32 Tahun Pengabdian Skadron Udara 32
Angka cantik 32 tahun bagi Skadron Udara 32 memunyai makna tersendiri. Begitu banyak kiprah dan bakti yang telah dilaksananakan oleh skadron angkut berat yang mengoperasikan pesawat C-130 Hercules B/H/BT sejak diaktifkan kembali tahun 1981 ini.
Berawal dari nama besar “Hercules Son of Zeus“ segenap anggota Skadron Udara 32 berusaha melaksanakan setiap tugas yang diberikan, mengarungi luasnya langit demi kejayaan bangsa dan negara. Skadron ini merupakan salah satu satuan operasional di bawah jajaran Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang yang terletak di antara Pegunungan Arjuna dan Semeru. Kondisi geografis pegunungan telah memengaruhi mental jiwa juang dan militansi personel untuk mampu menjalankan tugas dengan penuh integritas.
Anytime Anywhere
Angka cantik 32 tahun bagi Skadron Udara 32 memunyai makna tersendiri. Begitu banyak kiprah dan bakti yang telah dilaksananakan oleh skadron angkut berat yang mengoperasikan pesawat C-130 Hercules B/H/BT sejak diaktifkan kembali tahun 1981 ini.
Berawal dari nama besar “Hercules Son of Zeus“ segenap anggota Skadron Udara 32 berusaha melaksanakan setiap tugas yang diberikan, mengarungi luasnya langit demi kejayaan bangsa dan negara. Skadron ini merupakan salah satu satuan operasional di bawah jajaran Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang yang terletak di antara Pegunungan Arjuna dan Semeru. Kondisi geografis pegunungan telah memengaruhi mental jiwa juang dan militansi personel untuk mampu menjalankan tugas dengan penuh integritas.
Anytime Anywhere
Pembentukan Skadron Udara 32 Linud Berat dimulai tahun 1965 dengan dasar Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 50 tanggal 20 Juli 1965. Pada waktu itu Skadron Udara 32 merupakan Skadron Angkut Berat dengan kekuatan awal enam pesawat Antonov An-12B buatan Rusia dan berkedudukan di bawah jajaran Komando Operasi di Lanud Husein Sastranegara. Namun dalam perjalanannya permasalahan politik bangsa dan negara kemudian timbul sehingga menyebabkan kesiapan pesawat turun cukup drastis. Alhasil pimpinan AURI harus mengambil langkah melikuidasi skadron ini tahun 1974.
Baru tahun 1981 Skadron Udara 32 diaktifkan kembali dan berkedudukan di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Peresmiannya dilakukan oleh KSAU pada 11 Juli 1981 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor Kep/21/V/1981 tanggal 20 Mei 1981. Sejak saat itulah tanggal 11 Juli ditetapkan sebagai hari Jadi Skadron Udara 32.
Dengan semboyan “Swadyayajnana Anuraga Bhakti Nagara” yang berarti “Giat Berlatih Demi Kejayaan Bangsa dan Negara”, skadron ini mendedikasikan seluruh waktu, kemampuan, dan pengabdiannya untuk misi operasi baik militer maupun misi kemanusiaan dalam sebuah kata-kata singkat yang tertuliskan dalam badge pada coverall yang digunakan. “Anytime Anywhere” menunjukkan tingkat mobilitas kekuatan udara yang tak lekang oleh waktu. Hampir bisa dipastikan seluruh pergerakan mobility capabilities unsur kekuatan militer tidak pernah terlepas dari kehadiran pesawat Hercules sebagai tulang punggung jembatan udara.
Kemampuan mobilitas udara merupakan kemampuan pokok yang menjadi faktor utama dalam konsep air power. Seperti doktrin mobilitas udara USAF, “Rapid global mobility is the backbone for sustained combat operations”. Lebih jauh lagi sesuai dengan konsep “The Air Mobility Triad” yang mendefinisikan air mobility sebagai sebuah sistem yang mengombinasikan airlift, air refueling, dan aset-aset air mobility support yang terintegrasi dengan baik. Skadron Udara 32 pada dasarnya mempunyai ketiga kemampuan tersebut. Sehingga sudah barang tentu tingkat mobilitas dan dinamika skadron ini sangat tinggi.
Dengan kesiapan pesawat Hercules tipe B/H dan BT, Skadron Udara 32 siap melaksanakan berbagai misi sesuai doktrin “Swa Buwana Paksa”. Mulai dari kemampuan pergeseran personel maupun logistik yang dapat diterjunkan maupun didaratkan sampai dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat-pesawat yang menjadi ujung tombak kekuatan deterrent effect.
Tantangan ke depan
Pada peringatan hari jadi tanggal 11 Juli 2013, disadari bahwa tantangan ke depan tidaklah ringan. Bahkan semakin berat dihadapkan pada perkembangan teknologi dan tren konflik horizontal yang merupakan ciri khas asymmetric warfare. Kesiapan pesawat dan kesiapan personel merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam mewujudkan kesiapan operasional sebuah skadron udara.(Letkol Pnb Reza Sastranegara)
● Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar