Kamis, 27 Oktober 2011
Dua Maskapai Indonesia Borong 30 Sukhoi Rusia
Jakarta - Dua maskapai Indonesia akan membeli 30 pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 dari Rusia. Pesawat SSJ 100 ini merupakan katagori sipil untuk kepentingan komersial.
"Pesannya 30 pesawat baru itu semua, nanti datangnya bertahap," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (27/10/2011).
Menurut Herry, ke-30 pesawat Sukhoi tersebut merupakan pesawat untuk penerbangan sipil dengan kapasitas 100 penumpang. Sebanyak 18 merupakan permintaan dari Kartika Airlines dan 12 pesawat merupakan permintaan Sky Aviation.
"Sukhoi ini cukup bagus dengan penumpang 100 orang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil," ujarnya.
Saat ini, pihak Indonesia tengah menunggu sertifikasi dari Eropa yaitu International Aviation Safety Assesment (IASA). Pasalnya, sertifikasi dari Rusia sudah diperoleh pesawat tersebut. Diharapkan pada tahun 2013, pesawat tersebut sudah bisa masuk secara bertahap.
"Ini masuknya tahun 2013, nanti datangnya bertahap, tergantung Kartika dan Sky Aviation," jelasnya.
Selain pembelian pesawat, Herry menyatakan pihak pemerintah sedang mengupayakan adanya joint production dengan pihak Rusia bersama PT Dirgantara Indonesia untuk sparepart dan after sales service.
"Ini kan pesawat baru semua, pastilah ada kurang ini itu, baby sickness. Ini yang kita harapkan bisa dilakukan di Indonesia, meskipun memang tetap tanggung jawab pabrik,"pungkasnya.
SSJ 100 merupakan pesawat berkapasitas 100 tempat duduk. Pesawat ini buatan Sukhoi Civil Aircraft Company (SCAC) yang bekerjasama dengan Alinea Aeronautica. Sukhoi Civil Aircraft Company yang merupakan salah satu unit dari United Aviation Corporation yang memproduksi pesawat sipil.
Pesawat ini telah melakukan penerbangan sejak Mei 2008. Pada Februari 2011, SSJ 100 telah meraih Sertifikat Type (Type Certification) dari Otoritas Sertifikasi Rusia dan sertifikasi dari Otoritas Penerbangan Uni Eropa (EASA) akan diperoleh dalam waktu dekat.
DETIK FINANCE
Tentara Indonesia Juara Tembak se-Asean
27 Oktober 2011, Depok (bisnis-jabar.com): Indonesia yang diwakili oleh TNI Angkatan Darat menjadi juara umum Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN (ASEAN Armies Rifle Meet/AARM) ke-21 2011 di Lapangan Tembak Markas Divisi-1/Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, 14-27 Oktober 2011.
Dalam acara penutupan Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN itu, di Cilodong, Depok, Kamis, menyebutkan, Indonesia memperoleh 9 trofi piala dari 15 trofi piala bergilir dengan jumlah perolehan medali sebanyak 39 medali, yakni 18 medali emas, 13 medali perak dan 8 medali perunggu.
Sementara di posisi kedua dipegang oleh Thailand yang mendapatkan dua trofi dengan 24 medali, yakni empat medali emas, 10 medali perak dan 10 medali perunggu. Di urutan ketiga dipegang oleh Filipina yang mendapatan dua trofi dengan 13 medali, yakni empat medali emas, lima medali perak dan empat medali perunggu.
Kontingen Singapura berada di posisi keempat dengan peroleh dua trofi dan mendapatkan 14 medali, yakni empat medali emas, empat medali perak dan enam medali perunggu.
Sedangkan, kontingen lainnya dari Myanmar dan Vietnam hanya mendapatan satu medali, yakni medali perunggu. Brunei Darussalam, Kamboja dan Laos tidak mendapatkan satu pun medali.
Enam cabang pertandingkan dalam kejuaraan tembak itu, yakni pistol putra putri, senapan, senjata otomatis, karaben, dan novelty shoot yang khusus dilombakan antar pimpinan angkatan darat negara-negara ASEAN.
Usai penutupan lomba itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo mengaku bersyukur kontingen TNI AD bisa memenangkan pertandingan AARM 2011.
“Perolehan ini sangat membanggakan. Saya harap, ke depan prajurit TNI AD menunjukan prestasi yang lebih baik lagi,” katanya.
Terlebih lagi, TNI AD dalam AARM kali ini maupun AARM sebelum-sebelumnya selalu mengandalkan senapan/pistol buatan negeri sendiri (PT Pindad).
“Ini membuktikan bahwa produk dalam negeri pun sudah sangat patut untuk kita banggakan. Di tangan prajurit-prajurit kita yang terlatih, senapan/pistol buatan negeri sendiri kini telah menjelma menjadi senjata yang sangat presisi dan mengundang kagum bagi negara lain. Saya dengar ada negara lain yang mulai memesan senjata ke PT Pindad,” paparnya.
Menurut dia, kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya itu bisa meningkatkan kerja sama antara negara-negara ASEAN.
“Komunikasi dan interaksi yang intensif antarangkatan darat se-ASEAN dapat meningkatkan kerja sama dan ikatan persaudaraan,” ujarnya seraya mengataan omba tersebut juga merupakan ajang untuk mengukur kemampuan dan profesionalisme masing-masing petembak.
Ia pun berharap kontingen TNI AD bisa memenangkan kejuaraan tembak pada AARM ke-22 di Brunei Darussalam pada 2012 mendatang. Kita berharap bisa merebut kemenangan kembali, meski masing-masing negara juga akan mempersiapkannya dengan baik,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Komandan Kontingen TNI Angkatan Darat Letkol Inf Djon Afriandi, mengaku senang dengan perolehan medali yang didapat oleh peserta kontingen TNI AD.
“Perolehan 9 trofi sesuai yang ditargetkan, dimana tahun sebelumnya hanya mendapatkan 8 trofi,” katanya.
Untuk kejuaraan tembak AARM selanjutnya di Brunei, tambah dia, pihaknya berharap kontingen TNI AD bisa kembali memenangkan kejuaraan itu.
“Sebelumnya, kami akan melakukan evaluasi dari hasil pertandingan ini. Karena dari 5 trofi perorangan, kami hanya mendapatkan satu trofi,” ujarnya.
Sumber: Bisnis Jabar
Menneg BUMN Minta PTDI dan Pindad Fokus
Presiden SBY meninjau alutsista produksi PT Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad, pada peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)
27 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan meminta Direksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Pindad untuk memokuskan energi melaksanakan kontrak kerja Alutsista dari pemerintah agar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
"PTDI dan Pindad diminta untuk fokus menuntaskan kontrak kerja sesuai skedul, jangan ada penyelesaian proyek yang meleset agar perusahaan mendapatkan nilai tambah," kata Dahlan Iskan di PTDI Kota Bandung, Rabu.
Ia meminta kepada jajaran direksi BUMN Strategis yang mendapatkan kontrak pengadaan alutsista dari pemerintah dalam jumlah dan nilai yang besar untuk fokus dan tidak disibukan dengan hal-hal yang bisa mengakibatkan penyelesaian kontrak di keluar dari skedul.
Bila tidak fokus dalam pengerjaan proyek besar itu, potensi realisasi kontrak dengan pemesan tidak akan tertangani.
"Dengan menyelesaikan kontrak tepat waktu dan tidak meleset, sudah menjadi nilai plus dan mengharumkan perusahaan. Jelas hal itu akan mempercepat kebangkitan," kata Dahlan Iskan.
Ia menyebutkan, kepercayaan dari pengguna produk PTDI dan Pindad yang begitu besar harus dijawab dengan sungguh-sungguh.
"Proyek dari pemerintah dalam pengadaan alutsista bagi PTDI dan Pindad nilainya cukup besar. Ini kesempatan,tunjukan penyelesaian kontrak tepat waktu dengan kualitas bagus, maka itu sebuah promosi luar biasa yang tidak perlu keluar dana besar," kata Dahlan Iskan.
Sementara itu untuk memfasilitasi dan komitmen pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN terhadap revitalisasi PTDI, maka dilakukan penandatanganan kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun.
"Hari Rabu (26/10) petang ini, kami menandatangani kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun untuk modal PTDI," kata Dahlan.
Sementara itu Direktur Utama PTDI Budi Santoso menyebutkan langkah restrukturisasi perusahaan telah dilakukan, salah satunya melalui suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan penyertaam modal kerja sehingga membuat ekuitas PTDI menjadi positif.
"Pada 2010 ekuitas PTDI negatif karena beban masa lalu, kami tak banyak menerima kontrak karena tidak ada modal, namun pada 2011-2012 dengan tambahan modal dan penyertaan modal negara membuat kami bisa kembali memproduksi dan mengerjaan kontrak," kata Budi Santoso.
Dengan ekuitas positif, maka kami bisa ikut tender dan bisa mengajukan kredit modal ke perbankan. Pada kesempatan itu, pihaknya juga merencanakan melakukan up grade fasilitas yang rata-rata sudah berusia di atas 20 tahunan.
"Up grade fasilitas perlu dilakukan agar pekerjaan dan kapasitas lebih baik," kata Direktur Utama PTDI itu menambahkan.
Sumber: ANTARA News
27 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan meminta Direksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Pindad untuk memokuskan energi melaksanakan kontrak kerja Alutsista dari pemerintah agar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
"PTDI dan Pindad diminta untuk fokus menuntaskan kontrak kerja sesuai skedul, jangan ada penyelesaian proyek yang meleset agar perusahaan mendapatkan nilai tambah," kata Dahlan Iskan di PTDI Kota Bandung, Rabu.
Ia meminta kepada jajaran direksi BUMN Strategis yang mendapatkan kontrak pengadaan alutsista dari pemerintah dalam jumlah dan nilai yang besar untuk fokus dan tidak disibukan dengan hal-hal yang bisa mengakibatkan penyelesaian kontrak di keluar dari skedul.
Bila tidak fokus dalam pengerjaan proyek besar itu, potensi realisasi kontrak dengan pemesan tidak akan tertangani.
"Dengan menyelesaikan kontrak tepat waktu dan tidak meleset, sudah menjadi nilai plus dan mengharumkan perusahaan. Jelas hal itu akan mempercepat kebangkitan," kata Dahlan Iskan.
Ia menyebutkan, kepercayaan dari pengguna produk PTDI dan Pindad yang begitu besar harus dijawab dengan sungguh-sungguh.
"Proyek dari pemerintah dalam pengadaan alutsista bagi PTDI dan Pindad nilainya cukup besar. Ini kesempatan,tunjukan penyelesaian kontrak tepat waktu dengan kualitas bagus, maka itu sebuah promosi luar biasa yang tidak perlu keluar dana besar," kata Dahlan Iskan.
Sementara itu untuk memfasilitasi dan komitmen pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN terhadap revitalisasi PTDI, maka dilakukan penandatanganan kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun.
"Hari Rabu (26/10) petang ini, kami menandatangani kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun untuk modal PTDI," kata Dahlan.
Sementara itu Direktur Utama PTDI Budi Santoso menyebutkan langkah restrukturisasi perusahaan telah dilakukan, salah satunya melalui suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan penyertaam modal kerja sehingga membuat ekuitas PTDI menjadi positif.
"Pada 2010 ekuitas PTDI negatif karena beban masa lalu, kami tak banyak menerima kontrak karena tidak ada modal, namun pada 2011-2012 dengan tambahan modal dan penyertaan modal negara membuat kami bisa kembali memproduksi dan mengerjaan kontrak," kata Budi Santoso.
Dengan ekuitas positif, maka kami bisa ikut tender dan bisa mengajukan kredit modal ke perbankan. Pada kesempatan itu, pihaknya juga merencanakan melakukan up grade fasilitas yang rata-rata sudah berusia di atas 20 tahunan.
"Up grade fasilitas perlu dilakukan agar pekerjaan dan kapasitas lebih baik," kata Direktur Utama PTDI itu menambahkan.
Sumber: ANTARA News
TNI AL Rencanakan Latihan Perang Besar-besaran
(Foto: Koarmatim)
27 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): TNI Angkatan Laut akan melakukan latihan perang laut secara besar-besaran bersandi Armada Jaya XXX/2011 pada 30 Oktober hingga 16 November mendatang. Latihan ini menjadi tolak ukur kemampuan dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan kesiapsiagaan sistem senjata armada terpadu (SSAT).
“Mulai dari Laut Jawa hingga puncaknya pelaksanaan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat marinir di Sangatta, Kalimantan Timur,”kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Kamis (27/10).
Menurut Kadispenal, TNI AL akan menurunkan seluruh senjata yang tergabung dalam SSAT. “Mulai Kapal perang, pesawat udara, marinir, dan pangkalan,”katanya.
Untung merinci, latihan ini akan diikuti empat ribu personel dengan 21 jenis kapal perang. Kapal-kapal ini terdiri dari Kapal selam, kapal perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, kapal perusak kawal, kapal angkut tank, kapal buru ranjau, kapal tanker, dan kapal bantu tunda. Diturunkan juga enam pesawat masing-masing 3 Unit Pesawat Cassa dan 3 unit Helikopter. Selain itu, 93 unit Kendaraan tempur pasukan pendarat (ranpur pasrat).
Sumber: Jurnas
27 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): TNI Angkatan Laut akan melakukan latihan perang laut secara besar-besaran bersandi Armada Jaya XXX/2011 pada 30 Oktober hingga 16 November mendatang. Latihan ini menjadi tolak ukur kemampuan dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan kesiapsiagaan sistem senjata armada terpadu (SSAT).
“Mulai dari Laut Jawa hingga puncaknya pelaksanaan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat marinir di Sangatta, Kalimantan Timur,”kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Kamis (27/10).
Menurut Kadispenal, TNI AL akan menurunkan seluruh senjata yang tergabung dalam SSAT. “Mulai Kapal perang, pesawat udara, marinir, dan pangkalan,”katanya.
Untung merinci, latihan ini akan diikuti empat ribu personel dengan 21 jenis kapal perang. Kapal-kapal ini terdiri dari Kapal selam, kapal perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, kapal perusak kawal, kapal angkut tank, kapal buru ranjau, kapal tanker, dan kapal bantu tunda. Diturunkan juga enam pesawat masing-masing 3 Unit Pesawat Cassa dan 3 unit Helikopter. Selain itu, 93 unit Kendaraan tempur pasukan pendarat (ranpur pasrat).
Sumber: Jurnas
"Teroris Kuasai" Lima Obyek Vital
Petugas Inafis memeriksa jenasah teroris saat simulasi latihan bersama TNI-Polri penaggulangan terorisme di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (27/10). Latihan yang diikuti personil TNI sebanyak 470 orang dan Polri 2.180 personil tersebut, bertujuan sebagai pedoman agar penanggulangan terorisme dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan mencapai sasaran. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ss/nz/11)
27 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Teroris secara bersamaan menguasai lima obyek vital di laut dan darat wilayah Jakarta dan Banten. Mulai dari beberapa hotel jaringan internasional hingga Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Lima obyek vital yang dikuasai teroris adalah kapal KM Wahana, Hotel Permata 1 dan Hotel Permata 2, menguasai stasiun televisi satelit 1 dan bandara internasional Kristal.
Dalam aksi tersebut para teroris menuntut pembebasan tokoh utama mereka, yakni X dan Y, yang ditahan pemerintah.
Menyikapi itu aparat kewilayahan baik di Jakarta maupun Banten, TNI maupun Polri melakukan koordinasi secara berjenjang.
Dari hasil dinamika di lapangan, maka diputuskan mengerahkan satuan-satuan antiteror TNI-Polri, yakni Detasemen Khusus-88 Mabes Polri, Satuan Gultor-81 Kopassus, Detasemen Jala Mangkara TNI Angkatan Laut dan Detasemen Bravo-90 TNI Angkatan Udara.
Itulah rangkaian singkat latihan gabungan penanggulangan teror TNI-Polri bersandikan "Waspada Nusa III" 2011.
Rangkaian latihan antiteror TNI-Polri di lima lokasi itu disaksikan secara langsung melalui layar lebar berukuran 5 x 3 meter oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman di Lapangan Parkir Timur Senayan.
Hadir pula Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno dan perwakilan sejumlah negara sahabat.
Latihan kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan "Waspada Nusa III" itu melibatkan 470 personel Polri dan 2.180 personel TNI.
Personil anggota dari Den Bravo-90 TNI AU melakukan langkah taktis penanggulangan teroris yang menyekap tawanan di dalam pesawat di terminal 1 bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/10). Kegiatan tersebut merupakan latihan gabungan bersama TNI dan Polri, dimana dengan latihan ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan seluruh unsur yang ada dalam penanggulangan teror. (Foto: ANTARA/Lucky.R/ss/mes/11)
Personil gabungan TNI-Polri mengikuti latihan bersama penaggulangan terorisme di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (27/10). Latihan yang diikuti personil TNI sebanyak 470 orang dan Polri 2.180 personil tersebut, bertujuan sebagai pedoman agar penanggulangan terorisme di Indonesia dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan mencapai sasaran. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/mes/11)
Sumber: ANTARA News
27 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Teroris secara bersamaan menguasai lima obyek vital di laut dan darat wilayah Jakarta dan Banten. Mulai dari beberapa hotel jaringan internasional hingga Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Lima obyek vital yang dikuasai teroris adalah kapal KM Wahana, Hotel Permata 1 dan Hotel Permata 2, menguasai stasiun televisi satelit 1 dan bandara internasional Kristal.
Dalam aksi tersebut para teroris menuntut pembebasan tokoh utama mereka, yakni X dan Y, yang ditahan pemerintah.
Menyikapi itu aparat kewilayahan baik di Jakarta maupun Banten, TNI maupun Polri melakukan koordinasi secara berjenjang.
Dari hasil dinamika di lapangan, maka diputuskan mengerahkan satuan-satuan antiteror TNI-Polri, yakni Detasemen Khusus-88 Mabes Polri, Satuan Gultor-81 Kopassus, Detasemen Jala Mangkara TNI Angkatan Laut dan Detasemen Bravo-90 TNI Angkatan Udara.
Itulah rangkaian singkat latihan gabungan penanggulangan teror TNI-Polri bersandikan "Waspada Nusa III" 2011.
Rangkaian latihan antiteror TNI-Polri di lima lokasi itu disaksikan secara langsung melalui layar lebar berukuran 5 x 3 meter oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman di Lapangan Parkir Timur Senayan.
Hadir pula Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno dan perwakilan sejumlah negara sahabat.
Latihan kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan "Waspada Nusa III" itu melibatkan 470 personel Polri dan 2.180 personel TNI.
Personil anggota dari Den Bravo-90 TNI AU melakukan langkah taktis penanggulangan teroris yang menyekap tawanan di dalam pesawat di terminal 1 bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/10). Kegiatan tersebut merupakan latihan gabungan bersama TNI dan Polri, dimana dengan latihan ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan seluruh unsur yang ada dalam penanggulangan teror. (Foto: ANTARA/Lucky.R/ss/mes/11)
Personil gabungan TNI-Polri mengikuti latihan bersama penaggulangan terorisme di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (27/10). Latihan yang diikuti personil TNI sebanyak 470 orang dan Polri 2.180 personil tersebut, bertujuan sebagai pedoman agar penanggulangan terorisme di Indonesia dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan mencapai sasaran. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/mes/11)
Sumber: ANTARA News
Debut MRAP Baru Kopassus
Mamba Mark II MRAP 4x4 buatan BAE Systems Land Systems OMC, unit bisnis BAE Systems di Afrika Selatan (all photos : ARC, Audryliahepburn)
Setelah MRAP Casspir dimiliki Kopassus, belum ada lagi kabar kendaraan sejenis yang akan diakuisisi oleh TNI. Namun pada tahun akhir tahun 2006, bersamaan dengan diselenggarakannya pameran pertahanan Indodefence 2006, muncul berita bahwa BAE System menawarkan MRAP tipe RG-31 Nyala dan RG-32 kepada TNI.
Tidak ada kabar mengenai disetujui tidaknya sodoran kendaraan MRAP tersebut, namun Majalah Commando edisi Mei 2010 memergoki satu kendaraan MRAP yang mirip RG-31 ketika sedang berkunjung ke markas Kopassus.
Beberapa hari yang lalu menjelang diadakannya Latihan Gabungan Anti Teror 2011, foto kendaraan MRAP tersebut beredar di forum-forum militer. Pada hari ini kendaraan tersebut resmi diperlihatkan kepada publik dalam Latihan Gabungan Anti Teror TNI-Polri 2011.
Menilik dari bentuk fisiknya terutama grille depan, lampu depan, dan ban cadangan di bodi sebelah kiri maka kendaraan ini dapat diidentifikasikan sebagai Mamba, dan melihat dari kaca samping bagian belakang yang hanya terdiri dari satu ruas, maka dapat dipastikan bahwa kendaraan ini adalah Mamba Mk II MRAP buatan Afrika Selatan.
Mamba dibuat oleh Reumech OMC, pabrikan dari Afrika Selatan, pabrikan ini sempat mengalami proses akuisisi beberapa kali dimulai oleh Vickers, Alvis dan terakhir oleh BAE Systems dan namanya pun berubah menjadi BAE Systems Land Systems OMC.
Mamba Mk II sebagai kendaraan ringan 4x4 ditenagai oleh mesin diesel Mercedes Benz 352N 6-cylinder sehingga kendaraan dapat dipacu hingga kecepatan 102 km/jam. Sebagai kendaraan MRAP (Mine Resistant Ambush Protected), kendaraan ini mempunyai lambung baja berbentuk V untuk melindungi penumpangnya dari ledakan ranjau anti tank.
Kendaraan ini mempunyai berat 6,8 ton, dengan bodi monocoque dan mempunyai ground clearance 41cm. Standar proteksi Mamba pada lambung baja dan kacanya dapat memberikan perlindungan terhadap tembakan senjata dengan amunisi ukuran 5,56 × 34 mm dan 7,62 × 51 mm serta perlindungan opsional terhadap amunisi tipe armour–piercing ukuran 7,62 × 51 mm standar NATO.
Memang terdapat tiga kendaraan MRAP yang mirip satu sama lain yaitu : mamba, Nyala, dan Reva. RG-31 Nyala adalah pengembangan lebih lanjut dari Mamba Mk II oleh Land Systems OMC, sedangkan Reva adalah pengembangan oleh ICP dengan mesin penggerak Merek Cummins sejak varian Mamba Mk I. Reva telah dipakai oleh Angkatan Darat Thailand dan dioperasikan di wilayah konflik Thailand Selatan.
Selain Mamba, Kopassus juga mengoperasikan kendaraan MRAP Casspir yang sama-sama buatan Afrika Selatan. Casspir diproduksi oleh TFM yang selanjutnya diakuisisi oleh Reumech OMC dan akhirnya menjadi Land Systems OMC. Casspir tergolong MRAP berukuran sedang.
Dalam mengangkut personil Mamba mampu membawa 9 personil plus 2 crew, sedangkan Casspir yang mempunyai bobot 10,88 ton dapat membawa lebih banyak lagi yaitu 12 personil plus 2 crew.
Kendaraan ini pantas digunakan oleh Sat-81 Gultor Kopassus, karena akan memberikan perlindungan maksimal pada prajurit yang telah dididik dengan biaya mahal.
(Defense Studies)
Setelah MRAP Casspir dimiliki Kopassus, belum ada lagi kabar kendaraan sejenis yang akan diakuisisi oleh TNI. Namun pada tahun akhir tahun 2006, bersamaan dengan diselenggarakannya pameran pertahanan Indodefence 2006, muncul berita bahwa BAE System menawarkan MRAP tipe RG-31 Nyala dan RG-32 kepada TNI.
Tidak ada kabar mengenai disetujui tidaknya sodoran kendaraan MRAP tersebut, namun Majalah Commando edisi Mei 2010 memergoki satu kendaraan MRAP yang mirip RG-31 ketika sedang berkunjung ke markas Kopassus.
Beberapa hari yang lalu menjelang diadakannya Latihan Gabungan Anti Teror 2011, foto kendaraan MRAP tersebut beredar di forum-forum militer. Pada hari ini kendaraan tersebut resmi diperlihatkan kepada publik dalam Latihan Gabungan Anti Teror TNI-Polri 2011.
Menilik dari bentuk fisiknya terutama grille depan, lampu depan, dan ban cadangan di bodi sebelah kiri maka kendaraan ini dapat diidentifikasikan sebagai Mamba, dan melihat dari kaca samping bagian belakang yang hanya terdiri dari satu ruas, maka dapat dipastikan bahwa kendaraan ini adalah Mamba Mk II MRAP buatan Afrika Selatan.
Mamba dibuat oleh Reumech OMC, pabrikan dari Afrika Selatan, pabrikan ini sempat mengalami proses akuisisi beberapa kali dimulai oleh Vickers, Alvis dan terakhir oleh BAE Systems dan namanya pun berubah menjadi BAE Systems Land Systems OMC.
Mamba Mk II sebagai kendaraan ringan 4x4 ditenagai oleh mesin diesel Mercedes Benz 352N 6-cylinder sehingga kendaraan dapat dipacu hingga kecepatan 102 km/jam. Sebagai kendaraan MRAP (Mine Resistant Ambush Protected), kendaraan ini mempunyai lambung baja berbentuk V untuk melindungi penumpangnya dari ledakan ranjau anti tank.
Kendaraan ini mempunyai berat 6,8 ton, dengan bodi monocoque dan mempunyai ground clearance 41cm. Standar proteksi Mamba pada lambung baja dan kacanya dapat memberikan perlindungan terhadap tembakan senjata dengan amunisi ukuran 5,56 × 34 mm dan 7,62 × 51 mm serta perlindungan opsional terhadap amunisi tipe armour–piercing ukuran 7,62 × 51 mm standar NATO.
Memang terdapat tiga kendaraan MRAP yang mirip satu sama lain yaitu : mamba, Nyala, dan Reva. RG-31 Nyala adalah pengembangan lebih lanjut dari Mamba Mk II oleh Land Systems OMC, sedangkan Reva adalah pengembangan oleh ICP dengan mesin penggerak Merek Cummins sejak varian Mamba Mk I. Reva telah dipakai oleh Angkatan Darat Thailand dan dioperasikan di wilayah konflik Thailand Selatan.
Selain Mamba, Kopassus juga mengoperasikan kendaraan MRAP Casspir yang sama-sama buatan Afrika Selatan. Casspir diproduksi oleh TFM yang selanjutnya diakuisisi oleh Reumech OMC dan akhirnya menjadi Land Systems OMC. Casspir tergolong MRAP berukuran sedang.
Dalam mengangkut personil Mamba mampu membawa 9 personil plus 2 crew, sedangkan Casspir yang mempunyai bobot 10,88 ton dapat membawa lebih banyak lagi yaitu 12 personil plus 2 crew.
Kendaraan ini pantas digunakan oleh Sat-81 Gultor Kopassus, karena akan memberikan perlindungan maksimal pada prajurit yang telah dididik dengan biaya mahal.
(Defense Studies)
Wamenhan : Indonesia akan Membeli Heli Apache
Indonesia menjajaki untuk membeli helikopter AH-64 langsung dari Boeing (photo : Christhopher Ebdon)
Sjafrie:Kalau PT DI Bisa Lebih Murah, Kemenhan akan Beli Lebih Banyak
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG – Pemerintah mengklaim telah menyusun roadmap revitalisasi industri pertahanan. Termasuk penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
“Sebagai gambaran kebutuhan TNI dengan menggunakan produk PT DI, saya sebutkan dalam satuan skuadron,’’ kata Wakil Menteri Pertahanan sekaligus Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Sjafrie Sjamsudin, di Bandung, Rabu (26/10). Satu skuadron adalah pesawat berkekuatan 12-16 pesawat.
Sjafrie mengatakan target kebutuhan TNI yang akan dipesan ke PT DI menggunakan acuan tenggat waktu per semester pertama 2014. Rinciannya, sebut dia, adalah satu skuadron helikopter serbu Bell 412. Kemudian, CN-295 juga akan ditambah satu skuadron untuk patroli maritim. TNI AU, tambah dia, butuh helikopter Cougar 725.
Dijajagi juga helikopter serang kolaborasi dengan Eurocopter (photo : Mike Vallentin)
Juga, helikopter serang untuk TNI AD. Khusus untuk TNI AD, helikopter Apache akan dibeli langsung dari Boeing, tapi juga ada pemesanan helikopter produk kolaborasi PT DI dengan Eurocopter.
Yang pasti, tambah Sjafrie, satu skuadron CN-295 akan diminta mulai awal 2012 sudah ada pengiriman bertahap sampai semester pertama 2014. Dia mengatakan kalau PT DI bisa memberikan harga lebih murah, Kementerian Pertahanan akan membeli lebih banyak produk perusahaan tersebut. “Karena anggarannya Rp 325 triliun,’’ kata dia.
Sjafrie berharap PT DI sudah bisa menentukan harga, karena komitmen dari Kementerian Pertahanan sudah ditandatangani. Harapannya, kerja sama ini bisa terealisasi segera. “Kami juga berharap manajemen produksi juga harus bagus, karena manajerial diperlukan terkait peluang Kementerian Pertahanan yang diberikan kepada PT DI untuk berproduksi,’’ tegas dia.
TNI AU Berencana Mengakuisisi Satu Skuadron Sukhoi Su-30MK2
Sumber : KORAN TEMPO Edisi 24/10/2011
JAKARTA - Senin (24/10) lalu TNI AU mengumumkan rencana proyek pengadaan jet tempur Sukhoi Su-30MK2 senilai US$ 470 juta dibeberapa media massa yang terbit di Indonesia. Program pengadaan ini cukup mengejutkan dari segi nilai proyek, karena jika dana yang dianggarkan di bagi harga per-unit jet tempur Sukhoi yang kini sekitar US$ 30-40 juta (tergantung kelengkapan), maka dalam proyek pengadaan kali ini TNI AU berencana mengakuisisi hampir 12-16 pesawat tempur Sukhoi atau sekitar satu skuadron.
Ibukota "jatuh", negara juga "jatuh"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, ibu kota negara harus memenuhi persyaratan aspek pertahanan dan keamanan, sebab kejatuhan ibu kota sama dengan kejatuhan negara.
"Idealnya, ibu kota negara terletak dan terlindung dalam suatu inner circle yang affordable to defence. Tidak di teras depan atau belakang teritorial negara," kata Staf Ahli Bidang Keamanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Zaenal F Tamzis, dalam acara "Optimalisasi Pembangunan Jakarta Dalam Perspektif Geopolitik Indonesia Guna Memperkuat Sistem Keamanan Nasional" di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa.
Dalam strategi militer, lanjut dia, ibu kota negara adalahprimary command post atau pusat kendali operasi, apalagi bila ada ancaman militer dan nonmiliter.
"Ibu kota negara harus memiliki peran ganda. Ibu kota negara harus memiliki akses laut, udara, darat, yang memiliki kemampuan sebagai jembatan komunikasi aspek sosial ekonomi. Dari aspek manfaat ibu kota harus berperan sebagai one stop government channels," ucapnya.
Ibu kota juga dapat merepresentasikan empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia pada masa kepemimpinan Soekarno, pernah mewacanakan pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Palangka Raya, di Kalimantan Tengah. Dari sisi geografis, ibukota Kalimantan Tengah itu bisa dibilang persis di tengah Indonesia.
Mantan Komandan Paspampres, Letnan Jenderal Marinir (Purn) Nono Sampono, menilai permasalahan keamanan di Jakarta tidak bisa dilihat secara parsial hanya pada bagian keamanan dan ketertiban masyarakat, melainkan secara global melingkupi keamanan nasional.
"Keamanan di ibu kota bukan hanya sekedar penanganan preman, melainkan juga keamanan negara, keamanan terhadap aset nasional dan nilai-nilainya. Keamanan nasional bukan hanya kamtibmas. Keamanan ideologi, politik. Bagaimana Jakarta dilihat dari perspektif geopolitik," kata Nono.
Pria yang berencana maju sebagai calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah DKI 2012 ini mengimbau masyarakat untuk tidak berpikir parsial dengan hanya terfokus pada permasalahan kemacetan dan banjir.Tetapi berbagai permasalahan perkotaan seperti macet, banjir, maupun masalah sosial sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan permasalahan lingkungan hidup yang harus diselesaikan dalam jangan pendek.
"Idealnya, ibu kota negara terletak dan terlindung dalam suatu inner circle yang affordable to defence. Tidak di teras depan atau belakang teritorial negara," kata Staf Ahli Bidang Keamanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Zaenal F Tamzis, dalam acara "Optimalisasi Pembangunan Jakarta Dalam Perspektif Geopolitik Indonesia Guna Memperkuat Sistem Keamanan Nasional" di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa.
Dalam strategi militer, lanjut dia, ibu kota negara adalahprimary command post atau pusat kendali operasi, apalagi bila ada ancaman militer dan nonmiliter.
"Ibu kota negara harus memiliki peran ganda. Ibu kota negara harus memiliki akses laut, udara, darat, yang memiliki kemampuan sebagai jembatan komunikasi aspek sosial ekonomi. Dari aspek manfaat ibu kota harus berperan sebagai one stop government channels," ucapnya.
Ibu kota juga dapat merepresentasikan empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia pada masa kepemimpinan Soekarno, pernah mewacanakan pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Palangka Raya, di Kalimantan Tengah. Dari sisi geografis, ibukota Kalimantan Tengah itu bisa dibilang persis di tengah Indonesia.
Mantan Komandan Paspampres, Letnan Jenderal Marinir (Purn) Nono Sampono, menilai permasalahan keamanan di Jakarta tidak bisa dilihat secara parsial hanya pada bagian keamanan dan ketertiban masyarakat, melainkan secara global melingkupi keamanan nasional.
"Keamanan di ibu kota bukan hanya sekedar penanganan preman, melainkan juga keamanan negara, keamanan terhadap aset nasional dan nilai-nilainya. Keamanan nasional bukan hanya kamtibmas. Keamanan ideologi, politik. Bagaimana Jakarta dilihat dari perspektif geopolitik," kata Nono.
Pria yang berencana maju sebagai calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah DKI 2012 ini mengimbau masyarakat untuk tidak berpikir parsial dengan hanya terfokus pada permasalahan kemacetan dan banjir.Tetapi berbagai permasalahan perkotaan seperti macet, banjir, maupun masalah sosial sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan permasalahan lingkungan hidup yang harus diselesaikan dalam jangan pendek.
Rabu, 26 Oktober 2011
Kapolri: 140 Anggota Polisi Dikirim ke Sudan
Pasca-referendum dan kemerdekaan dan Sudan Selatan banyak terdapat konflik bersenjata.
VIVAnews - Markas Besar Kepolisian RI mengirim 140 anggota ke Sudan. Pengiriman pasukan ini dilakukan untuk membantu mencegah meluasnya konflik bersenjata dan menciptakan perdamaian di Sudan Selatan pasca-referendum.
"Ada 100 pasukan inti dan 40 pendukung. Ini adalah wujud kerja sama PBB dan Uni-Afrika," kata Kepala Kepolisian RI, Jenderal Timur Pradopo di Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta Selatan, usai upacara pemberangkatan pasukan, Kamis 27 Oktober 2011.
Dalam misi kemanusiaan ini, Polri ditugaskan untuk mengamankan aset Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada di Sudan Selatan dan menjamin keselamatan pengungsi.
Pengamanan itu perlu dilakukan karena pasca-referendum dan kemerdekaan dan Sudan Selatan, banyak terdapat konflik bersenjata secara sporadis antara milisi pro-pemerintah dan gerilyawan pemberontak.
Sudan Selatan resmi merdeka pada 9 Juli 2011. Ia menjadi negara termuda di dunia setelah Ketua parlemen membaca proklamasi kemerdekaan dalam upacara yang digelar di Juba.
Sudan Selatan diharapkan menjadi negara ke-193 yang diakui PBB pada pekan depan, dan negara anggota PBB ke-54 di Afrika. Meski sudah merdeka, konflik bersenjata antara Sudan Selatan dan Sudan Utara masih terus terjadi hingga kini.
• VIVAnews
"Ada 100 pasukan inti dan 40 pendukung. Ini adalah wujud kerja sama PBB dan Uni-Afrika," kata Kepala Kepolisian RI, Jenderal Timur Pradopo di Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta Selatan, usai upacara pemberangkatan pasukan, Kamis 27 Oktober 2011.
Dalam misi kemanusiaan ini, Polri ditugaskan untuk mengamankan aset Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada di Sudan Selatan dan menjamin keselamatan pengungsi.
Pengamanan itu perlu dilakukan karena pasca-referendum dan kemerdekaan dan Sudan Selatan, banyak terdapat konflik bersenjata secara sporadis antara milisi pro-pemerintah dan gerilyawan pemberontak.
Sudan Selatan resmi merdeka pada 9 Juli 2011. Ia menjadi negara termuda di dunia setelah Ketua parlemen membaca proklamasi kemerdekaan dalam upacara yang digelar di Juba.
Sudan Selatan diharapkan menjadi negara ke-193 yang diakui PBB pada pekan depan, dan negara anggota PBB ke-54 di Afrika. Meski sudah merdeka, konflik bersenjata antara Sudan Selatan dan Sudan Utara masih terus terjadi hingga kini.
Turki Bantah Kehilangan Deal untuk Kapal selam Angkatan Laut Indonesia
Pejabat pengadaan Turki telah membantah klaim Korea Selatan bahwa Korea Daewoo Shipbuilding dan Marine telah mengalahkan tawaran bersama oleh Jerman dan Turki untuk menjual kapal selam untuk Angkatan Laut Indonesia.
''Kami terus berhubungan dengan pihak berwenang Indonesia. Bersama dengan Jerman, kita akan segera mengajukan tawaran yang menguraikan tawaran terakhir kami dengan kondisi yang sangat menguntungkan. Indonesia adalah menunggu untuk itu,''kata seorang pejabat pengadaan Hurriyet Daily News baru-baru ini pada kondisi anonimitas.
''Selain itu, Howaldtswerke-Deutsche Werft Jerman [HDW] adalah mitra penuh kami dan adalah pembangun dari HDW-209 kapal selam kelas bahwa Indonesia ingin membeli. Kita tidak tahu bagaimana Korea Selatan bisa mengatasi masalah ini lisensi, karena HDW bekerja dengan kami,''kata pejabat itu. ''Bagi kami, kompetisi terus.''
Daewoo Shipbuilding & Engineering mengatakan awal bulan ini bahwa ia bertujuan untuk menutup perjanjian $ 1100000000 dengan pemerintah Indonesia pada bulan November untuk membangun tiga kapal selam. Pembuat kapal Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ini akan menandai ekspor pertama dari kapal selam dari negara tersebut.
"Kami telah melakukan pembicaraan untuk menandatangani kontrak dengan Departemen Pertahanan kapal selam Indonesia,''kata Daewoo dalam sebuah pernyataan.
Sebuah tim perusahaan Turki dan Jerman dan kantor pengadaan Turki juga bersama-sama mencari kontrak untuk menjual dua HDW-209 kapal selam kelas diesel untuk Indonesia senilai sekitar $ 1 miliar dalam menawarkan dengan pemanis melawan rival Korea Selatan.
Perusahaan Perancis dan Rusia keluar dari tender untuk Indonesia Sebenarnya kesepakatan awal, sehingga memungkinkan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding & Marine untuk muncul sebagai kandidat utama. Daewoo diharapkan untuk tawaran bersama-sama dengan HDW, tetapi kemudian memutuskan untuk menawar sendiri.
Menghadapi ancaman ditinggalkan keluar dari kesepakatan, HDW, anak perusahaan dari Sistem ThyssenKrupp Marine, mendekati Undersecretariat untuk Industri Pertahanan (SSM), pertahanan badan pengadaan Turki.
Bersama dengan Turki, HDW juga manufaktur enam kapal selam diesel modern U-214 untuk Angkatan Laut Turki. Dalam kemitraan dengan HDW, Turki sebelumnya dibangun 14 U-209 kapal selam, dimana Indonesia sekarang ingin membeli.
40 Ahli Indonesia Rancang Pesawat Tempur KFX
Rancangan kokpit KF-X. (Foto: flightglobal)
26 Oktober 2011, Bandung (Jurnas.com): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto menyampaikan paparan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait Design Center program kerja sama Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur KFX/IFX. Pesawat KFX ini merupakan jenis pesawat tempur di atas generasi F-16 dan Sukhoi SU-27/30.
Eris Heriyanto menjelaskan hal itu saat Presiden SBY meninjau PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10).
Menurut Eris Heriyanto, saat ini sekitar 40 ahli-ahli penerbangan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset dan Teknologi, TNI AU, Institut Teknologi Bandung dan PT Dirgantara Indonesia dikirim ke Korea Selatan untuk mulai rancang bangun pesawat tempur KFX/IFX tersebut.
"Pesawat tempur KFX/IFX adalah generasi 4.5 sedangkan pesawat F-16 dan Sukhoi termasuk kategori generasi 4," kata Eris Heriyanto.
Sumber: Jurnas
26 Oktober 2011, Bandung (Jurnas.com): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto menyampaikan paparan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait Design Center program kerja sama Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur KFX/IFX. Pesawat KFX ini merupakan jenis pesawat tempur di atas generasi F-16 dan Sukhoi SU-27/30.
Eris Heriyanto menjelaskan hal itu saat Presiden SBY meninjau PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10).
Menurut Eris Heriyanto, saat ini sekitar 40 ahli-ahli penerbangan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset dan Teknologi, TNI AU, Institut Teknologi Bandung dan PT Dirgantara Indonesia dikirim ke Korea Selatan untuk mulai rancang bangun pesawat tempur KFX/IFX tersebut.
"Pesawat tempur KFX/IFX adalah generasi 4.5 sedangkan pesawat F-16 dan Sukhoi termasuk kategori generasi 4," kata Eris Heriyanto.
Sumber: Jurnas
Modernisasi Kekuatan Perang Semata untuk Mempertahankan Negara
Produk PTDI dipamerkan saat kunjungan Presiden RI ke PTDI. (Foto: Kantor Berita Radio Nasional)
26 Oktober 2011, Bandung, Jawa Barat (Presiden RI): Modernisasi dan pembangunan kekuatan perang yang kita lakukan semata-mata untuk mempertahankan kedaulatan negara. Juga sebagai kesiapan untuk menghadapi kontigensi dunia yang penuh ketidakpastian ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini saat meninjau PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10) pagi.
Bagi Indonesia, ujar Presiden SBY, perang merupakan jalan terakhir jika tidak ada cara yang lain. "Dalam setiap perselisihan atau konflik, kita akan tetap akan mengutamakan diplomasi, negosiasi politik, dan solusi damai. Tidak ada niatan bangsa Indonesia untuk menyerang negara lain. Tidak ada," Presiden menegaskan.
"Tetapi modernisasi dan pembangunan kekuatan ini semata-mata untuk mempertahankan negara kita, sekaligus sebagai kesiapan kita menghadapi kontigensi dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini. Itulah falsafah, prinsip, dan kebijakan utama Indonesia di bidang pertahanan negara" Kepala Negara menambahkan.
Pada awal sambutannya, SBY menegaskan bahwa sudah menjadi tekadnya dan telah menjadi kebijakan nasional untuk dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan, modernisasi TNI, dan meningkatkan kemampuan pertahanan nasional untuk mengemban tugas negara. "Dalam tiga tahun mendatang kita akan menambah jumlah secara sigfinikan kekuatan Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Baik berupa alutsista yang modern maupun perangkat pendukungnya," kata Presiden SBY.
Presiden SBY dan Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono tiba di Hanggar CN 235 sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung menyaksikan demonstrasi penerjunan empat unit kontainer dan 10 penerjun Kopassus TNI-AD dari pesawat CN 295.
Saat ini PT DI masih konsisten mempertahankan bisnis utamanya sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter. PT DI juga membuat komponen dan perawatan purna jual untuk pesawat, baik pesawat buatan PT DI maupun produk perusahaan lain seperti Airbus.
Menurut Direktur Utama PT DI Budi Santoso, yang memberikan laporan sebelum sambutan Presiden SBY, memasuki usia 36 tahun PT DI telah mengalami pasang surut dan hantaman berbagai gelombang. Saat ini seluruh elemen di dalam PT DI secara bersama membangun kembali salah satu perusahaan yang pernah menjadi kebangaan Indonesia ini. "Bagai gayung bersambut, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk merevitalisasi industri pertahanan, yang salah satu perwujudannya adalah melakukan penyelamatan PT Dirgantara Indonesia dengan program restrukturisasi dan revitalisasi melalui PT Perusahaan Pengelola Aset," Budi Santoso menjelaskan.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa sekarang ini telah dilakukan revitalisasi industri pertahanan secara bertahap dengan mengoptimalkan produksi dalam negeri yang didukung anggaran multiyears, termasuk produksi bersama di Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah. Menhan juga mengingatkan bahwa sasaran strategis yang ingin dicapai adalah revitalisasi industri dalam negeri menuju kepada kemandirian produksi untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI.
Pada 9 Desember 2009 lalu, Presiden SBY mengarahkan untuk loka karya revitalisasi industri pertahanan. Dari sana terbentuklah Komite Kebijakan Indutri Pertahanan (KKIP) melalui Perpres No.42/2010 yang menghasilkan cetak biru revitalisasi industri pertahanan yang undang-undangnya tengah digodok bersama Komisi I DPR RI.
Usai memberikan sambutan, Kepala Negara akan meninjau pesawat CN 295 dan produk PT DI lainnya. Turut hadir Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, dan Kapolri Timur Pradopo.
Sumber: Presiden RI
26 Oktober 2011, Bandung, Jawa Barat (Presiden RI): Modernisasi dan pembangunan kekuatan perang yang kita lakukan semata-mata untuk mempertahankan kedaulatan negara. Juga sebagai kesiapan untuk menghadapi kontigensi dunia yang penuh ketidakpastian ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini saat meninjau PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10) pagi.
Bagi Indonesia, ujar Presiden SBY, perang merupakan jalan terakhir jika tidak ada cara yang lain. "Dalam setiap perselisihan atau konflik, kita akan tetap akan mengutamakan diplomasi, negosiasi politik, dan solusi damai. Tidak ada niatan bangsa Indonesia untuk menyerang negara lain. Tidak ada," Presiden menegaskan.
"Tetapi modernisasi dan pembangunan kekuatan ini semata-mata untuk mempertahankan negara kita, sekaligus sebagai kesiapan kita menghadapi kontigensi dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini. Itulah falsafah, prinsip, dan kebijakan utama Indonesia di bidang pertahanan negara" Kepala Negara menambahkan.
Pada awal sambutannya, SBY menegaskan bahwa sudah menjadi tekadnya dan telah menjadi kebijakan nasional untuk dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan, modernisasi TNI, dan meningkatkan kemampuan pertahanan nasional untuk mengemban tugas negara. "Dalam tiga tahun mendatang kita akan menambah jumlah secara sigfinikan kekuatan Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Baik berupa alutsista yang modern maupun perangkat pendukungnya," kata Presiden SBY.
Presiden SBY dan Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono tiba di Hanggar CN 235 sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung menyaksikan demonstrasi penerjunan empat unit kontainer dan 10 penerjun Kopassus TNI-AD dari pesawat CN 295.
Saat ini PT DI masih konsisten mempertahankan bisnis utamanya sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter. PT DI juga membuat komponen dan perawatan purna jual untuk pesawat, baik pesawat buatan PT DI maupun produk perusahaan lain seperti Airbus.
Menurut Direktur Utama PT DI Budi Santoso, yang memberikan laporan sebelum sambutan Presiden SBY, memasuki usia 36 tahun PT DI telah mengalami pasang surut dan hantaman berbagai gelombang. Saat ini seluruh elemen di dalam PT DI secara bersama membangun kembali salah satu perusahaan yang pernah menjadi kebangaan Indonesia ini. "Bagai gayung bersambut, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk merevitalisasi industri pertahanan, yang salah satu perwujudannya adalah melakukan penyelamatan PT Dirgantara Indonesia dengan program restrukturisasi dan revitalisasi melalui PT Perusahaan Pengelola Aset," Budi Santoso menjelaskan.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa sekarang ini telah dilakukan revitalisasi industri pertahanan secara bertahap dengan mengoptimalkan produksi dalam negeri yang didukung anggaran multiyears, termasuk produksi bersama di Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah. Menhan juga mengingatkan bahwa sasaran strategis yang ingin dicapai adalah revitalisasi industri dalam negeri menuju kepada kemandirian produksi untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI.
Pada 9 Desember 2009 lalu, Presiden SBY mengarahkan untuk loka karya revitalisasi industri pertahanan. Dari sana terbentuklah Komite Kebijakan Indutri Pertahanan (KKIP) melalui Perpres No.42/2010 yang menghasilkan cetak biru revitalisasi industri pertahanan yang undang-undangnya tengah digodok bersama Komisi I DPR RI.
Usai memberikan sambutan, Kepala Negara akan meninjau pesawat CN 295 dan produk PT DI lainnya. Turut hadir Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, dan Kapolri Timur Pradopo.
Sumber: Presiden RI
SBY: Industri Senjata TNI Bukan untuk Perang
Presiden SBY meninjau contoh helikopter produksi PT DI, saat meninjau di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10). (Foto: presidensby.info)
26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Pemerintah sedang getol melakukan revitalisasi industri pertahanan dan peningkatan kekuatan dalam negeri. Sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI dan kebutuhan Polri semakin ditingkatkan diantaranya pengadaan CN-295, F-16 dan lain sebagainya.
Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langkah yang dilakukan pemerintah ini bukanlah untuk persiapan jika terjadi perang atau konflik dengan negara lain.
"Saya ingin bicara untuk didengar negara-negara lain. Bagi Indonesia perang itu jalan terakhir, jika tidak ada jalan lain,"ujarnya dalam acara "Pengukuhan Kembali Kerja Sama PT DI dengan Airbus Military, yang digelar di Hanggar CN235, PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Rabu 26 Oktober 2011.
SBY mengatakan modernisasi dan pembangunan kekuatan persenjataan khususnya untuk TNI semata-mata untuk mempertahankan negara kita. Tentu juga sekaligu untuk mempersiapkan negara kita dalam kontijensi dunia yang saat ini penuh ketidakpastian.
Untuk perselisihan atau konflik dengan negara lain, kata dia, pemerintah Indonesia tentu saja terlebih dulu akan melakukan penyelesaian dengan cara damai. "Kita gunakan jalur diplomasi. Tidak ada niatan Indonesia untuk menyerang negara lain,"ujarnya.
Dengan persenjataan yang mumpuni, kata dia, diharapkan pertahanan akan lebihmeningkat signifikan di tahun-tahun mendatang. "Telah jadi tekad dan keputusan saya selaku Presiden dan kebijakan nasional kita dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan dan moderninasi TNI kita," ujarnya.
Dalam tiga tahun mendatang, tambah SBY, pemerintah akan menambah secara signifikan kekuatan TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan LAut (AL) dan Angkatan Udara (AU). "Baik itu berupa alutsista modern maupun pendukungnya." ujarnya.
"Saya tegaskan sekali lagi, bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kedaulatan dan keutuhan wilayah negaranya. Kita cinta damai tapi NKRI harga mati,"kata dia, yang kemudian disambut gemuruh tepuk tangan.
Sumber: TEMPO Interaktif
26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Pemerintah sedang getol melakukan revitalisasi industri pertahanan dan peningkatan kekuatan dalam negeri. Sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI dan kebutuhan Polri semakin ditingkatkan diantaranya pengadaan CN-295, F-16 dan lain sebagainya.
Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langkah yang dilakukan pemerintah ini bukanlah untuk persiapan jika terjadi perang atau konflik dengan negara lain.
"Saya ingin bicara untuk didengar negara-negara lain. Bagi Indonesia perang itu jalan terakhir, jika tidak ada jalan lain,"ujarnya dalam acara "Pengukuhan Kembali Kerja Sama PT DI dengan Airbus Military, yang digelar di Hanggar CN235, PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Rabu 26 Oktober 2011.
SBY mengatakan modernisasi dan pembangunan kekuatan persenjataan khususnya untuk TNI semata-mata untuk mempertahankan negara kita. Tentu juga sekaligu untuk mempersiapkan negara kita dalam kontijensi dunia yang saat ini penuh ketidakpastian.
Untuk perselisihan atau konflik dengan negara lain, kata dia, pemerintah Indonesia tentu saja terlebih dulu akan melakukan penyelesaian dengan cara damai. "Kita gunakan jalur diplomasi. Tidak ada niatan Indonesia untuk menyerang negara lain,"ujarnya.
Dengan persenjataan yang mumpuni, kata dia, diharapkan pertahanan akan lebihmeningkat signifikan di tahun-tahun mendatang. "Telah jadi tekad dan keputusan saya selaku Presiden dan kebijakan nasional kita dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan dan moderninasi TNI kita," ujarnya.
Dalam tiga tahun mendatang, tambah SBY, pemerintah akan menambah secara signifikan kekuatan TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan LAut (AL) dan Angkatan Udara (AU). "Baik itu berupa alutsista modern maupun pendukungnya." ujarnya.
"Saya tegaskan sekali lagi, bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kedaulatan dan keutuhan wilayah negaranya. Kita cinta damai tapi NKRI harga mati,"kata dia, yang kemudian disambut gemuruh tepuk tangan.
Sumber: TEMPO Interaktif
Sjafrie:Kalau PT DI Bisa Lebih Murah, Kemenhan akan Beli Lebih Banyak
Helikopter serang Apache akan dibeli Indonesia dari Boeing. (Foto: Dustin Senger, Fort Carson)
26 Oktober 2011, Bandung (Republika): Pemerintah mengklaim telah menyusun roadmap revitalisasi industri pertahanan. Termasuk penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
“Sebagai gambaran kebutuhan TNI dengan menggunakan produk PT DI, saya sebutkan dalam satuan skuadron,’’ kata Wakil Menteri Pertahanan sekaligus Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Sjafrie Sjamsudin, di Bandung, Rabu (26/10). Satu skuadron adalah pesawat berkekuatan 12-16 pesawat.
Sjafrie mengatakan target kebutuhan TNI yang akan dipesan ke PT DI menggunakan acuan tenggat waktu per semester pertama 2014. Rinciannya, sebut dia, adalah satu skuadron helikopter serbu Bell 412. Kemudian, CN-295 juga akan ditambah satu skuadron untuk patroli maritim. TNI AU, tambah dia, butuh helikopter Cougar 725.
Juga, helikopter serang untuk TNI AD. Khusus untuk TNI AD, helikopter Apache akan dibeli langsung dari Boeing, tapi juga ada pemesanan helikopter produk kolaborasi PT DI dengan Eurocopter.
Yang pasti, tambah Sjafrie, satu skuadron CN-295 akan diminta mulai awal 2012 sudah ada pengiriman bertahap sampai semester pertama 2014. Dia mengatakan kalau PT DI bisa memberikan harga lebih murah, Kementerian Pertahanan akan membeli lebih banyak produk perusahaan tersebut. “Karena anggarannya Rp 325 triliun,’’ kata dia.
Sjafrie berharap PT DI sudah bisa menentukan harga, karena komitmen dari Kementerian Pertahanan sudah ditandatangani. Harapannya, kerja sama ini bisa terealisasi segera. “Kami juga berharap manajemen produksi juga harus bagus, karena manajerial diperlukan terkait peluang Kementerian Pertahanan yang diberikan kepada PT DI untuk berproduksi,’’ tegas dia.
Sumber: Republika
26 Oktober 2011, Bandung (Republika): Pemerintah mengklaim telah menyusun roadmap revitalisasi industri pertahanan. Termasuk penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
“Sebagai gambaran kebutuhan TNI dengan menggunakan produk PT DI, saya sebutkan dalam satuan skuadron,’’ kata Wakil Menteri Pertahanan sekaligus Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Sjafrie Sjamsudin, di Bandung, Rabu (26/10). Satu skuadron adalah pesawat berkekuatan 12-16 pesawat.
Sjafrie mengatakan target kebutuhan TNI yang akan dipesan ke PT DI menggunakan acuan tenggat waktu per semester pertama 2014. Rinciannya, sebut dia, adalah satu skuadron helikopter serbu Bell 412. Kemudian, CN-295 juga akan ditambah satu skuadron untuk patroli maritim. TNI AU, tambah dia, butuh helikopter Cougar 725.
Juga, helikopter serang untuk TNI AD. Khusus untuk TNI AD, helikopter Apache akan dibeli langsung dari Boeing, tapi juga ada pemesanan helikopter produk kolaborasi PT DI dengan Eurocopter.
Yang pasti, tambah Sjafrie, satu skuadron CN-295 akan diminta mulai awal 2012 sudah ada pengiriman bertahap sampai semester pertama 2014. Dia mengatakan kalau PT DI bisa memberikan harga lebih murah, Kementerian Pertahanan akan membeli lebih banyak produk perusahaan tersebut. “Karena anggarannya Rp 325 triliun,’’ kata dia.
Sjafrie berharap PT DI sudah bisa menentukan harga, karena komitmen dari Kementerian Pertahanan sudah ditandatangani. Harapannya, kerja sama ini bisa terealisasi segera. “Kami juga berharap manajemen produksi juga harus bagus, karena manajerial diperlukan terkait peluang Kementerian Pertahanan yang diberikan kepada PT DI untuk berproduksi,’’ tegas dia.
Sumber: Republika
Pemerintah Alokasikan US$ 325 Juta untuk CN-295
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan peninjauan pesawat CN 295 saat berkujung ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10). Presiden berharap pembuatan pesawat CN-295 dapat menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia, dimana PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik. (Foto: Bisnis Jabar)
26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini menjadi era lahirnya CN-295 di Indonesia. Pemerintah pun telah mengalokasikan dana yang tak sedikit untuk pengadaan pesawat tersebut .
"Pemerintah telah mengalokasikan US$ 325 juta untuk pengadaan transportasi bagi TNI AU dengan pilihan CN-295 produk PT DI bekerjasama dengan Airbus Military Industry (AMI)," kata Purnomo dalam acara "Pengukuhan kembali kerjasama PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military", di Bandung, Rabu 26 Oktober 2011. "Diharapkan pada semester I tahun 2014 nanti akan selesai paling sedikit sembilan buah CN-295,".
Menurut Purnomo, PT DI adalah salah satu BUMN yang patut dikembangkan dimana memiliki posisi strategis baik dalam konteks pertahanan, ekonomi, teknologi dan industri kedirgantaraan.
Kerja sama dengan Airbus Military ini tentu saja bermanfaat bagi PT DI. Diantaranya bertambahnya kemampuan, beban kerja dan alih teknologi. "Juga dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 2000 orang,"kata dia.
Selain itu, lanjut dia, PT DI mendapat kandungan lokal, nilai tambah ekonomi dan menjadi produsen tunggal untuk kawasan Asi Pasifik. Tak ketinggalan efek finansial dan manajemen untuk meningkatkan kinerja PT DI dan kemampuan bersaing di Asia Pasifik.
"Mempunyai prospek pasar di Asia Pasifik karena kebutuhan pesawat transport untuk ukuran sedang cukup tinggi dikawasan,"ujarnya.
Dalam acara ini pula telah ditandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Pertahanan dengan PT DI untuk pengadaan/ pembelian pesawat CN-295 produk PT DI guna pemenuhan kebutuhan TNI pada tahun 2014.
Sumber: TEMPO Interaktif
26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini menjadi era lahirnya CN-295 di Indonesia. Pemerintah pun telah mengalokasikan dana yang tak sedikit untuk pengadaan pesawat tersebut .
"Pemerintah telah mengalokasikan US$ 325 juta untuk pengadaan transportasi bagi TNI AU dengan pilihan CN-295 produk PT DI bekerjasama dengan Airbus Military Industry (AMI)," kata Purnomo dalam acara "Pengukuhan kembali kerjasama PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military", di Bandung, Rabu 26 Oktober 2011. "Diharapkan pada semester I tahun 2014 nanti akan selesai paling sedikit sembilan buah CN-295,".
Menurut Purnomo, PT DI adalah salah satu BUMN yang patut dikembangkan dimana memiliki posisi strategis baik dalam konteks pertahanan, ekonomi, teknologi dan industri kedirgantaraan.
Kerja sama dengan Airbus Military ini tentu saja bermanfaat bagi PT DI. Diantaranya bertambahnya kemampuan, beban kerja dan alih teknologi. "Juga dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 2000 orang,"kata dia.
Selain itu, lanjut dia, PT DI mendapat kandungan lokal, nilai tambah ekonomi dan menjadi produsen tunggal untuk kawasan Asi Pasifik. Tak ketinggalan efek finansial dan manajemen untuk meningkatkan kinerja PT DI dan kemampuan bersaing di Asia Pasifik.
"Mempunyai prospek pasar di Asia Pasifik karena kebutuhan pesawat transport untuk ukuran sedang cukup tinggi dikawasan,"ujarnya.
Dalam acara ini pula telah ditandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Pertahanan dengan PT DI untuk pengadaan/ pembelian pesawat CN-295 produk PT DI guna pemenuhan kebutuhan TNI pada tahun 2014.
Sumber: TEMPO Interaktif
Presiden Harap CN-295 Tandai Kebangkitan Industri Pertahanan
C-295 milik Republik Ceko. (Foto: Airbus Military)
26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kerja sama pembuatan pesawat CN-295 antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Airbus Military dapat menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia.
Dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerja sama di Kompleks PT DI, Jakarta, Rabu, Presiden menyatakan keyakinannya bahwa industri pertahanan Indonesia dapat bangkit kembali dan memiliki masa depan yang baik.
"Saya bukan hanya sekedar yakin, tapi justru kebijakan kita termasuk solusi terhadap 'financing' dan termasuk pula pemesanan, pembelian, alutsista dari PT DI adalah jalan yang nyata untuk sekali lagi melakukan revitalisasi dan pemajuan industri strategis yang menjadi kebanggaan kita bersama," tuturnya.
Meski telah mengalami berbagai masalah dan tantangan sejak krisis moneter 1997/1998, Presiden mengatakan, PT DI terbukti tetap bisa bertahan berkat kepemimpinan manajemen, bantuan pemerintah, dan juga loyalitas karyawan.
Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan oleh Presiden Yudhoyono adalah kerja sama produksi, operasional, dan pemasaran antara PT DI dan Airbus Military yang bermarkas di Sevilla, Spanyol.
Dengan adanya kerja sama tersebut, PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, dilakukan juga penandatanganan nota kesepahaman antara PT DI dan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI pada 2014 dengan produksi PT DI.
Presiden pada acara tersebut juga menyaksikan penandatanganan kesepakatan antara Polri dan PT DI untuk pembelian alat-alat produksi PT DI untuk memenuhi kebutuhan Polri.
Menurut Presiden, seluruh nota kesepahaman dan kesepakatan tersebut merupakan peluang yang bisa diraih PT DI untuk kejayaan pada masa depan.
"Ini adalah contoh nyata kerja sama saling menguntungkan dan tentu saja 'benefit real' akan diberikan kepada PT DI yang tentu saja harus kita berikan dukungan penuh," demikian Presiden.
Sumber: ANTARA News
26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kerja sama pembuatan pesawat CN-295 antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Airbus Military dapat menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia.
Dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerja sama di Kompleks PT DI, Jakarta, Rabu, Presiden menyatakan keyakinannya bahwa industri pertahanan Indonesia dapat bangkit kembali dan memiliki masa depan yang baik.
"Saya bukan hanya sekedar yakin, tapi justru kebijakan kita termasuk solusi terhadap 'financing' dan termasuk pula pemesanan, pembelian, alutsista dari PT DI adalah jalan yang nyata untuk sekali lagi melakukan revitalisasi dan pemajuan industri strategis yang menjadi kebanggaan kita bersama," tuturnya.
Meski telah mengalami berbagai masalah dan tantangan sejak krisis moneter 1997/1998, Presiden mengatakan, PT DI terbukti tetap bisa bertahan berkat kepemimpinan manajemen, bantuan pemerintah, dan juga loyalitas karyawan.
Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan oleh Presiden Yudhoyono adalah kerja sama produksi, operasional, dan pemasaran antara PT DI dan Airbus Military yang bermarkas di Sevilla, Spanyol.
Dengan adanya kerja sama tersebut, PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, dilakukan juga penandatanganan nota kesepahaman antara PT DI dan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI pada 2014 dengan produksi PT DI.
Presiden pada acara tersebut juga menyaksikan penandatanganan kesepakatan antara Polri dan PT DI untuk pembelian alat-alat produksi PT DI untuk memenuhi kebutuhan Polri.
Menurut Presiden, seluruh nota kesepahaman dan kesepakatan tersebut merupakan peluang yang bisa diraih PT DI untuk kejayaan pada masa depan.
"Ini adalah contoh nyata kerja sama saling menguntungkan dan tentu saja 'benefit real' akan diberikan kepada PT DI yang tentu saja harus kita berikan dukungan penuh," demikian Presiden.
Sumber: ANTARA News
Presiden Minta Pindad Produksi Rantis Baru
26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta PT Pindad untuk memproduksi kendaraan taktis (rantis) varian baru untuk type 3/4 ton 4x4 guna memenuhi kebutuhan TNI dan Polri.
"Kendaraan taktis type baru seperti ini akan dibutuhkan, saya minta dalam dua bulan ke depan Pindad sudah bisa memberikan paparan prototipe-nya," kata Presiden Yudhoyono di sela-sela peninjauan panser produksi Pindad di halaman hanggar PTDI di Bandung, Rabu.
Presiden yang melakukan peninjauan bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur Jabar dan sejumlah pejabat BUMN Strategis itu cukup lama mengamati dan bertanya soal spesifikasi dari prototype panser Rantis 3/4 ton 4x4 yang dipajangkan di sana.
Ia meminta Dirut PT Pindad Adik Aviantono Sudarsono untuk memberikan paparan kesiapan dan proses produksi panser rantis varian terbaru itu pada kunjungannya ke PT Pindad Desember 2011 mendatang.
Sementara itu Direktur PT Pindad Adik Aviantono Sudarsono menyebutkan, panser rantis 3/4 ton 4x4 tersebut baru diproduksi satu unit oleh PT Pindad atas kerja sama dengan pabrikan Renault dari Prancis.
"Panser itu chasis dan mesinnya dari Renault, sedangkan body dan komponen lainnya dibuat sendiri oleh PT Pindad. Saat ini baru satu unit, namun pemesannya sudah ratusan," kata Adik Aviantono.
Panser rantis dengan empat ban tersebut merupakan kendaraan taktis yang diperuntukan di medan yang tidak terlalu berat. Kendaraan militer dengan kapasitas mesin 4.700 CC tersebut memiliki mobilitas yang tinggi serta lincah.
"Kendaraan itu cocok untuk TNI AD, AU atau kepolisian, mobilitasnya tinggi dan pas untuk patroli di lapangan airport dan operasi darat. Namun belum amfibi," kata Adik.
Ia mengakui, untuk memproduksi panser rantis varian baru itu, PTDI tidak mengalami banyak kesulitan. Pasalnya merupakan varian turunan dari Paner Anoa yang selama ini diproduksi oleh perusahaan itu.
"Rantis 3/4 ton itu turunan dari Panser Anoa, tidak akan terlalu terkendala dalam pengembangannya," katanya.
Tampilan Rantis 3/4 ton 4x4 tersebut lebih garang, tangguh dan lebar. Spesifikasinya lebih besar dari kendaraan taktis 4x4 yang ada saat ini.
Menurut Adik, saat ini masih dalam pengembangan, dan bila tidak ada halangan rantis varian baru produk Pindad itu sudah bisa dituntaskan pada 2014.
Sementara itu, dalam program revitasasi alutsista mendapat sejumlah pesanan kendaraan tempur dan kendaraan taktis, disamping persenjataan dan amunisi.
Untuk kendaraan tempur dan taktis, PT Pindad mendapat pesanan produksi Panser Anoa sebanyak 55 unit, Panser 5 ton 330 unit, Panser 2,6 ton 660 unit dan tank 52 unit.
Selain memenuhi kebutuhan kendaraan tempur dan taktis, Pindad juga mendapatkan pesanan Panser Anoa dari Malaysia.
Sementara itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengharapkan Pindad tetap eksis mengembangkan produk dan varian baru dari kendaraan tempur dan taktis yang ada saat ini sehingga bisa bersaing di pasar global.
"Pindad harus menjadi perusahaan dengan produk berkelas dunia, dimana produknya seperti Panser Anoa dan yang lainnya menjadi bagian dari berbagai operasi internasional," kata Menteri Pertahanan menambahkan.
Sumber: ANTARA News
AS Menyerahkan IMSS Kepada Pemerintah RI
25 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dalam hal ini diwakili Wakil Dubes AS untuk RI Ted Osius secara simbolis menyerahkan perangkat Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) kepada pemerintah Republik Indonesia yang diterima Dirjen Kuathan Kemenhan Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto yang selanjutnya diserahkan kepada Wakasal Laksamana Madya TNI Marsetio di Koarmatim Ujung, Surabaya, Selasa (25/10. Kegiatan tersebut dihadiri pejabat dari Kemenhan RI, Mabes TNI, Mabesal, Pangamatim Laksda TNI Ade Supandi, SE dan para staf Dubes AS untuk RI.
Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) merupakan suatu sistem yang terdiri dari tatanan hardware dan personel yang mengintegrasikan sistem komando dan pengendalian (Kodal) dengan memanfaatkan sarana radar dan long range camera pengamatan maritim yang dipasang di pantai/darat, kapal maupun pesawat udara.
Sejak tahun 2006, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat secara aktif bekerja sama dalam perencanaan dan pemasangan sistim tersebut. Dengan selesainya proyek tersebut, IMSS dapat menjangkau 1.205 km garis pantai di Selat Malaka dan sekitar 1.285 km garis pantai di laut Sulawesi yang menjadikan sistem ini sebagai jaringan pengawasan meritim terintegrasi yang terbesar di dunia. Bantuan ini menjadikan Indonesia mampu mengembangkan kemampuannya mendeteksi, melacak dan memonitor kapal-kapal yang melintasi perairan teritorialnya dan perairan internasional.
Hal ini merupakan sebuah kemampuan yang penting dalam rangka memerangi aksi pembajakan, pencurian ikan, penyelundupan dan terorisme di dalam wilayah maritim Indonesia dan sekitar wilayah perbatasan Indonesia. IMSS tersebut telah mencapai keberhasilannya di Indonesia, pada bulan Januari 2011 komponen IMSS di Batam digunakan untuk mendukung pencarian dan penangkapan 9 bajak laut yang beroperasi di Selat Malaka antara Batam dan Singapura.
Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan unjuk kemampuan terhadap operasional seluruh perangkat sistem IMSS wilayah timur Indonesia yang telah terpasang. Dalam unjuk kemampuan ini berupa Operational Demonstration dengan melibatkan beberapa Coastal Surveillance System (CSS) yang ada di Posal, Shipboards Surveillance System (SSS) di KRI, Regional Command and Control Center (RCC) di Lantamal VIII Manado dan Fleet Command and Control Center (FCC) yang berada di Puskodal Koarmatim.
Sumber: Dispenarmatim
Kopaska Tingkatkan Kemampuan RKBA
26 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim meningkatkan kemampuan tempur Renang Kompas Bawah Air (RKBA) di laut sekitar dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Rabu (26/10). Kegiatan itu diikuti oleh 30 personel Satkopaska Koarmatim guna memantapkan dan meningkatkan kemampuan tempur bawah air. Renang kompas bawah air dilaksanakan dengan peralatan selam, berupa fins, masker, snorkel, dan tabung oksigen. Jarak yang mereka tempuh sekitar kurang lebih 500 meter setart di dermaga Semenanjung PT. PAL dan finis di dermaga Sea Rider Ujung.
Pada saat yang bersamaan juga dilaksanakan Renang Militer (Renmil) oleh Siswa Sekolah Pasukan Katak (Sepaska) dari Pusat Pendidikan Khusus (Pusdiksus) Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Surabaya. Latihan Renmil diikuti oleh 30 Siswa Sepaska angkatan XXXV tahun 2011 yang baru menjalani pendidikan dasar Kopaska selama tiga minggu. Kemampuan Remil merupakan salah satu proses dasar untuk menjadi manusia katak (Prajurit Kopaska).
Selama satu bulan penuh para Siswa Sepaska itu digembleng dalam kawah candra dimuka Kobangdikal dengan dibekali ilmu dan kemampuan dasar sebagai manusia katak berupa kemampuan ketahanan fisik berupa Road And Field (RF), Renang Militer (Renmil), pengenalan dan penggunaan peralatan tempur bawah air dan ketangkasan militer lainnya. Tahap lanjutan setelah pendidikan dasar selama satu bulan mereka akan menjalani minggu neraka Hell Week sebagai syarat masuk calon pasukan katak.
Jika menghadapi problem berupa Hell Week ini lulus, mereka akan melanjutkan pendidikan selanjutnya dengan materi pelajaran yang lebih luas mengenai kemampuan tempur laut khusus sebagai calon prajurit Kopaska. “Latihan dasar Kepaskaan itu bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan fisik dan mental Siswa Sepaska untuk menjalani jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih berat”. Kata Komandan Sepaska, Kobangdikal Letkol Laut (T) A. Purwanto.
Sumber: Dispenarmatim
Langganan:
Postingan (Atom)