap potensi ancaman.
Kebocoran pada fasilitas production integrator ataupun over pressure, misalnya dapat mengakibatkan masalah lingkungan yang akan mempengaruhi hubungan kedua negara, mengingat posisinya yang sangat dekat dengan garis perbatasan.
Situasi di perbatasan dapat berubah setiap saat dengan sangat cepat apabila tidak diantisipasi dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek yang masuk dalam kategori Obvitnas tersebut.
"Untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah tersebut, kami menganggap perlu adanya grand design pengamanan proyek pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela. Mekanisme pengamanan di kawasan itu merupakan upaya preventif, bukan seperti pemadam kebakaran. Saya kira hal ini juga sejalan dengan Renbang TNI di wilayah Timur Indonesia," tulis dokumen tersebut mengutip Widodo.
Rabu, 10 Oktober 2012
Aksi pasukan elite TNI
Pasukan elite TNI merupakan salah satu pasukan elite terbaik di dunia.
Unit pasukan elite TNI.
Langganan:
Postingan (Atom)