Fisiografi Indonesia dipengaruhi oleh bentukan-bentukan lempeng penyusun kulit Bumi di bawahnya. Terlihat bahwa perairan timur Indonesia memiliki ceruk lebih dalam, menandakan kedalamannya melebihi di kebanyakan kawasan barat Indonesia. (msg.esdm.go.id)
Jakarta - Penelitian terkait air mineral laut-dalam di Indonesia masih tergolong sangat minim, padahal potensi industrinya sangat besar dan bisnis ini berkategori ramah lingkungan.
"(Dari laut) Kita sudah eksploitasi minyak, perikanan juga sudah bergerak, tapi yang ada di bawah dasar laut seperti air mineral laut-dalam belum. Risetnya mungkin baru sekitar 0,2 persen," kata Prof Rizald M Rompas, Kepala Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, di Jakarta, Jumat.
Air mineral laut-dalam diambil pada kedalaman laut 350 meter atau lebih. Karakter air mineral ini unik dan tergolong stabil dan matang karena air ini terbentuk selama ribuan tahun.
Kualitas air mineral laut-dalam Indonesia diperkirakan sangat kaya berkat posisinya di pertemuan dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Samudera Pasifik dan Hindia). Wilayah lautan Indonesia dikenal dengan sebutan Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Air mineral laut-dalam relatif bebas dari virus dan bakteri, sebab virus dan bakteri tidak bisa hidup di kedalaman laut yang tak bisa ditembus cahaya matahari.
Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2005 di perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, air mineral laut-dalam mengandung berbagai unsur mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, dan natirum--yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia.
Air mineral laut-dalam di negara maju--seperti Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat--telah dieksplorasi dan dijual dengan harga tinggi.
Menurut Prof Rompas, minimnya riset air mineral laut-dalam erat kaitannya dengan pola pikir kebanyakan orang Indonesia yang mengutamakan peluang yang gampang dan terlihat saja.
"Cari yang gampang-gampang saja yang kelihatan di darat," ujarnya, padahal peluang di laut Indonesia demikian melimpah.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa riset air mineral laut-dalam adalah kewenangan Kementerian ESDM.
"Saat saya masih menjadi Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia (Dekin), Kementerian ESDM pernah diminta untuk lebih memperhatikan mineral laut, tapi para pengambil kebijakan di sana masih orientasi eksplorasi minyak," ujarnya.(ANTARA)
© Antara
"(Dari laut) Kita sudah eksploitasi minyak, perikanan juga sudah bergerak, tapi yang ada di bawah dasar laut seperti air mineral laut-dalam belum. Risetnya mungkin baru sekitar 0,2 persen," kata Prof Rizald M Rompas, Kepala Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, di Jakarta, Jumat.
Air mineral laut-dalam diambil pada kedalaman laut 350 meter atau lebih. Karakter air mineral ini unik dan tergolong stabil dan matang karena air ini terbentuk selama ribuan tahun.
Kualitas air mineral laut-dalam Indonesia diperkirakan sangat kaya berkat posisinya di pertemuan dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Samudera Pasifik dan Hindia). Wilayah lautan Indonesia dikenal dengan sebutan Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Air mineral laut-dalam relatif bebas dari virus dan bakteri, sebab virus dan bakteri tidak bisa hidup di kedalaman laut yang tak bisa ditembus cahaya matahari.
Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2005 di perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, air mineral laut-dalam mengandung berbagai unsur mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, dan natirum--yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia.
Air mineral laut-dalam di negara maju--seperti Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat--telah dieksplorasi dan dijual dengan harga tinggi.
Menurut Prof Rompas, minimnya riset air mineral laut-dalam erat kaitannya dengan pola pikir kebanyakan orang Indonesia yang mengutamakan peluang yang gampang dan terlihat saja.
"Cari yang gampang-gampang saja yang kelihatan di darat," ujarnya, padahal peluang di laut Indonesia demikian melimpah.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa riset air mineral laut-dalam adalah kewenangan Kementerian ESDM.
"Saat saya masih menjadi Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia (Dekin), Kementerian ESDM pernah diminta untuk lebih memperhatikan mineral laut, tapi para pengambil kebijakan di sana masih orientasi eksplorasi minyak," ujarnya.(ANTARA)
© Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar