Foto : Polisi Malaysia di Sabah (the Star)
LAHAD DATU:(DM) - Informasi seputar krisis Sabah justru semakin langka karena media-media dilarang mendekati daerah konflik. Perseteruan antara aparat keamanan Malaysia dan loyalis Sultan Sulu juga masih terus berlangsung saat ini.
Laporan-laporan mengenai situasi lapangan di Sabah kian bercampur-aduk dan sulit terverifikasi. Pada pekan lalu, Pemerintah Filipina sempat mengutip pernyataan Duta Besar Malaysia yang menyebutkan bahwa perseteruan di Sabah telah berakhir. Namun faktanya, Putera Mahkota Sulu justru mengintensifkan peperangan.
Di saat munculnya klaim-klaim yang berbeda antar dua pihak yang berseteru itu, media semakin kesulitan untuk masuk dan meliput Sabah. Hal itu disebabkan karena larangan aparat keamanan Malaysia. Demikian, seperti diberitakan GMA, Senin (4/3/2013).
Muncul pula laporan penahanan tiga wartawan termasuk warga Filipina yang dilakukan oleh aparat keamanan Malaysia. Serikat Jurnalis Nasional Filipina akhirnya semakin cemas dalam menanggapi hal itu.
"Apapun implikasi yang terjadi akibat perseteruan ini, kami yakin bahwa hal ini tidak bisa menjadi alasan menghentikan pengiriman informasi yang akurat, khususnya bagi warga Filipina dan Malaysia. Mereka berhak untuk tahu," demikian pernyataan Serikat Jurnalis Nasional Filipina.
Sejauh ini, baku tembak baru yang terjadi pada akhir pekan lalu telah menewaskan enam orang polisi Malaysia dan tujuh loyalis Sultan Sulu. Namun baku tembak sebelumnya sudah menewaskan 14 orang.
Usai polisi menjadi korban baku tembak tersebut, Angkatan Darat Malaysia langsung turun tangan dan mengirim dua batalion ke wilayah itu. Malaysia dan Filipina juga memulai penyelidikan mendalam atas perseteruan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar