Penempatan 2.500 Marinir Amerika Serikat di Darwin memberikan konsekuensi pula terhadap Amerika Serikat sendiri. Satu di antaranya adalah Washington membutuhkan dukungan Jakarta dalam rangka mencapai tujuan politiknya di kawasan Asia Pasifik. Banyak pihak melihat penempatan itu sebagai bagian dari manuver untuk menghadapi kebangkitan Cina, suatu pendapat yang menurut hemat penulis sampai pada tingkatan tertentu benar, namun juga pada tingkatan tertentu lainnya kurang tepat. Lepas dari persoalan tersebut, kini Cina semakin kuat dipersepsikan sebagai tantangan terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat.
Berangkat dari konteks demikian, mau tak mau Washington membutuhkan dukungan Jakarta. Washington harus merangkul Jakarta, sebab bila tidak kerugian justru akan dialami oleh Washington sendiri. Indonesia yang diabaikan oleh Amerika Serikat dan lebih dekat dengan Cina merupakan suatu mimpi buruk bagi Amerika Serikat.
Selama kondisi lingkungan strategis kawasan adalah persaingan geopolitik antara Washington versus Beijing, dapat dipastikan Amerika Serikat tidak akan pernah mengutak-atik Jakarta. Situasi ini serupa dengan di era Perang Dingin, di mana Washington tak pernah cerewet kepada Jakarta soal Timor Timur. Kecerewetan Amerika Serikat muncul ketika Perang Dingin berakhir dan pemimpin Indonesia di Jakarta masih memakai cara lama dalam menangani wilayah propinsi ke-27 Indonesia tersebut.
Pesan dari kondisi ini adalah Indonesia harus segera menyelesaikan masalah Papua lewat cara damai guna tetap menjamin wilayah itu merasa nyaman di dalam wilayah republik ini. Dengan demikian, ketika suatu saat nanti persaingan geopolitik Amerika Serikat melawan Cina berakkhir, Papua tak akan menjadi Timor Timur kedua bagi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar