Minggu, 24 Juli 2011

[History] SA-2 : Rudal Darat Ke Udara Legendaris AURI

SA-2 AURI dalam sebuah gelar operasi
Menyandang predikat sebagai ‘Macan Asia’ dalam sisi militer, Indonesia pada era 60-an menjelma sebagai kekuatan yang menggetarkan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Dari seabreg perlengkapan tempur modern yang diperoleh dari Uni Soviet, unsur pertahanan udara (Hanud) nyatanya juga sangat diprioritaskan oleh Ir. Soekarno, Presiden RI pertama. Sebagai unsur Hanud, mulai dari pesawat tempur, rudal dan radar, apa yang Indonesia punya saat itu adalah produk tercanggih dimasanya.
Nah, bicara rudal pun banyak versi yang dimliki TNI, dua matra yakni AURI (TNI AU) dan ALRI (TNI AL) juga mengusung rudal-rudal dari varian anti kapal, udara ke udara dan udara ke permukaan yang terbilang mampu membuat negara tetangga dan NATO/AS sempat dibuat keder saat era tersebut. Lebih dalam lagi di segmen rudal darat udara atau bisa disebut rudal anti serangan udara, TNI AU punya ‘kenang-kenangan’ yang amat fenomenal, ini tak lain rudal SA-2 “Guideline” (kode NATO), di negara asalnya Uni Soviet rudal ini diberi kode V-75 “Dvina”. Saking populernya, karena banyak merontokkan pesawat tempur AS, rudal yang pertama kali dibuat oleh pabrik Lavochkin OKB pada tahun 1953 juga dikenal dengan sebutan SAM (Surface to Air Missile)-75.
SA-2 dipasang dengan ground mounted
SA-2 terbilang rudal yang punya reputasi tempur tinggi, dengan sosoknya yang terbilang besar, yakni berat 2,3 ton, panjang 10,6 meter serta diameter 0,7 meter menjadikan SA-2 adalah sosok rudal terbesar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Dengan bobot hingga ukuran ton, sudah pasti daya jelajah rudal ini terbilang fantastis dan memang SA-2 digolongkan segai rudal darat udara jarak jauh. Jangkauan SA-2 efektif bisa mencapai 45 km dengan kecepatan 3,5 Mach, sebuah kecepatan yang fantastis, mengingat sejak SA-2 Indonesia belum pernah memiliki rudal darat udara dengan kecepatan diatas 3 Mach (3 kali kecepatan suara). Walau terbilang rudal kelas berat, proses peluncuran SA-2 bisa dilakukan secara cepat bila telah mengunci sasaran. Saat pertama diaktifkan yang menyala adalah engine booster selama 4 sampai 5 detik dan kemudian engine utama akan aktif selama 22 detik dengan kecepatan 3,5 Mach dengan tingkat akurasi 65 meter.
SA-2 meluncur dari "sarangnya"
Selain unggul dalam daya jelajah dan kecepatan luncur, jangkauan ketinggian SA-2 pun mengagumkan, yakni bisa mencapai 20.000 meter. Daya hantam SA-2 pun cukup menakutkan dengan hulu ledak high explosive fragmentasi seberat 200 kg. Dengan spesifikasi diatas, jelas SA-2 jadi senjata yang mujarab untuk merontokkan pesawat jet pengintai yang kerap terbang tinggi. Ini terbukti pada 1 Mei 1960 rudal ini dapat menembak jatuh pesawat mata-mata Amerika U-2 ‘Dragon Lady” pada ketinggian 15,24 Km dan berhasil menangkap pilotnya Francis “Gary” Powers.
Selain itu ada peristiwa lain yang mencatat keberhasilan rudal ini dari berbagai variannya adalah pada insiden U-2 Taiwan ditembak jatuh oleh tentara RRC di atas Narching. Lalu Pada bulan Oktober 1962, U-2 Amerika hilang ditembak oleh tentara Kuba di atas pangkalan angkatan laut Banes yang kemudian memicu krisis rudal Cuba. Berikutnya adalah di ajang Vietnam dengan korban pesawat tempur F-4C Phantom pada bulan Juli di tahun yang sama. Tak heran memang, SA-2 dihadirkan Uni Soviet sebagai kegeraman atas kehadiran pesawat intai U-2 yang kerap masuk ke wilayah Soviet. Dalam operasionalnya, SA-2 digunakan pada tahun 1957 oleh resimen PVO-Strany dan ditempatkan pada suatu daerah dekat kota Sverdiovsk.
Parade rudal SA-2 dalam sebuah defile tahun 60-an di Istora Senayan
Kondisi truck Zil 131 AURI, pembawa rudal SA-2
Walau tampil menakutkan bagi armada tempur NATO, SA-2 tidak pas untuk menyergap pesawat yang terbang dengan ketinggian rendah yang bermanuver tinggi. SA-2 kodratnya adalah rudal untuk menghantam target pada ketinggian menengah dan tinggi yang bermanuver rendah seperti pesawat pembom dan pesawat mata-mata. Dalam bobot yang besar, SA-2 bukan rudal yang bersifat mobile, platform peluncurannya menggunakan ground mounted. Sedangkan untuk pengiriman rudal menggunakan moda truk.
SA-2 di Indonesia
Kedatangan SA-2 di Bumi Pertiwi tak lepas dari kebutuhan pada saat operasi Trikora. Dalam beberapa literatur diketahui TNI AU mulai mengirimkan teknisi ke Uni Soviet untuk dilatih mengoperasika rudal ini pada tahun 1960. Setiap angkatan siswa yang belajar rudal tersebut dinamakan Naya. Sesuai dengan petunjuk dari Mabes AURI bahwa pembelian itu bersifat dadakan, sehingga tim TNI AU juga tidak berlama-lama di negara tirai besi. Dalam kunjungan sekitar sebulan itu dibicarakan segala sesuatu mulai dari jumlah yang akan dibeli, bagaimana pengirimannya, bagaimana dan dimana pendidikannya hingga garansi lainnya yang mesti tertera di dalam kontrak.
Replika rudal SA-2 dibawa dalam sebuah parade di Malioboro, Yogyakarta
Sementara program pendidikan awak dan teknisi berjalan, di Tanah Air dilakukan persiapan, mulai dari pembangunan hanggar, shelter dan mess. Pada tahun 1962, ada seratus personel yang direkrut dari bintara-bintara yang bertugas di satuan-satuan radar AURI, untuk belajar sistem rudal. Pendidikan radar rudal dilaksanakan di Polandia. Di sana pendidikan khusus bagi calon operator radar di skadron rudal di laksanakan.
Kedatangan SAM-75 mewujudkan sebuah sistem pertahanan udara yang canggih kala itu. Ditambah lagi, puluhan pesawat tempur dan artileri-artileri pertahanan udara telah dimiliki AURI. SAM yang baru diproduksi 1956 dan ditempatkan dalam skala besar di beberapa titik di Uni Soviet pada 1958, tak pelak lagi menjadi pergunjingan sehebat Tu-16 dan MiG-21 yang telah hadir lebih dulu. Bahkan pada tahun-tahun itu, hanya negara Pakta Warsawa yang diijinkan menggelar alutsista tersebut. Maka sangat mencurigakan bila Indonesia yang jauh di seberang lautan, tiba-tiba berhasil mendapatkan persenjataan tersebut.
Rudal SA-2 ditampilkan utuh di Museum Dirgantara, Yogyakarta
Rudal SA-2 dan truck Zil
SA-2 Sang Perisai Ibukota
Bila terjadi insiden pertempuran yang melibatkan operasi udara, sangat wajar bila target utama yang disasar adalah Ibukota RI, Jakarta. Dan SA-2 pun dihadirkan tak lain untuk mengamankan wilayah udara di beberapa instalasi strategis, termasuk Jakarta.
Dengan Skep Men/Pangau Nomor 53 Tahun 1963 tanggal 12 September 1963, dalam rangka mempertahankan wilayah kedaulatan udara nasional, dilakukan pembagian unsur-unsur rudal Hanud dalam pelaksanaan operasi, berada di bawah naungan Wing Pertahanan Udara (WPU) 100, membawahi 3 skadron peluncur dan 1 skadron teknik peluru kendali Yaitu :
1. Skadron 101 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 (di Cilodong)
2. Skadron 102 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 (di Tangerang)
3. Skadron 103 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 (di Cilincing)
4. Skadron Teknik 104 Penyiap Peluru Kendali (di Pondok Gede).
Proses loading SA-2 dari truck pembawa ke ground mounted
Tugas dari pada WPU 100 Peluru Kendali, pertama adalah mengatur, mengkoordinasikan dan memimpin langsung kegiatan-kegiatan dalam rangka pertahanan udara yang meliputi usaha penghancuran dengan peluru kendali terhadap sasaran-sasaran musuh/lawan, baik didalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia. Kedua adalah mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi latihan yang membawa semua kesatuan yang dibawahnya dalam keadaan siaga.
WPU 100 Peluru Kendali berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Rencananya juga akan ditempatkan di Bekasi dan Surabaya, namun perangnya (Trikora) urung. Surabaya pertimbangannya karena di sana pusat Angkatan Laut. Kalau tiga skadron pertama merupakan skadron operasional, maka Skadron 104 merupakan skadron penyiap (Satpen) yang bertanggungjawab menyiapkan rudal-rudal yang akan ditempatkan di ketiga skadron operasional.
Nyaris Terjadi Insiden
Selama kampanye Trikora, SA-2 disiapkan membentengi Jakarta, tak banyak cerita seputar masa genting itu, mengingat pada 1962 Belanda dan Indonesia sepakat menyelesaikan pertikaian di meja runding. Namun satu peristiwa pantas disimak dengan keberadaan SA-2 adalah pada suatu saat radar rudal menangkap adanya target dalam jarak tembaknya. Seperti biasa, anggota Skadron Peluncur 102 bersiaga seperti hari-hari sebelumnya. Namun, tiba-tiba keluar perintah yang menegangkan, bahwa sebuah pesawat intai strategis U-2 Dragon Lady melintas di Teluk Jakarta. Kejadian itu segera dilaporkan ke Panglima Kohanud. Oleh panglima diteruskan kepada Presiden lewat jalur ‘telepon merah’ untuk menunggu perintah selanjutnya. Sementara operator radar sudah mengunci posisi U-2.
SA-2 juga aktif digunakan di wilayah Arab dan Timur Tengah
Bisa dibayangkan bila Bung Karno saat itu ada di tempat ketika telepon berdering dari Panglima Kohanud, tidak seorang pun bisa membayangkan bagaimana perang yang akan terjadi kemudian. Namun saat itu, RI-1 sedang tidak ada di tempat dan target kemudian melarikan diri.
SA-2 dan Truk Zil-131 milik AD Jerman Timur saat era Perang Dingin
Menurut sumber dari Wikipedia, hingga saat ini rudal SA-2 sudah diproduksi sekitar 4600 unit dalam berbagai varian. Sebagian besar penggunanya jelas para negara-negara sahabat Uni Soviet/Rusia. Di lingkungan ASEAN, tercatat hanya Vietnam yang juga pernah mengoperasikan rudal ini. Sebagai rudal yang dikendalikan lewat gelombang radio, SA-2 rawan menghadapi aksi jamming, untuk itu pihak Rusia berhenti menggunakan rudal ini pada tahun 1980, dan kini mengadopsi rudal anti serangan udara yang superior, yakni SA-10/SA-12, atau juga dikenal dengan subutan keluarga rudal S-300. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi SA-2
Pabrik : Lavochkin OKB
Berat : 2.300 kg
Panjang : 10,6 meter
Diameter : 0,7 meter
Penggerak : Solid fuel booster dan liquid fuel upper stage operational
Hulu ledak : 200 kg
Daya jangkau : 45 km
Batas ketinggian: 20.000 meter
Kecepatan : 3,5 Mach
Pengendali : radio

Kemhan Dorong Produksi Kapal Perang Dari Dalam Negeri

BATAM - Kementerian Pertahanan akan mendorong peningkatan produksi kapal perang dalam negeri sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kebutuhan TNI AL sebagai penggunanya.

"Kapal perang produksi dalam negeri besar manfaatnya, kami akan terus mendorong produksi dalam negeri sesuai dengan anggaran yang tersedia," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Batam, Kamis (21/7).

Menurut dia, di Indonesia ada tiga daerah yang menjadi pusat pembuatan kapal perang TNI AL, yaitu Batam, Surabaya, dan Jakarta.

"Saat ini TNI AL masih membutuhkan tambahan kapal perang untuk memperkuat pertahanan laut Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan Kapal Cepat Rudal 40 meter (KCR-40), buatan putera-puteri Indonesia yang akan digunakan untuk mengamankan perairan Indonesia bagian barat, di Batam, 25 April 2011.

Menteri mengatakan kapal KCR-40 KRI Clurit-641 merupakan kebanggaan karena dirancang dan dibangun anak bangsa yang bekerja di PT Palindo Marine, Batam.

Peluncuran KRI Clurit, kata dia, merupakan jawaban atas rasa tanggung jawab menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi.


Wamenhan, Sjafrie Sjamsoeddin di Pulau Nipah, batam

Apalagi, kata dia, selain memiliki kandungan SDA yang tinggi banyak alur perairan NKRI menjadi alur perdagangan internasional.

"Ini sebagai mile stone menuju kemandirian industri pertahanan," kata Menteri.

Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KCR. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dan Kapal Selam.

TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL memesan dua KCR-40, dan berencana memesan 20 kapal lagi dengan jenis yang berbeda.

KCR-40 akan beroperasi di Indonesia bagian barat, disesuaikan dengan kondisi geografis yang dikelilingi pulau-pulau dan selat.

Sumber : ANTARA

Airbus Military Bantu PTDI Dalam Merevitalisasi Industri Dirgantara Nasional

Bengkel PT DI
CN-235 Pesanan Pemerintah Korea yang sedang di garap di bengkel PT DI.
Jakarta - Airbus Military telah menandatangani kesepakatan kerja sama strategis bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dimana Airbus Military akan membantu PTDI dalam merevitalisasi industri dirgantara nasional di Indonesia.
Kesepakatan ini ditandatangani oleh Presiden Direktur PTDI Budi Santoso, Presiden Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Boyke W. Mukijat dan CEO Airbus Military Domingo UreƱa Raso di Jakarta, Rabu (6/7).
Menteri BUMN Mustafa Abubakar turut hadir pada penandatanganan imi, mengkonfirmasi Nota Kesepahaman (MoU) pada Februari lalu. Fase pertama dari program revitalisasi ini akan berjalan selama 18 bulan. Selama periode ini, Airbus Military akan mendukung PTDI dalam mengoptimalkan proses industri dan efisiensi globalnya secara keseluruhan.
Kesepakatan ini dibangun atas hubungan manufaktur yang telah berlangsung lama antara Airbus Military dan pendahulunya CASA dari Spanyol, serta PTDI dan pendahulunya Nurtanio. Saat ini, PTDI adalah pemasok yang penting bagi Airbus Military untuk pesawat transpor ringan/medium C212 dan CN235, pesawat pemantau, serta bagi Eurocopter dan Airbus.
Selama beberapa tahun ke depan, Airbus Military bermaksud untuk meningkatkan jumlah manufakturnya dengan PTDI. Airbus Military juga berniat memberikan aktivitas industri yang nilainya semakin tinggi di rantai pasokan. “Kesepakatan dengan Airbus Military hari ini akan membantu Indonesia melakukan reformasi struktural, untuk memulihkan serta mengembangkan sektor dirgantara nasional. Adanya kesempatan untuk pengembangan baru dan dibukanya pasar-pasar baru bersama Airbus Military, akan membantu Indonesia melahirkan generasi yang memiliki insinyur, manajer, dan pekerja yang sangat terlatih. Mereka tentunya akan berkarya di industri dirgantara, namun juga mengubah sektor ekonomi lainnya di negara kita,” katanya.
Domingo Urena Raso– CEO Airbus Military menambahkan, hubungan dirgantara antara Spanyol dan Airbus Military dengan Indonesia dan industri nasionalnya telah terjalin lama dan menguntungkan bagi kedua pihak. Hubungan ini juga mempunyai prospek masa depan yang positif.
Akan tetapi, industri dirgantara global saat ini semakin kompetitif, sehingga setiap pemain di industri ini harus terus memperbarui dan mengembangkan diri. “Airbus Military berkomitmen sepenuhnya untuk mendukung mitra kami di Indonesia, agar dapat terus mempertahankan perannya di panggung dunia,” ujar Domingo.
Domingo menjelaskan, Airbus Military adalah satu-satunya produsen pesawat militer dan sipil yang membuat, mengembangkan dan menjual rangkaian pesawat berkapasitas muatan 3 hingga 45 ton. Sebagai anak perusahaan Airbus, Airbus Military bertanggung jawab atas program A400M, pesawat tanker, dan transport militer (military tanker transport) atau MRTT A330 dan pesawat militer lain yang merupakan turunan dari pesawat sipil Airbus.
Bersama dengan segmen pesawat ringan dan menengah C295, CN235 dan C212. Secara total,sebut Domingo, Airbus Military telah menjual lebih dari 1.000 pesawat kepada sekitar 130 pelanggan militer, sipil dan pemerintahan. Dari jumlah ini, lebih dari 800 pesawat telah dikirimkan. Airbus adalah bagian dari perusahaan EADS.(Sumber : Jurnas)

Jumat, 22 Juli 2011

KRI Diponegoro-365 “Membombardir” Pulau Gundul di Kepulauan Karimun Jawa


KRI Diponegoro-365 “membombardir” Pulau Gundul
Sembilan butir peluru Di Tembakkan dari moncong Senjata Artileri jenis meriam laras tunggal super rapid kaliber 76mm milik KRI Diponegoro-365 dan berhasil menghujam daratan Pulau tak berpenghuni di Kepulauan Karimun Jawa. Wilayah Tersebut Merupakan Wilayah Khusus untuk Gladi tempur penembakan Jenjata Kapal Perang TNI-AL
Laut Jawa - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Diponegoro-365 “membombardir” Pulau Gundul yang berada di sekitar Kepulauan Karimun Jawa Sabtu (02/06). Sebanyak sembilan butir peluru dimuntahkan dari moncong Senjata Artileri jenis meriam laras tunggal super rapid dengan kaliber 76mm berhasil menghujam daratan Pulau tak berpenghuni itu. Pulau Gundul merupakan daerah latihan milik TNI AL kusus untuk gladi tempur penembakan senjata artileri kapal-kapal perang.
Meriam kaliber 76mm Otomelara yang terpasang di Geladak Haluan kapal ditembakkan secara otomatis melalui Pusat Informasi Tempur (PIT) didukung radar senjata jenis LIROD MK2 sebagai tracking sasaran. Selain menggunakan kendali penembakan otomatis melalut PIT juga dilakukan penembakan secara manual dengan Target Designation Sight (TDS). Jarak tembak dari KRI Diponegoro menuju sasaran kurang lebih 5 nautical mile (9,8km).
Akurasi penembakan meriam 76mm sangat tinggi karena didukung Module Combat System (MCS) terintegrasi dengan senjata ini, berupa radar LIROD yang mampu melakukan tracking video dan memberikan data kontrol senjata secara tiga dimensi mulai dari jarak, baringan dan ketinggian sasaran. Radar tersebut juga memiliki kemampuan mengunci sasaran udara secara manual dan otomatis.
Peluru yang ditembakkan dari laras meriam 76mm merupakan proyektil jenis Target Practice(TP). Meriam buatan Italia ini mampu memuntahkan peluru sebanyak 120 butir per menit dengan jarak jangkau maksimal 16 sampai 20 kilometer sesuai dengan jenis Amunisi yang ditembakkan. Untuk Amunisi jenis Semi Armour Piercing Otomonition Extended Range (Sapomer) dapat menjangkau sasaran dengan jarak maksimum 20km.
Serbuan pagi hari itu merupakan program latihan yang dilaksanakan oleh kapal perang yang berada di jajaran Koarmatim tersebut, saat melakukan perjalanan Lintas Laut (Linla) dari Pangkalan Surabaya menuju Jakarta dalam rangka akan mengikuti Latihan Bersama (Latma). Disamping itu kapal ini akan mendapatkan tugas patroli laut wilayah barat yang berada disekitar Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Perairan Kepulauan Riau (Kepri), Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.
Tujuan gladi tempur penembakan senjata Artileri atas air tersebut sebagai tolak ukur untuk melihat sejauh mana kemampuan operasional persenjataan serta piranti pendukung yang terintegrasi dengan senjata tersebut. Selain itu juga untuk meninggkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit dalam mengawaki dan mengoperasikan persenjataan yang dimiliki oleh KRI.
“Latihan penembakkan ini berhasil dengan baik, karena seluruh peluru yang ditembakkan mencapai target dengan akurat”, kata Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo.(Sumber : Dispen Koarmatim)

2015 Diperkirakan Pembangunan Bandara Antariksa Milik LAPAN Di Enggano Dapat Terlaksana


Roket RX LapanBengkulu - 
Pembangunan Bandara antariksa milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) diperkirakan akan terlaksana pada tahun 2015. Prediksi itu disampaikan Kepala Pusat Pemanfaatan Teknologi dan Dirgantara LAPAN Arisdiyo, Senin (4/7).
“Saat ini masih tahap riset lokasi yang sudah ditentukan sebelumnya, sedangkan pembangunannya dimulai pada 2015,” katanya di Bengkulu. Saat ini LAPAN sedang melakukan penelitian terhadap 6 desa di Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara sebagai lokasi peluncuran satelit dan roket.
Enam desa tersebut yakni Banjar Sari, Meok, Ka’ana, Apoho, Malakoni, dan Kahyapuh. Jika nantinya sudah ditetapkan lokasi peluncuran satelit itu maka LAPAN akan membuat lokasi zona aman radius 5 kilo meter.
Dampak negatif dari progam ini terhadap masyarakat hanyalah pada saat peluncuran roket dimana dalam radius 5 kilometer harus bersih dari kegiatan apapun.
Sementara itu, Bupati Bengkulu Utara Imron Rosyadi mengatakan adanya bandar antariksa tersebut dapat menguntungkan masyarakat setempat baik secara ekonomi dan pendidikan.
Bupati berharap, masyarakat dapat menerima dengan baik rencana LAPAN, mengingat banyak sisi positif yang akan didapatkan warga Pulau Enggano dan Bengkulu pada umumnya.
Pembangunan bandar antariksa milik LAPAN di Pulau Enggano ini merupakan tindaklanjut dari penandatanganan perjanjian antara Pemerintah Provinsi Bengkulu pada 2010.
Pulau Enggano dinilai sebagai tempat yang sesuai untuk pembangunan bandar antariksa. Enggano memiliki populasi penduduk yang tidak terlalu banyak dan tidak berhubungan langsung dengan wilayah negara lain.
Tak hanya itu, Enggano juga memiliki luas wilayah yang luas dan lingkungan aman. Selain letaknya strategis, pulau itu juga berhadapan langsung dengan laut bebas, yaitu Samudera Hindia.(Sumber : Republika)

Rabu, 20 Juli 2011

Indonesia dijajah karena sebuah BUKU

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/02/Jan_Huygen_van_Linschoten_Itinerario.jpg/250px-Jan_Huygen_van_Linschoten_Itinerario.jpg

Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien , yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595.
Inilah kisahnya:
Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.
Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.
Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.
Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3WdUpiuIcvbtMdgnH98vzPWgHEI6eOfi4QaHZTBsC4xiGdxaijIGCnUKeu68DtNcTkSzLmGQeIOA-63UZdSkIqs1YUWuWscEyCzzuHf3vSyKnrw4VEQptCSildj01PadOVuxkVKINjPI/s400/gmbr1.jpg
Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.
Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.
Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.
Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.

plugins/content/imagesresizecache/4a18b4bddeede6bdb5fe6a36fdd8043a.jpeg

Selasa, 19 Juli 2011

China dan Indonesia Akan Alih Teknologi Rudal C-705



Rudal permukaan ke permukaan C-705 (photo : PeopleDaily)

Indonesia-Tiongkok Kerja Sama Alih Teknologi dan Ilmu Kemiliteran

JAKARTA - Hubungan Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok bakal tambah harmonis. Kemarin (21/5) militer dua negara tersebut sepakat menjalin kerja sama alih teknologi dan ilmu kemiliteran.

"Kita menawarkan adanya joint production peralatan senjata. Misalnya, kita tawarkan membuat rudal bersama," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro setelah bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Militer Tiongkok Jenderal Guo Boxiong di Jakarta kemarin.

Kedatangan orang nomor dua di jajaran militer Tiongkok itu disambut dengan penghormatan militer. Jenderal Guo didampingi Duta Besar Tiongkok Zhang Qi Yue dan sejumlah perwira tinggi militer Tiongkok. "Mereka memiliki teknologi militer yang luar biasa. Kita berharap bisa belajar dan berbagi pengalaman," katanya.

Dalam pertemuan tersebut, Jenderal Guo mengatakan, negaranya berencana membuat rudal C-705 untuk pertahanan udara dan laut. Peluru kendali tersebut merupakan pengembangan dari rudal C-802 yang telah digunakan kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut. "Akan sangat bagus jika rudal tersebut bisa dibuat bersama oleh teknisi Indonesia," katanya.

Indonesia juga menawari militer Negeri Tirai Bambu itu peralatan pendukung non-alutsista. Misalnya, kain seragam, kopel, sepatu, dan baret. "Tentara Tiongkok punya 2,5 juta anggota. Kalau seluruh seragamnya kita yang membuat, itu potensi ekonomi yang sangat besar," terang mantan menteri ESDM tersebut.

Dua pejabat itu juga sepakat untuk mengadakan pelatihan bagi perwira-perwira militer Indonesia. Pelatihan tersebut berbentuk sekolah komando, penanggulangan pembajakan di laut, search and rescue (SAR), serta program master dan doktoral di bidang ilmu pertahanan.

Jenderal Guo juga menyambut proposal Kementerian Pertahanan untuk melanjutkan pelatihan pilot-pilot pesawat Sukhoi di Beijing. Sejak tahun lalu, TNI-AU memang mengirim 10 perwira untuk melakukan simulasi penerbangan dengan Sukhoi. Tiongkok adalah pemakai pesawat Sukhoi terbesar setelah Rusia. (rdl/c6/noe)

TNI AD komitmen Gunakan Produk Alutsista Dalam Negeri



BANDUNG - TNI AD menyatakan mendukung dan akan berkomitmen untuk menggunakan produk dalam negeri untuk alutsista sesuai arahan dan instruksi Presiden RI. Namun ia pun meminta agar industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN dapat meningkatkan kualitas produknya agar sesuai dengan kebutuhan TNI AD.

"Jadi pokoknya, apa yang bisa kita buat, harus digunakan sendiri. Tetapi untuk produk dalam negeri juga harus meningkatkan kualitas sesuai dengan yang kita butuhkan. Ya kita bersama-sama penyempurnaan sambil berjalan," ujar KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo saat ditemui usai Upacara Prasetya Perwira Diktukpa TNI AD di Lapangan Wiradhika Secapa AD, Jalan Hegarmanah, Senin (18/7).

Ia mengatakan, peremajaan alutsista memang diperlukan, namun juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas SDM para perwira dan anggota lainnya.

"Modernisasi tetap kita lakukan, makanya SDM kita siapkan. Kalau ada yang bertanya pada saya mana yang lebih didulukan, dua-duanya seiring sejalan. Manusianya harus disiapkan, peralatan harus ditingkatkan," katanya.

Ia mencontohkan, penggunaan beberapa peralatan di TNI AD sebagian telah menggunakan produk dalam negeri.

"Untuk senjata ringan, kalau dari Pindad sudah memenuhi persyaratan, ya kami akan pakai yang dari Pindad. Karena terus terang saja, senjata dari pindad itu dipakai untuk pertandingan di 10 negara Asean, dia juara loh. Bahkan negara-negara Asean dan negara tetangga lainnya ingin membeli produk pindad. Jadi mengapa orang lain menggunakan kita tidak. Dan kita harus bangga kalau itu kualitasnya memenuhi syarat," tuturnya.

Bahkan untuk kebutuhan panser, TNI AD pun rencananya akan mengganti seluruh panser yang ada dengan produk PT Pindad.

"Sekarang kita gunakan Panser Anoa, itu secara total nanti panser lama akan kita ganti. Sekarang masih sebagian dari luar. Karena kan anggarannya juga terbatas, jadi bertahap," akunya.

Sumber : BANDUNG.DETIK.COM

PT DI Tengah Kerjakan Heli Super Puma Korean Coast Guard



BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tengah mengerjakan pesanan helikopter Super Puma pesanan pasukan penjaga pantai Korea Selatan senilai US$90 juta (Rp767,52 miliar). Perusahaan plat merah itu juga mengerjakan helikopter untuk Angkatan Laut senilai US$70 juta (Rp596,96 miliar).

"Kami juga tengah mengerjakan helikopter untuk Angkatan Udara," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada VIVAnews.com

Selain pesanan itu, PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya. Perseroan optimis pesanan komponen itu akan naik 50 persen pada 2015. "Tahun depan diminta naik 20 persen dan mungkin 2015 naik 50 persen dari kapasitas yang sekarang", ujar Budi

Pendapatan PT DI sendiri tahun ini diperkirakan Rp1,6 triliun yang berasal dari penjualan komponen dan pesanan helikopter. Ia menargetkan pendapatan tahun depan dapat mencapai Rp2 triliun. "Sesudah Rp2 triliun baru kami bisa bernafas," tambah Budi.

PT DI sendiri dilingkupi permasalahan modal yang kurang, sehingga tak berani mencari order pesanan. Untuk itu perseroan sangat mengharapkan adanya penyertaan modal negara (PMN). Pemerintah dan Komisi VI telah membahas pemberian PMN sebesar Rp3,9 triliun namun persetujuan belum diketuk palu.

Sumber : VIVANEWS.COM

LAPAN Survei Lokasi di Pulau Enggano Guna Pembangunan Bandar Antariksa

Roket LAPANBengkulu - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mulai melakukan beberapa survei terkait rencana pembangunan bandar antariksa di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. “Dalam waktu dekat tim akan survei di Pulau Enggano,ini merupakan tindaklanjut dari penandatanganan MoU yang dilakukan Pmprov Bengkulu dengan LAPAN 2010,” terang Kepala Bapeda, Provinsi Bengkulu, Edi Waluyo, Kamis.
Survei tersebut meliputi kawasan konservasi, status hutan, kondisi geografis, dan sekaligus komunikasi awal antara LAPAN dan masyarakat Pulau Enggano.
Hasil survei itu merupakan kebutuhan untuk melengkapai pembuatan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Kelola Lingkungan (RKL), dan Upaya Kelola Lingkungan (UPL)
Survey penting dilakukan karena LAPAN akan mencari penyesuaian tata ruang, dan seminimal mungkin tidak mengganggu ekosistem Enggano yang diketahui rapuh.
Selanjutnya, Edi Waluyo menambahkan dalam MoU belum dikatakan sharing apa yang akan dilakukan antara LAPAN dan Pemerintah Provinsi Bengkulu, namun Bengkulu telah mengalokasikan beberapa hektar lahan untuk keperluan pembangunan bandar antariksa itu.
Edi menekankan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini akan diutamakan, sosialisasi akan terus dilakukan semuanya kembali kepada masyarakat Enggano, jika mereka sepakat daerahnya akan dibangun bandar antariksa maka program akan berlanjut begitu pula sebaliknya.
Diharapkan dengan adanya Bandar antariksa di Enggano masyarakat Bengkulu akan dapat mengakses beberapa ilmu pengetahuan yang penting dalam dunia antariksa, dan juga dapat berimbas pada perbaikan ekonomi rakyat.(Sumber : Republika)

Senin, 18 Juli 2011

Video Uji Tembak Roket R-Han

BATURAJA - Video Ujicoba Roket R-Han Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan (Balitbang Kemhan) di Baturaja pada November 2010.

TNI Musnahkan Patok Ilegal Milik Malaysia Yang Masuk Wilayah NKRI


Foto Patok Ilegal Warga Malaysia
Foto Patok Ilegal Warga Malaysia yang memasuki wilayah NKRI.(Foto: Cakgapur)
Pontianak - Komandan Korem 121/Alambhana Wanawwai, Kolonel Inftri Toto Rinanto Sudjiman menyatakan, pihaknya telah memusnahkan dua patok ilegal yang bertanda Juru Ukur Pemetaan Malaysia (JUP) karena masuk wilayah Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang sekitar 250 meter sehingga merugikan Indonesia.
“Atas penemuan itu sudah kami koordinasikan dengan aparat keamanan Malaysia dan mereka menyatakan dua patok itu ilegal sehingga langsung kami musnahkan,” kata Totok Rinanto Sudjiman seusai menghadiri dengar pendapat dengan Gubernur Lemhanas di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar di Pontianak, Selasa.
Ia menduga, patok ilegal itu sengaja dibuat oleh warga negara tetangga itu, dengan tujuan untuk memperluas lahan pertanian mereka.
Danrem 121/ABW menyatakan, penemuan dua patok ilegal di sekitar Desa Sepidak, Kecamatan Jagoi Babang pada 21 April 2011 oleh masyarakat yang kemudian ditindak lanjuti dengan laporan camat ke Korem 121/ABW.
“Hingga saat ini permasalahan itu telah selesai. Untuk sementara kami belum menerima adanya kasus pergeseran patok tapal batas di tempat-tempat lain,” ujar Totok.
Sementara itu, Camat Jagoi Babang Antonius Ale membenarkan, pihaknya bersama masyarakat telah menindaklanjuti temuan pergeseran patok tapal batas ke TNI.
Patok tapal batas ilegal itu ditemukan di rukun tetangga Sentabang, Dusun Kimdal, Desa Sepidak, Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang yang berbatasan dengan Kampung Sitas, Distrik Bauk (setingkat kecamatan) Malaysia.
“Patok itu sengaja dibuat warga negara tetangga itu, kemudian lahan sekitar 250 meter yang masuk Indonesia itu digunakan untuk pertanian,” ujarnya.
Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya menyesalkan, tindakan warga negara tetangga tersebut yang bisa merugikan Indonesia.
“Modus seperti itu sudah sering terjadi dengan tujuan mengambil hasil bumi seperti kayu dan menanami dengan perkebunan, seperti sawit,” katanya.
Apalagi menurut Wagub Kalbar sebagian besar kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia adalah hutan lindung sehingga sangat rentan terjadinya pergeseran patok tapal batas dengan tujuan untuk aktivitas ilegal logging atau pembalakan hutan secara liar.
Panjang perbatasan darat antara Indonesia - Malaysia di Kalimantan mencapai 2.004 kilometer, terdiri dari Kalbar 857 kilometer dan Kalimantan Timur 1.147 kilometer.(Sumber : Antara)

Cina Segera Mengoperasikan Kapal Induk Pertamanya “Shi Lang”


Shi Lang
“Shi Lang” Merupakan Kapal Induk Pertama Cina, yang dibeli dari Rusia dan di sempurnakan di Negeri Tirai Bambu itu sendiri.
Beijing - China patut mendapatkan acungan dua jempol ke atas. Pasalnya, sebentar lagi, Negeri Tirai Bambu itu akan memiliki kapal induk pertamanya.
Kendati begitu, sebagaimana warta AP dan AFP pada Rabu (8/6/2011), kapal induk dimaksud sejatinya adalah kapal induk yang belum kelar sepenuhnya dibangun. Varyag namanya.
Kapal yang diluncurkan pada 4 Desember 1998 itu tadinya milik Uni Soviet. Kapal tersebut dihentikan pembangunannya pada 1992. Kala itu, Varyag memang tergerus oleh runtuhnya Uni Soviet. Alhasil, Uni Soviet pun menyerahkan kapal tersebut kepada Ukraina. Soalnya, Ukrainalah yang memang jadi basis pembangunan kapal kelas Admiral Kuznetsoz ini. Seturut catatan, kapal induk itu belum rampung pengerjaan kelengkapan elektroniknya.
Ternyata juga, Ukraina tengah bokek alias kehabisan uang. Varyag kemudian dilelang. Seusai menebus banderol lelang sebesar 20 miliar dollar AS, China pun boleh membawa pulang Varyag.
Informasi terkini, Varyag kemudian dituntaskan pembangunannya di galangan Dalian, China. Kapal itu dicat abu-abu, khas Angkatan Laut (AL) China. Nama Shi Lang kemudian menjadi nama baru pengganti Varyag. Pada Oktober 2010 AL China menerima Shi Lang dalam jajarannya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata China Jenderal Chen Bingde membenarkan kalau pihaknya memang bersegera mengoperasikan Shi Lang. Sejatinya, pembangunan kapal induk tersebut adalah proyek rahasia China.
Kemudian, Letnan Jenderal Qi Jiangua, asisten kepala staf, mengatakan kepada koran Commercial Daily, bahkan jika kapal induk tersebut digunakan, kapal itu sudah pasti tidak akan berlayar ke wilayah perairan negara lain. “Semua bangsa besar di dunia memiliki kapal induk mereka sendiri. Itu adalah simbol kebesaran sebuah bangsa,” kata Qi, seperti dikutip oleh koran tersebut.
China saat ini memiliki masalah perbatasan lautnya dengan beberapa negara tetangga. Akan tetapi, Letjen Qi mengatakan, China selalu mengikuti prinsip-prinsip bertahan untuk strategi militernya. “Akan lebih baik bagi kami jika kami bertindak lebih cepat dalam memahami samudra dan memetakan kemampuan maritim kami lebih dini,” kata Qi Jianghua.
“Kami sekarang menghadapi tekanan besar di beberapa samudra, apakah itu di Laut China Selatan, Laut China Timur, Laut Kuning, atau Selat Taiwan,” kata Qi Jiangua merujuk ke perairan-perairan yang diperebutkan China dengan negara-negara tetangga.(Sumber : Kompas)

Australia Waspadai Cina, India dan Indonesia Dengan Peningkatan Jumlah Kapal Selam Dan Kapal Anti Kapal Selamnya

Kapal Selam China
Armada Kapal Selam China.
Sydney - Australia harus waspada dengan peningkatan jumlah kapal selam dan kebutuhan kapal perang anti kapal selam di Asia, ujar seorang analisis inteligen dan mantan penasehat militer pada era pemerintahan Howard.
Brice pacey mengatakan bahwa negara - negara seperti India, Indonesia dan China telah memulai perlombaan untuk meningkatkan armada kapal selam mereka.
Dalam sebuah dokumen dari Kokoda Foundation yang diberitakan hari ini, Pacey berpendapat bahwa Australia harus mempertimbangkan untuk mengupgrade kapal selam Collins dan mempercepat pengadaan 12 kapal selam baru serta penambahan kapal perang anti kapal selam.
Pacey mengatakan pada tahun 2030 akan ada lebih banyak kapal selam di kawasan tersebut, dan dapat melakukan misi rahasia serta dapat membawa senjata yang lebih efektif.
Secara khusus, China pada tahun 2025 diperkirakan memilik 78 kapal selam jumah tersebut dari 65 tahun lalu. Pacey juga mengatakan kapal selam tersebut untuk mempertahanankan dari tekanan Taiwan.(Sumber : Northern Weekly/MIK)

2014 Lapan Siap Orbitkan Empat Satelit


LapanJakarta 
- Salah satu sasaran utama kinerja Lapan pada 2011 ialah peluncuran satelit Twinsat (Lapan-A2 dan Lapan-Orari) untuk mitigasi bencana. Pengembangan satelit terus berlanjut, hingga pada 2014, Lapan akan memiliki empat satelit buatan sendiri meskipun dalam skala kecil. Selama ini, 10 satelit milik Indonesia masih buatan luar negeri.
Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Lapan Dr. Adi Sadewo Salatun, M. Sc. saat rapat kerja Menteri Riset dan Teknologi serta jajaran Kepala Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) dengan Komisi VII DPR RI di Ruang Rapat Komisi VII, Gedung Nusantara Lantai I, Senin (17/1).
Selain pengembangan satelit, Lapan juga bersiap melakukan studi kelayakan sarana dan prasarana stasiun peluncuran di Pulau Enggano, menguji statik roket RX-550, serta membahas RUU Keantariksaan dengan DPR. Roket RX-550 saat ini sedang dalam proses pengujian bekerjasama dengan BATAN dan dijadwalkan selesai paling lambat Maret 2011. “Jika semuanya telah siap, maka peluncuran RX-550 merupakan peluncuran roket paling besar sampai saat ini,” ujar Adi.
LapanDalam rapat tersebut, Kepala Lapan menyampaikan realisasi program utama Lapan 2010. Untuk bidang roket, telah dilakukan integrasi dan pengujian subsistem satelit mikro Lapan-A2 dan Lapan-Orari. Di bidang roket, Lapan mengembangan kemampuan roket nasional untuk keperluan riset ilmiah.
Kemudian, di bidang penginderaan jauh (inderaja), lapan mengembangkan model pemanfaatan data satelit inderaja untuk pengembangan wilayah, pemantauan dan inventarisasi sumber daya alam dan lingkungan, serta operasi pelayanan informasi mitigasi bencana (Simba).
Sementara itu di bidang sains antariksa dan atmosfer, Lapan menyuplai model atau data akurat tentang cuaca antariksa, prosedur standar peringatan dini dan mitigasi cuaca antariksa, serta layanan informasi pemanfaatan sains atmosfer. Selain itu, Lapan mendukung penguatan kelembagaan iptek dan regulasi kebijakan pengembangan kedirgantaraan nasional (harmonisasi RUU Keantariksaan).(Sumber : Lapan)

Satelit Pemerintah Tidak Akan Membunu Bisnis Telekomunikasi Swasta


Rencana Satelit PemerintahBandung
 - Satelit telekomunikasi yang rencananya akan dibuat oleh Kementerian Riset dan Teknologi hanya diperuntukan bagi pemerintah. Pihak swasta tidak akan dilibatkan.
Alasan peruntukan ini, diungkapkan oleh Engkos Koswara, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan Transportasi, Kemenristek karena tidak ingin membunuh bisnis telekomunikasi di Indonesia.
“Ini hanya untuk pemerintah. Mungkin nanti namanya Broadband Goverment Telekomunication Satelite. Atau apalah nanti kita pikirkan namanya. Yang jelas ini peruntukannya hanya untuk pemerintah,” katanya saat berbincang dengan detikINET di Novotel Bandung.
Alasan Engkos tidak mau melibatkan pihak swasta dalam proyek ini adalah karena teknologi yang dipergunakan bisa menjadi ‘pembunuh’ bagi industri telekomunikasi di Indonesia.
“Kalau dilempar ke swasta itu bisa mati semua. Ini killer teknologi bagi bisnis telekomunikasi. Karenanya kita benar-benar akan gunakan ini untuk kepentingan pemerintah saja. Tidak untuk komersil,” paparnya.
Teknologi yang nantinya akan ditanamkan dalam satelit ini, sambungnya, akan memungkinkan penggunaan pita lebar. Bahkan cakupannya bisa seluruh Indonesia.
“Kecepatannya bisa mencapai 191 Gbps dengan cakupan seluruh Indonesia. Tinggal ground stationnya saja kita pasang. Dan ground station tersebut menggunakan teknologi terbaru. Bentuknya kecil tidak besar seperti yang dulu,” terangnya.
Kemenristek berencana membuat satelit komunikasi ini bersama dengan ITB. Rencananya dalam 3 tahun mendatang, satelit ini bisa mengangkasa. Masa pakai satelit ini bisa mencapai 15 tahun.
“Untuk urusan itu kita kan punya slot. Tapi slot satelit harus dari Kominfo. Satelit Garuda 1 kan sudah mati. Kita bisa pakai bekas slotnya di atas Sulawesi. Mudah-mudahan Kominfo mau memberikan. Ini kan buat pemerintah juga,” harapnya.(Sumber : Detik)

RI - Rusia Harus Rusia Tingkatkan Kerjasama Hankam Di Masa Depan


Latihan Bersama RI-Rusia
MAKASSAR - Sejumlah pasukan TNI-AL dan AL Rusia (VMF) melakukan penyergapan terhadap perompak di Perairan Makassar, Sulsel, Jumat (27/5). Simulasi latihan gabungan antara TNI-AL dengan angkatan laut Rusia tersebut dilakukan untuk melatih kemampuan masing-masing pasukan dalam menghadapi perompak di laut. FOTO ANTARA/Yusran Uccang/nz/11
Jakarta - Hubungan kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Rusia harus bisa dilanjutkan dan ditingkatkan di masa depan. Sejarah membuktikan, Rusia adalah salah satu negara sahabat yang pernah membantu kekuatan militer Indonesia dengan sepenuh hati tanpa ikatan apa pun.
Demikian salah satu pokok bahasan yang disampaikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto dalam seminar sehari berjudul ”Indonesia-Rusia: Menatap Masa Depan” yang berlangsung di Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (UTA ’45), Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (4/6).
Selain Slamet, pembicara dalam seminar ini adalah mantan Duta Besar RI untuk Rusia Susanto Pudjomartono, Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia Yuri N Zozulya, serta dosen sejarah dan nasionalisme UTA ’45 Peter Kasenda.
Slamet mengatakan, pada era Presiden Soekarno, pembangunan kekuatan Angkatan Laut diutamakan karena Bung Karno waktu itu sadar, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas dan kaya.
”Salah satu negara yang membantu kita waktu itu adalah Rusia. Dengan kekuatan Rusia, kekuatan Angkatan Laut kita waktu itu sangat besar sehingga tidak ada (negara) yang berani main- main dengan RI,” ungkap Slamet.
Jika kekuatan TNI AL masa kini masih sebesar itu, lanjutnya, Indonesia tidak akan kehilangan Pulau Sipadan-Ligitan dan tidak akan ada masalah dengan negara tetangga di perairan Ambalat.
Ditambahkan, untuk melindungi seluruh kekayaan dan kedaulatan RI, mau tidak mau pembangunan pertahanan ini harus terus ditingkatkan. Meski demikian, berdasarkan pengalaman masa lalu, kerja sama pertahanan dengan negara-negara di luar Rusia (terutama Amerika Serikat dan sekutunya) selalu diembel- embeli dengan ikatan dan syarat- syarat tertentu.
Sementara itu, Rusia selalu siap membantu Indonesia tanpa ikatan apa pun. ”Kita seharusnya tak perlu melihat negara mana yang akan diajak kerja sama, tetapi bagaimana kerja sama itu harus dibangun demi kepentingan bangsa ini,” kata Slamet.
Susanto Pudjomartono menambahkan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari Rusia menjadi salah satu bidang kerja sama kedua negara yang sangat menjanjikan. Ini karena Rusia tak menuntut ikatan politik apa pun dari pembelian tersebut.
Indonesia pun diuntungkan karena Rusia sampai saat ini masih menjadi produsen utama persenjataan di dunia sehingga hampir seluruh kebutuhan alutsista bisa diperoleh dari negara itu.
Buku Military Balance 2010 yang disusun International Institute for Strategic Studies menyebutkan, Indonesia telah memesan berbagai alutsista senilai lebih dari 1 miliar dollar AS kepada Rusia. Alutsista itu terdiri dari pesawat tempur Sukhoi Su-27/30, helikopter Mi-17 dan Mi-35, kapal selam kelas Kilo, tank amfibi BMP-3F, serta sistem rudal antikapal (ASSM).(Sumber : Kompas)

Kohanudnas Usulkan Penambahan Lima Pesawat Tempur Sukhoi


Sukhoi TNI-AU
Pesawat Tempur Sukhoi Milik TNI AU Di Bandara Halim Perdana Kusuma.
Makassar - Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Indonesia mengusulkan pembelian pesawat tempur Sukhoi kepada pemerintah Indonesia. Penambahan pesawat tempur buatan Rusia tersebut dianggap perlu mengingat wilayah NKRI yang cukup luas dan harus dipantau oleh Komando Pertahanan Udara Nasional.
Demikian dikatakan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto usai bertindak sebagai inspektur upacara pada serah terima jabatan Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosek) II Makassar, Jumat 4 Mei.
Eddy mengatakan seperti di negara-negara berkembang lainnya, jumlah pesawat tempur ada yang mencapai ratusan buah sementara luas wilayahnya di bandingkan Indonesia masih lebih kecil. Tetapi hal tersebut juga harus dikondisikan dengan keuangan negara, yang lebih penting saat ini adalah kesejahteraan rakyat,” ucapnya.
Eddy mengatakan saat ini jumlah pesawat tempur Sukhoi yang dimiliki Indonesia sebanyak 11 buah. Semuanya ditempatkan di skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin. Untuk satu skuadron, layaknya memiliki 16 buah pesawat tempur, sehingga Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia akan menambah pesawat suhkoi sebanyak lima buah pesawat lagi. “Kami mengusulkan tambahan lima pesawat baru lagi tahun ini,” katanya.
Untuk keadaan wilayah udara Indonesia khususnya wilayah timur, Eddy mengatakan secara umum kondisi tersebut aman dari gangguan pihak asing yang ingin mengacaukan pertahanan negara. Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia senantiasa bekerja keras guna pengamanan tersebut. “Ini tentunya tidak telepas dari kerjasama yang baik dengan semua pihak,” paparnya.
Upacara serah terima jabatan berlangsung di markas Kosek Hanudnas Jumat, 4 Mei. Kolonel Agoes Haryadi menduduki jabatan Pangkosek Hanudnas II yang baru menggantikan Marsekal Pertama TNI Abdul Muis yang selanjutnya akan menduduki jabatan barunya sebagai Komandan Landasan Udara (Lanud) Adi Sucipto Yogyakarta. Upacara dihadiri Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang, tokoh masyarakat serta unsur muspida.(Sumber : Fajar)

Minggu, 17 Juli 2011

2020 China Menambah Kapal dan 6.000 Pasukan di Laut Cina Selatan


Peta Laut Cina SelatanBeijing
 - China akan memperbanyak pasukan penjaga pantai dengan menambah kapal dan 6.000 personel pada 2020. Pengumuman ini disampaikan ketika Beijing tengah terlibat konflik maritim.
Pernyataan yang diungkapkan kemarin itu tampaknya kian memanaskan hubungan dengan beberapa negara yang kini terlibat sengketa maritim. Penambahan pasukan Pengawas Maritim China (CMS) itu diumumkan dua hari setelah negara itu mengirim kapal patroli maritim terbesar ke Laut China Selatan.
“CMS yang berada di bawah Departemen Samudra Negara (SOA) akan memiliki 16 pesawat dan 350 kapal pada akhir rencana lima tahun pada 2015 dan lebih dari 15.000 personel dan 520 kapal pada 2020,”tulis China Daily kemarin,mengutip seorang pejabat senior. China Daily tidak menjelaskan berapa dana yang dikucurkan Pemerintah China untuk membiayai rencana tersebut.
CMS merupakan badan penegak hukum paramiliter yang berpatroli di perairan China. “Ada banyak peningkatan jumlah penerobosan batas secara ilegal oleh kapal dan pesawat asing di perairan dan ruang angkasa China dalam beberapa tahun terakhir,” papar China Daily.
Media resmi Pemerintah China ini menyebutkan, pasukan penjaga pantai berhasil mencatat, ada 1.303 kapal asing dan 214 pesawat yang menerobos perbatasan secara ilegal pada 2010,sedangkan pada 2007 hanya 110 kasus. Ketegangan di Laut China Selatan meningkat pada bulan lalu karena China dituduh semakin agresif di kawasan tersebut.
China mengklaim wilayah terbesar meliputi 1,7 juta km persegi,termasuk kepulauan Spratly dan Paracel.Negara lain yang turut mengklaimnya adalah Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan,dan Vietnam. Pekan ini Beijing memperingatkan negara di luar kawasan agar tidak turut campur.
Sebelumnya Vietnam mengatakan, negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dapat membantu meredakan ketegangan. China menuduh Vietnam melanggar klaimnya di Spratly dan laut sekitar. China menyebut kepulauan itu Nansha. Beijing pekan lalu mengatakan hendak menggelar latihan angkatan laut pada Juni di Samudra Pasifik bagian barat.
Angkatan laut China juga berencana meluncurkan kapal induk pertamanya secepatnya tahun ini. Pasukan maritim meningkat pesat sejak Liu Cigui, 55, mengambil alih sebagai pemimpin SOA pada Maret silam, setelah menjalankan tugas sebagai wali kota Xiamen. Liu yang memimpin biro perikanan dan samudra Fujian pada 2000–2002, bukan orang asing untuk masalah-masalah maritim.
iu juga telah meningkatkan ekonomi laut China sebesar USD586,8 miliar pada 2010,sekitar 9,7% GDP. “Liu Cigui memutuskan menguatkan CMS dengan menambah kapal dan helikopter untuk armada Laut Selatan, Laut Timur,dan Laut Utara,untuk menjaga wilayah perairan dan ekonomi laut negara,” tutur seorang sumber yang dekat dengan SOA.
Sebagian besar personel CMS merupakan purnawirawan angkatan laut.CMS didirikan pada 1998 dan kewajibannya termasuk melindungi lingkungan laut.“China memiliki 32.000 km dan 350.000 km persegi wilayah perairan dan perairan dalam,” ungkap kantor berita Xinhua. Pasukan maritim China dianggap masih lemah untuk menjaga wilayah seluas itu.
Kemarin China menggelar latihan militer tiga hari di Laut China Selatan.Menurut Global Times, sebanyak 14 kapal angkatan laut China terlibat dalam latihan di perairan dekat pulau tropis Hainan, China. Dalam latihan itu militer China juga melakukan manuver anti-kapal selam dan pendaratan pasukan di pantai.
“Latihan di Laut China Selatan bertujuan mempertahankan pulau-pulau karang dan melindungi garis laut,” tulis Global Times. Pada Rabu (15/6) China mengirimkan Haixun-31, kapal patroli terbesar,ke Laut China Selatan.“Haixun-31 akan mengawasi kapal dan melindungi keamanan maritim dalam perjalanan ke Singapura,”ungkap media China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menyebut,perjalanan itu rutin dilakukan. Kapal berbobot 3.000 ton itu dioperasikan oleh Departemen Keamanan Maritim China.(Sumber : SINDO)