Saat ini pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur gas.
Direktur Jenderal Listrik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jarman, menyatakan bahwa masih besarnya ekspor gas Indonesia karena tidak adanya infrastruktur gas yang memadai. Saat ini pemerintah sedang menggenjot penggunaan gas domestik, namun kekurangan infrastruktur.
Jarman menjelaskan, saat ini infrastruktur gas baru terbangun di Pulau Sumatera dan beberapa wilayah di Pulau Jawa. "RI mewarisi infrastruktur gas yang kurang," katanya dalam diskusi publik "Rasionalisasi Tarif Listrik Menuju Subsidi Tepat Sasaran" di Jakarta, Senin, 26 November 2012.
Untuk itu pemerintah saat ini tengah menggenjot pembangunan infrastruktur gas, seperti membangun terminal penyimpanan regasifikasi terapung (FSRU) di sejumlah wilayah. Pemerintah juga mewajibkan setiap kontrak gas baru untuk memprioritaskan penggunaan dalam negeri.
Ia menjelaskan, dengan menggenjot penggunaan gas untuk domestik maka biaya energi primer akan terus turun. Seperti diketahui gas adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki harga murah dibandingkan dengan energi primer lainnya seperti bahan bakar minyak dan batu bara.
Sementara itu Direktur Utama PLN Nur Pamudji menjelaskan, PLN terus memperbaiki bauran energi primer dengan meningkatkan porsi gas dan batu bara dan menurunkan porsi BBM.
"Penggunaan BBM PLN mengalami penurunan besar, tahun lalu 23 persen dan mudah-mudahan menjadi 16 persen pada tutup tahun ini. Sedangkan batu bara tahun lalu 43 persen dan tahun ini bisa 50 persen," katanya.
Pengamat energi, Fabby Tumiwa mengatakan, tren harga energi primer tidak mengalami fluktuasi yang terlalu tinggi, selain BBM. Ia mencontohkan harga gas di Amerika Serikat turun drastis, di bawah US$5 per mmbtu, akibat suksesnya pengembangan shale gas. Murahnya gas di negeri Paman Sam ternyata tidak berbanding lurus dengan harga gas domestik.
"Harga gas di Amerika tidak mempengaruhi harga gas di dalam negeri, malah PLN membayar harga gas di atas itu," katanya.
Turunnya berbagai harga energi primer tersebut dipengaruhi oleh krisis Eropa dan Amerika Serikat yang menyebabkan konsumsi energi turun. PLN harus bisa memanfaatkan penurunan harga energi primer untuk saving menjadi investasi infrastruktur listrik.
Selain itu, ia menyarankan agar peranan BBM terus dikecilkan oleh PLN karena harga BBM paling mudah fluktuatif seiring membaiknya perekonomian dunia. "Komposisi energi harus diperhatikan agar biaya produksi sedikit kebal dengan fluktuasi harga," katanya. (ms)
Terminal penyimpanan regasifikasi terapung FSRU Jakarta |
Jarman menjelaskan, saat ini infrastruktur gas baru terbangun di Pulau Sumatera dan beberapa wilayah di Pulau Jawa. "RI mewarisi infrastruktur gas yang kurang," katanya dalam diskusi publik "Rasionalisasi Tarif Listrik Menuju Subsidi Tepat Sasaran" di Jakarta, Senin, 26 November 2012.
Untuk itu pemerintah saat ini tengah menggenjot pembangunan infrastruktur gas, seperti membangun terminal penyimpanan regasifikasi terapung (FSRU) di sejumlah wilayah. Pemerintah juga mewajibkan setiap kontrak gas baru untuk memprioritaskan penggunaan dalam negeri.
Ia menjelaskan, dengan menggenjot penggunaan gas untuk domestik maka biaya energi primer akan terus turun. Seperti diketahui gas adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki harga murah dibandingkan dengan energi primer lainnya seperti bahan bakar minyak dan batu bara.
Sementara itu Direktur Utama PLN Nur Pamudji menjelaskan, PLN terus memperbaiki bauran energi primer dengan meningkatkan porsi gas dan batu bara dan menurunkan porsi BBM.
"Penggunaan BBM PLN mengalami penurunan besar, tahun lalu 23 persen dan mudah-mudahan menjadi 16 persen pada tutup tahun ini. Sedangkan batu bara tahun lalu 43 persen dan tahun ini bisa 50 persen," katanya.
Pengamat energi, Fabby Tumiwa mengatakan, tren harga energi primer tidak mengalami fluktuasi yang terlalu tinggi, selain BBM. Ia mencontohkan harga gas di Amerika Serikat turun drastis, di bawah US$5 per mmbtu, akibat suksesnya pengembangan shale gas. Murahnya gas di negeri Paman Sam ternyata tidak berbanding lurus dengan harga gas domestik.
"Harga gas di Amerika tidak mempengaruhi harga gas di dalam negeri, malah PLN membayar harga gas di atas itu," katanya.
Turunnya berbagai harga energi primer tersebut dipengaruhi oleh krisis Eropa dan Amerika Serikat yang menyebabkan konsumsi energi turun. PLN harus bisa memanfaatkan penurunan harga energi primer untuk saving menjadi investasi infrastruktur listrik.
Selain itu, ia menyarankan agar peranan BBM terus dikecilkan oleh PLN karena harga BBM paling mudah fluktuatif seiring membaiknya perekonomian dunia. "Komposisi energi harus diperhatikan agar biaya produksi sedikit kebal dengan fluktuasi harga," katanya. (ms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar