"Mereka (AS) positif untuk menambah hibah lagi," kata Menhan kepada wartawan di Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu.
Pengiriman 24 pesawat F-16 bekas pakai yang sebelumnya telah direncanakan akan dihibahkan ke Indonesia, hingga kini belum terealisasikan.
Purnomo mengatakan, tawaran dari pemerintah AS itu akan dibicarakan kembali. Jika disetujui, maka akan sangat berpengaruh pada peningkatan kekuatan dirgantara karena jumlah skadron tempur TNI Angkatan Udara bisa naik hingga tiga kali lipat dari yang ada sekarang.
"Hibah ini akan mempercepat pencapaian program kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) TNI," ujarnya.
Ia mengaku tidak khawatir akan kemungkinan terjadinya halangan dalam proses realisasinya karena dimungkinkan situasi politik di Amerika Serikat berubah, jika Presiden Barack Obama gagal terpilih pada pemilihan mendatang karena rencana hibah tersebut telah melalui persetujuan parlemen setempat.
Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto tidak menjelaskan secara rinci berapa jumlah pesawat yang akan dihibahkan kembali oleh Amerika itu, namun pesawat yang akan dihibahkan itu memiliki spesifikasi yang sama dengan 24 unit F-16 yang lebih dulu dihibahkan.
Pesawat F-16 itu akan di `up grade` kemampuannya menjadi setara pesawat tempur F-16 Blok 52. Dengan up grade tersebut, maka pesawat akan mampu terbang dalam kurun waktu sekitar 15-20 tahun lagi.
Diperkirakan hingga 2014 nanti ada sekitar 45 alutsista bergerak, termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia.
Terkait penambahan jumlah pesawat tempur dan pesawat angkut yang akan dimiliki oleh TNI Angkatan Udara, Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Udara Marsda TNI JFP Sitompul mengatakan, TNI AU sudah melakukan rekruitmen penerbang setiap tahunnya sekitar 30 orang.
"Dengan rekruitmen yang berjalan tersebut, diprediksi penambahan puluhan pesawat akan tetap bisa diawaki," ujarnya.
EMB-314 Super Tucano Tiba Awal September
Batch perdana EMB-314 Super Tucano akan menjejakkan roda-rodanya di tanah Indonesia pada awal September nanti. Pesawat counter insurgence berteknologi canggih buatan Brazil ini akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 TNI AU di Malang.
"Lengkap satu skuadron, 16 unit Indonesia beli. Kebetulan saya baru pulang dari pabriknya, batch pertama Super Tucano tengah disiapkan. Keseluruhannya akan hadir pada 2014 nanti," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heryanto, di Jakarta, Rabu.
Super Tucano yang direncanakan akan datang pada batch pertama nanti sebanyak empat unit, namun belum diberi persenjataan lengkap kecuali kanon Browning 12,7 milimeter yang menjadi senjata standarnya. Dia didedikasikan menggantikan OV-10F Bronco buatan Rockwell, Amerika Serikat, yang dibeli baru pada 1975.
Bronco yang telah melahirkan empat kepala staf TNI AU itu dikandangkan sejak akhir 2007; banyak di antaranya menjadi monumen di banyak kota di Indonesia, dalam keadaan sangat tidak terawat.
Jika nanti tiba, maka perjalanan awal karir antara Bronco dan Super Tucano bisa mirip, keduanya langsung dipajang dan diterbangkan dalam upacara HUT ABRI (saat itu) dan TNI pada 5 Oktober. Bedanya, tiga unit Bronco yang baru datang pada 1975 itu langsung diterjunkan ke Timor Timur untuk menyapu perlawanan setempat.
Super Tucano juga akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 yang berpangkalan di Pangkalan Utama TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, sebagaimana Bronco dulu. Kedua pesawat beda generasi ini sangat pas untuk keperluan patroli dan intelijen ketinggian rendah, counter insurgence, close air support, pemotretan udara, dan patroli perbatasan, serta lain-lain.
Dalam Operasi Seroja di Timor Timur, banyak personel infantri TNI AD berterima kasih sekali pada Bronco yang terbang memberi close air support sehingga memecah kemampuan dan konsentrasi lawan.
Jika ditugaskan untuk patroli di garis perbatasan Kalimantan --sebagai misal-- Super Tucano diyakini bisa memberi kontribusi besar dengan arsenal tambahan yang memadai. Di antaranya adalah bom Mk-82, peluru kendali AIM-9 Sidewinder, hingga roket 30 milimeter yang ditempatkan di pod-nya.
Jika untuk tugas serupa di garis perbatasan Indonesia-Timor Timur di NTT, hal serupa juga bisa dia lakukan. Super Tucano bisa mendarat dan lepas landas di lapangan terbang dengan dukungan minimum sebagaimana halnya Bandar Udara Haliwen, di Atambua, Kabupaten Belu, yang berbatasan dengan Timor Timur.
Sumber: ANTARA News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar