PT Pindad (Persero) membangun pabrik amunisi di Malang (Jawa Timur) dengan menggandeng Rheinmetall Denel Munition (RDM), perusahaan asal Afrika Selatan. Ini akan menggenjot sektor bisnis Pindad di divisi amunisi.
Direktur Utama Pindad Sudirman Said mengatakan, dengan pembangunan pabrik ini perseroan akan memiliki akses untuk masuk ke pasar amunisi dengan skala internasional dimulai dari Asia Tenggara, sehingga Pindad bisa menggenjot bisnis perusahaan di sektor produksi amunisi.
"Di Pindad ada dua lini industri. Pertama persenjataan dan peralatan tempur., kedua industri amunisi. Sampai saat ini divisi amunisi telah menyumbang lebih dari 50% ke profit kami. Jadi memang sebagian besar dari amunisi," papar Sudirman usai penandatangan tersebut di Hotel Shangrilla, Jakarta, Kamis (7/8/2014).
Hingga akhir 2013, Pindad mencatat laba sebesar Rp 97 miliar. Artinya pada periode tersebut, bisnis amunisi telah menyumbang lebih dari Rp 49 miliar terhadap total laba perusahaan.
"Bukan angka yang besar, tapi yang penting itu trennya. Kita lihat trennya ini mengalami kenaikan. Dalam tiga tahun ini rata-rata pertumbuhannya 24% per tahun, itu yang ingin kita tingkatkan. Kami harapkan dengan kerja sama ini, peningkatannya akan lebih agresif bagi perusahaan," sebut dia.
Sudirman optimistis langkah strategis ini dapat menggenjot kinerja perusahaan secara keseluruhan. Karena menurutnya di Asia Tenggara belum banyak industri amunisi. Pabrik ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
"Tidak banyak negara di Asia Tenggara yang bisa memproduksi amunisi seperti kita (Pindad). Kerja sama ini akan menjadikan fasilitas produksi amunisi ini sebagai yang tebesar di Asia Tenggara," sebut dia.
Terkait dengan pabrik amunisi yang akan dibangun bersama RDM, ia menyebut pembangunan akan dilengkapi dengan area uji coba peledakan.
"Kita sudah ada bangunan, sudah jadi lokasinya di Malang. Selain gedung, ada lahan terbuka juga. Luas total 168 hektar. Ada tempat peledakan percobaan. Jarak dari malang 20 km. Jauh dari pemukiman sehingga cocok untuk tempat pengembangan industri ledakan," terang Sudirman.
Investasi yang sudah digelontorkan untuk bangunan tersebut adalah sekitar Rp 20 miliar. "Bukan angka yang signifikan, karena bangunan saja itu belum apa-apa. Kita masih harus mendatangkan mesin, peralatan dan lain-lain," lanjut dia.
Selain itu, Pindad dan RDM bersepakat untuk membangun akademi atau lembaga pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Untuk mengoperasikan gedung ini tentu kita butuh tenaga ahli. Di Malang kita sudah ada 1.000 orang tenaga ahli. Tapi kalau kita mau masuk level berikutnya karena kita ingin menjangkau pasar Asia, berarti kita butuh tenaga ahli lebih banyak lagi. Kita belum tahu berapa, tapi semua sedang kita persiapkan," paparnya.
Ditambahkan Sudirman, dari kerjasama ini nantinya juga akan dibentuk sebuah perusahaan patungan atau joint venture (JV) yang akan menjadi perusahaan pelaksana atas rencana pengembangan industri amunisi ini.
Sudirman mengatakan, sebagai langkah awal realisasi rencana tersebut pihaknya bersama RDM akan melakukan pembicaraan rutin untuk menentukan strategi detil pengembangan usaha atau detail plan.
"Kita harapkan sampai akhir tahun ini sudah ada detail plan-nya. Jadi dalam 3-4 bulan ini kita harapkan sudah didapat perencanaan dasarnya seperti apa," kata Sudirman.
Setelah rencana detil diperoleh, lanjut Sudirman, maka akan langsung dibahas perencanaan teknisnya termasuk pembagian porsi investasi masing-masing pihak atas perusahaan patungan ini.
"Yang saya ingin, secara keahlian kita punya banyak ahli, investasi tergantung kemampuan kita, tapi kalau bisa kita juga taruh uang (investasi finansial). Jadi kita bukan hanya sebagai mitra lokal yang hanya urus perizinan. Tapi true partner, benar-benar sebagai partner yang mengembangkan industri," kata Sudirman.Spesifikasi Amunisi Senjata Buatan Pindad di Pabrik Malang PT Pindad (Persero) bakal membangun pabrik amunisi dengan perusahaan senjata asal Afrika Selatan Rheinmetall Denel Munition (RDM). Pabrik itu akan memproduksi amunisi berukuran besar yakni 60mm hingga 155mm.
"Rekan kami memiliki pengalaman yang sangat panjang di bidang amunisi jadi mungkin banyak hal yang bisa dikerjakan. Tetapi pertama kami akan kembangkan untuk amunisi ukuran besar," kata Direktur Utama Pindad, Sudirman Said di Hotel Shangrilla, Jakarta, Kamis (7/8/2014).
Untuk kawasan Asia Tenggara, pemenuhan Amunisi ukuran ini separuhnya masih dipasok dari negara-negara di luar kawasan ini. RDM merupakan salah satu pemasok amunisi ukuran tersebut.
Sudirman mengatakan, RDM sebagai mitranya punya banyak pengalaman memproduksi dan memasok amunisi ke Asia Tenggara. Selama ini, semua amunisi diproduksi di Afrika Selatan dan diekspor ke Asia Tenggara.
Dengan dibangunnya pabrik yang berlokasi di Malang, Jatim ini, diharapkan proses distribusi dan pasokan amunisi ke kawasan Asia Tenggara akan lebih lancar.
"Bagian terpenting dari barang explosif (peledak) itu kan ada di transportasinya. Kalau bisa bangun di Indonesia, maka akan ada efisiensi dari segi transportasi jadi lebih mudah menjangkau pasar Malaysia, Singapura dan negara Asia Tenggara lainnya," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Offixer RDM Nobert Shulze mengungkapkan, dalam industri amunisi, akses memegang peran yang sangat penting.
"Bisa membangun pusat industri amunisi di Indonesia merupakan strategi yang sudah disiapkan 1 tahun lalu bukan hanya untuk memproduksi amunisi di kawasan Asia Tenggara. Tetapi juga membuat kemungkinan baru untuk membangun industri amunisi yang kualitasnya sama dengan yang sudah kami kembangkan di seluruh dunia," kata Nobert.
Amunisi yang bakal diproduksi Pindad dan RDM itu berkaliber 155 mm dan memiliki spesifikasi yang sangat mendukung pertempuran jarak jauh. Berbobot 47 kg, amunisi berbentuk runcing ini memiliki daya tembak hingga 39 Km.
Fisik amunisi raksasa ini terbagi menjadi dua. Bagian pertama adalah bagian tabung yang berisi mesiu. Bagian kedua adalah sumbu (fuse) yang terletak di bagian ujung yang runcing.
Biasanya, amunisi ini digunakan sebagai kelengkapan senjata pada kendaran tempur seperti Leopard. Amunisi jenis ini juga biasa digunakan sebagai peluru meriam Cesar 155 berdaya tembak 39 KM yang biasanya diangkut dengan kendaraan besar seperti truk.
Perusahaan asal Afrika Selatan itu memiliki protofolio produk amunisi yang sangat beragam dan telah berpengalaman di lebih dari 84 negara di seluruh dunia.
Adapun portofolio amunisi yang diproduksi perusahaan ini adalah:
1. Artillery ammunition (105mm dan 155mm)
2. Mortar ammunition (60,81mm dan 120mm)
3. Bomb pesawat udara
4. Amunisi untuk kendaran tempur naval
5. Amunisi senjata infantri kaliber 40mm
6. Serta berbagai amunisi dan komponen lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar