Rabu, 10 Oktober 2012

MP-7 dan MP-9 Yang Luput Dari Perhatian


Selain alutsista berukuran besar seperti Astros, CAESAR, atau Komodo-Mistral yang menjadi bintang atraksi pameran alutsista di Monas, 6-8 Oktober 2012, ada sejumlah alutsista baru yang nyaris luput dari perhatian.
Saat ARC berjalan mengelilingi berbagai stand, pandangan kami tertuju ke rak yang memajang berbagai arsenal milik Kopassus. Di rak kanan bawah, terpajang dua PDW, yang satu MP7, yang lainnya…tak salah lagi adalah Brugger & Thomet MP9. Biarpun sama-sama menyandang nomenklatur MP, MP9 dan MP7 sama sekali tak punya hubungan. MP7 adalah produk kebanggaan Jerman, sementara MP9 lahir di Austria, lalu kemudian beralih hak manufakturnya ke Swiss. Jika dibanding MP7 yang populer, MP9 memang hanya digunakan oleh segelintir pasukan khusus. Selain Kopassus, tercatat hanya EKO Cobra Austria dan Portugal yang menggunakannya. Seperti apa MP9 yang sebenarnya?
Berawal sebagai SMG, berakhir menjadi PDW. Satu catatan khusus patut dilayangkan kepada SMG yang dulunya dikenal sebagai Steyr TMP. Model peralihan, inilah julukan yang patut diberikan pada senjata yang satu ini. Melihat pada sosok Steyr TMP, anda akan sedikit kebingungan. Sosoknya begitu ringkas, tidak lebih lebar dibanding sehelai kertas A4. Dipegang sebagai pistol tidak terlalu besar, didapuk sebagai SMG juga tidak salah. Dengan ukurannya yang kompak, MP9 masih bisa disembunyikan di balik jaket. Begitu seluruh fasilitas produksi dan paten dipindahkan ke pabrikan Swiss Brugger & Thomet, kehadirannya malah diramu ulang agar menjadi PDW. Pemenuhan syarat pelontaran SCHV (Small Caliber, High Velocity) dilakukan melalui kemampuan MP9 dalam melontarkan peluru 9mm Para bertekanan tinggi +P+, dan prototipe yang mampu melontarkan munisi PDW 4,6mm HK sedang dalam pengembangan. Penggunaan munisi 9mm sebenarnya memang kurang optimal apabila diperuntukkan sebagai PDW, mengingat dengan tekanan + pun kemampuannya menembus rompi anti peluru kurang optimal. Tetapi dari segi logistik, munisi 9mm yang terhitung standar NATO mudah didapat dan Pindad bisa memproduksinya.
Konstruksi dasar TMP/MP9 terhitung sangat revolusioner, mempercayakan polimer untuk seluruh konstruksi pembuatannya. Gagang depan dicetak menyatu dengan receiver bawah. Fitur-fitur bawaan menyerupai pistol, seperti bolt release yang ditempatkan seperti posisi slide release, mudah dimanipulasi dengan jempol tanpa perlu melepas genggaman. Untuk memaksimalhkan potensinya sebagai SMG, MP9 memiliki popor lipat bawaan yang melipat ke kanan saat tak digunakan. Ini jauh lebih baik dari Steyr TMP yang harus menambah popor plastik tambahan. Selain itu, B&T sudah menyediakan beberapa fitur kosmetik seperti rel RIS di receiver atas dan kiri-kanan MP9, sesuatu yang tidak ada pada TMP.
Mekanisme operasinya tetap menganut prinsip blowback, namun MP9 selangkah lebih maju dalam menerapkanrotating barrel. Dengan membuat mekanisme macam ini, laras jadi tidak perlu bergerak jauh-jauh untuk mengompensasi efek tolak balik, sehingga dimensi senjata bisa dibuat sekompak mungkin. Apabila ditambah dengan peredam suara B&T yang berukuran besar, MP9 sangat cocok digunakan untuk operasi khusus yang membutuhkan kesenyapan.
Berikut adalah sekuensial penembakan MP9:

FASE I: Siap Tembak
· Pengokang sudah ditarik, hammerterkokang
· Peluru masuk dalam kamar



FASE II: Dipantik
· Pelatuk ditarik dan melepaskan hammer
· Hammer memukul firing pin (pena pemukul)
· Firing pin memantik primer (penggalak), pada gilirannya membakar mesiu dalam kelongsong
· Gas dari mesiu yang terbakar mendorong peluru, melesat dalam laras
FASE III: Melesat Keluar Laras
· Daya dorong dari peluru yang terus melesat mendorong unit penembakan yang terkunci (laras dan bolt) ke belakang, melawan gaya dari pegasrecoil.
· Setelah proyektil keluar dari laras, bolt dan laras terus bergerak ke belakang.
· Laras berhenti bergerak ke belakang, dan berputar pada sumbunya, dikendalikan pin pengunci di barrel guideyang bergerak di dalam kem pengendali laras
· Bolt mulai mendorong hammer ke posisi semula
FASE IV: Pembuangan Kelongsong
· Laras menyelesaikan rotasinya dan terlepas dari receiver
· Laras tetap pada posisinya, bolt terus melanjutkan gerakan ke belakang
· Ekstraktor menarik kelongsong sisa keluar dari kamar peluru, dan melemparnya keluar melalui ejection port
· Bolt bergerak ke titik terjauh, sambil mengokang hammer secara penuh sampai ke posisinya.
FASE V: Isi Ulang
· Bolt menekan pegas recoil sampai ke titik jenuhnya, dan pegas melawan, meregang, dan sekaligus mengembalikanbolt ke depan.
· Bolt yang bergerak ke depan memasukkan peluru dari magasen ke dalam kamar.
· Bolt mengunci dirinya dengan laras kembali, bersama-sama kembali ke posisi depan
· Disconnector melepaskan pelatuk kembali ke posisi semula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar