Selasa, 31 Juli 2012

Sukhoi Beraksi di Langit Darwin

31 Juli 2012, Darwin: Pesawat tempur Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU mulai berlatih bersama dalam Pitch Black 2012 di Darwin. TNI AU mengirimkan empat pesawat tempur Sukhoi ke Picth Black 2012. Wakasau Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi disertai sejumlah petinggi TNI AU menghadiri pembukaan Pitch Black, rombongan menggunakan C-130 Hercules.



Sumber: RAAF

KRI Lambung Mangkurat Bersandar di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin


Seorang awak kapal memperhatikan haluan KRI Lambung Mangkurat yang sandar di pelabuhan Trisakti Banjarmasin untuk melakukan penambahan logistik, bahan bakar dan perawatan selama tiga hari setelah melakukan Operasi Tameng Hiu di perairan perbatasan Kalimantan Timur - Malaysia, Selasa (31/7). KRI Lambung Mangkurat menggelar open ship bagi masyarakat untuk berkunjung ke kapal dan melihat persenjataan canggih yang di miliki kapal tersebut. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/Koz/nz/12)

1 Agustus 2012, Banjarmasin: KRI Lambung Mangkurat (874) bersandar di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, pukul 20.00 WITA, Senin (30/7).

KRI Lambung Mangkurat kapal perang jenis korvet Parchim tergabung dalam Armada Timur TNI AL, sedang melakukan Operasi Tameng Hiu yaitu patrol perbatasan wilayath RI dan Malaysia di kawasan Kalimantan Timur.

Kapal dibawah komandan Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan, bersandar di Pelabuhan Trisakti setelah melakukan operasi selama 2 bulan dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya untuk menambah logistik, bahan bakar dan perawatan, selanjutnya melakukan perlayaran ke peraiaran Kalimantan Timur.
 
Seorang awak kapal menarik tali sandar KRI Lambung Mangkurat di pelabuhan Trisakti Banjarmasin. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/Koz/nz/12)

KRI Lambung Mangkurat bersandar di Pelabuhan Trisakti hingga Jumat (3/8). Masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya diberi kesempatan mengunjungi kapal perang selama bersandar di pelabuhan.

KRI Lambung Mangkurat diawaki 60 personel telah berkunjung ke Banjarmasin pada 1994, saat peluncuran pertama kapal perang tersebut dalam jajaran armada TNI AL.

Sumber: ANTARA News Kalsel

Senin, 30 Juli 2012

Teknologi Siluman untuk Kapal Perang Buatan Dosen ITS


INS Sahyadri (F49) frigate Angkatan Laut India diklaim berkemampuan siluman, resmi dioperasikan 21 Juli 2012. (Foto: Ajai Shukla)

30 Juli 2012, Surabaya: Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.

Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu.

Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara.

Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas.

Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar.

Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur. Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam.

Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar.

Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.

Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.

Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut.

Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya. Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.

Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.

Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini.

Rektor ITS Inginkan Peran Lebih dalam Pertahanan

Sebagai institusi pendidikan ternama di Jawa Timur (Jatim), ITS merasa belum diberi cukup kesempatan untuk berkarya. Yang terjadi justru sebaliknya, peran-peran strategis malah diberikan kepada pihak asing. Hal itulah yang dikemukakan oleh Rektor ITS, Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA kepada Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) dalam Studi Strategis Dalam Negeri Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVII, Rabu (25/7).

Dalam kesempatan ini, Tri Yogi banyak berbicara mengenai ketidakpercayaan berbagai pihak dalam memberikan kesempatan berkarya kepada ITS. Ia menyebutkan, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia masih tergantung kepada produk-produk luar negeri. Padahal, produk-produk dalam negeri buatan sivitas ITS bisa sama bagusnya dengan produk luar negeri.

Tri Yogi menilai, ITS telah memberikan bekal yang cukup kepada mahasiswa dan dosennya untuk berkontribusi kepada negara melalui bidang keilmuannya. Namun, peran ini tidak bisa dilakukan secara maksimal karena tidak mendapat cukup tempat untuk mengaplikasikannya. Dosen Jurusan Teknik Mesin ini mengibaratkan, ITS telah bekerja keras untuk memberikan kail kepada mahasiswanya. "Percuma saja kami memberikan kail apabila semua kolam kesempatan ditutup," ujarnya beranalogi.

Pria asal Tulungagung ini mencontohkan, sebuah BUMN yang bergerak di bidang pembangunan kapal lebih mempercayakan kapalnya dibangun di negara lain ketimbang dibangun oleh mahasiswa ITS. Padahal menurutnya, kemampuan mahasiswa ITS dalam membangun kapal tidak perlu diragukan lagi. "Oleh karenanya, kerjasama kita belum bisa sepenuhnya dikatakan maksimal ," ungkapnya lagi.

Selama ini, ITS memang telah menjadi mitra kerjasama berbagai pihak mulai dari BUMN, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, industri, hingga Pemerintah Daerah (Pemda) Jatim. Namun dari banyak kerjasama tersebut, peran ITS hanya sebatas peran supporting (pendukung, red) yakni dengan memberikan rekomendasi saja. Padahal, ia meyakini, ITS mampu memberikan sumbangsih lebih besar lagi. "Kami sebenarnya berharap agar diikutkan dalam pembuatan kebijakan," tutur Tri Yogi.

Laksda TNI Sukatno SE, ketua rombongan Lemhannas menyatakan, data-data dan permasalahan yang dikeluhkan ITS akan segera diteruskan kepada Gubernur Lemhannas dan Pemda Jatim. Data-data ini kemudian akan menjadi rekomendasi bagi terlaksananya program pertahanan nasional di tingkat daerah. "Semoga dengan data-data ini kita bisa memantapkan ketahanan nasional di Jawa Timur," harapnya singkat. 
  
Sumber: ITS/TEMPO

PT Lundin Rancang Tiga Varian Kapal Patroli Trimaran 63m

31 Juli 2012, Jakarta: PT. Lundin Industry Invest dalam laman resminya memperkenalkan produk terbarunya kapal patroli Trimaran 63m.

PT. Lundin merancang jenis kapal ini dalam tiga varian yaitu Offshore Patrol Vessels, Offshore Patrol and Search And Rescue Vessels, dan Fast Missile Patrol Vessel.

63m Fast Missile Catamaran

Varian Fast Missile dirancang berkarakteristik siluman, dipersenjatai meriam dan rudal, dilengkapi kapal cepat Rigid Hull inflatable boat (RHIB) 11m dan dapat membawa satu unit helikopter. Kapal hanya diawaki 23 personil dan 7 personil pasukan khusus.

Kemhan telah memesan 4 unit kapal jenis ini, diharapkan seluruh kapal selesai dibangun pada 2014. Satu unit trimaran dibanderol Rp 114 Milyar diambil dari APBN 2011.

TNI AL akan mempersenjatai kapal trimaran dengan rudal berjarak jelajah 120 kilo meter.


63m OPV Catamaran

63m SAR Catamaran

KASAU: Kekuatan Dirgantara Menjadi Tulang Punggung Pembangunan Nasional


Sukhoi Su-27 Flanker TNI AU. (Foto: Australia DoD)

30 Juli 2012,Yogyakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.

"AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta, Minggu (29/7).

Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF).

Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global. Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di bidang pertahanan militer.

"Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU.

Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih ada pada pesawat F-22 Raptor milik Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara sekutu Amerika Serikat.

"Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu pesawat generasi 4,5," beber Imam.

Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, menggantikan pesawat OV-10F Bronco.


Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan modernisasi," sebutnya.

Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.

Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pada realisasi kebijakan MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita wujudkan," terang Imam.

Sepuluh Hercules akan Perkuat TNI AU

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan, pemerintah saat ini sedang dalam proses pengadaan 10 pesawat angkut Hercules bekas dari Australia. Dari jumlah itu, empat hibah dan enam lainnya beli.

”Ada pesawat yang masih bisa terbang, ada yang bisa terbang, tapi setelah sebulan harus diperbaiki. Kita pilih semua di-retrofit di sana, jadi ketika ke sini kondisinya sudah siap semua,”ujarnya.

Dia menuturkan, pengadaan Hercules itu lebih hemat dan efisien dari pada proses perbaikan dilakukan di Indonesia. Meskipun bekas, dia menyebutkan, pesawat-pesawat itu setelah diperbaiki masih sanggup untuk terbang sekitar 15-20 tahun lagi. 

Sumber: Suara Karya/SINDO

Kopassus Luluskan 165 Personel dan 4 Tentara Kamboja


Para prajurit Komando Pasukan Khusus yang lulus meluapkan kegembiraannya pada penutupan Pendidikan Kursus Komando angkatan 92 Gelombang -1 TA 2012 di pantai Permisan Cilacap,jawa Tengah, Minggu (29/7). Pada Pendidikan angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan kamboja (RCAF) Berhasil sebagai peserta pendidikan yang dinyatakan terbaik antara lain Perwira terbaik letnan dua Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda bambang SB, Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. (Foto: ANTARA/ho/ss/pd/12)

30 Juli 2012, Cilacap: Sebanyak 164 peserta pendidikan kursus komando angkatan 92 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) gelombang I TA 2012 berhasil lulus setelah menempuh pendidikan tujuh bulan.

Dalam daftar lulusan itu, terdapat empat prajurit dari angkatan bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF). Menurut pejabat bagian penerangan Kopassus Mayor Inf Achmad Munir dalam siaran pers mengatakan, dalam pelatihan tersebut keluar sebagai peserta didik terbaik adalah Letda Inf Denny Sopyan, bintara terbaik Serda Bambang SB, serta tamtama terbaik Prada Anas Rifai.

Pendidikan yang telah berlangsung selama tujuh bulan tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yakni tahap basis, tahap gunung hutan, dan rawa laut.

Penutupan resmi Pendidikan Kursus Komando Angkatan- 92 Gelobang I TA 2012 itu dilakukan oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo di Pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, kemarin. Penutupan ditandai dengan Serangan Regu Komando (Seruko) pada waktu fajar di Pantai Permisan yang merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari keseluruhan tahapan Pendidikan Kursus Komando.

Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo mengatakan, keberhasilan yang diraih menjadi seorang prajurit komando merupakan sebuah kebanggaan yang patut disyukuri karena tidak semua prajurit peserta didik berhasil menjadi prajurit komando. Karena itu, kebanggaan dan rasa syukur tersebut hendaknya selalu diikuti dengan kesungguhan dan dedikasi untuk membawa organisasi Kopassus menuju keadaan yang lebih baik, lebih maju, dan lebih berkualitas di masa yang akan datang.

“Seluruh prajurit Kopassus di mana pun berada dan bertugas harus senantiasa berupaya untuk memberi arti dan peduli terhadap lingkungannya serta memberi solusi terhadap berbagai permasalahan,” tandasnya.

Sumber: SINDO

Minggu, 29 Juli 2012

Super Tucano akan Diterbangkan Ferry ke Indonesia


Pesawat Super Tucano Indonesia dengan kode TT-3401 (photo : Embraer)


Pesawat Tucano Akan Diterbangkan


Pesawat tempur Super Tucano buatan Brazil dijadwalkan tiba di Indonesia akhir Agustus 2012. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI AU) Azman Yunus, pekan lalu, mengatakan, pesawat diterbangkan langsung dari Brazilia ke Jawa.


"Akan dilakukan ferry (pengiriman dengan diterbangkan langsung) dari Brazil via Afrika ke Indonesia. Pangkalan Super Tucano nanti di Malang untuk menggantikan pesawat tempur OV-10 Bronco," ujarnya.


Super Tucano buatan Embraer itu, kata Azman, akan ikut dalam parade militer pada 5 Oktober 2012. Persiapan akhir pesawat ditinjau Sekretaris Jenderal Kementrian Pertahanan Marsekal Madya Errys Heryanto. (ONG)


(Kompas)

Jumat, 27 Juli 2012

Gawat! Indonesia Belum Miliki Cadangan Strategis Minyak


Tempat penyimpanan Bahan Bakar Minyak (ist)
Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia butuh cadangan strategis minyak untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Tapi sayangnya hingga kini, RI belum memiliki cadangan strategis minyak bumi.

Berbeda halnya dengan Amerika Serikat (AS), dimana sangat menjaga cadangan minyak strategisnya. Negara adidaya ini memiliki cadangan minyak strategis hingga satu tahun. Begitu pula dengna Korea Selatan yang bisa menjaga cadangan minyak strategisnya hingga enam bulan. Sedangkan bagi Indonesia, sungguh sangat ironis, karena bila berperang, stok minyak negara ini, hanya cukup untuk satu hari saja.

Karena alasan inilah, pada revisi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, DPR RI berinisiatif memasukkan penyediaan cadangan strategis minyak bumi dalam draft UU itu.

Alasannya, karena penyediaan cadangan strategis minyak bumi itu sangat diperlukan guna mendukung penyediaan bahan bakar minyak dalam negeri. Dalam draft usulan itu disebutkan bahwa pemerintah, badan pengusahaan, dan badan usaha milik negara, bertanggung jawab atas ketersediaan dan memberi prioritas terhadap pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik.

Lalu pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berperan untuk menyediakan cadangan strategis minyak bumi guna mendukung penyediaan BBM di dalam negeri. Akan tetapi, beberapa pihak menyatakan, diperlukan kajian teknis lanjut, khususnya terkait bagaimana merealisasikannya dan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaannya, serta bagaimana penganggarannya. INTELIJEN

Tim VBSS Koarmatim Siap Mengamankan Wilayah Perbatasan Laut



27 Juli 2012, Surabaya: Tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Koarmatim siap mengamankan wilayah perbatasan laut, saat gelar latihan disekitar Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jum’at (27/07). Sebanyak empat tim pasukan VBSS bersenjata dilengkapi dengan sarana kendaraan air cepat Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dikerahkan dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas (Satgas) Operasi Perbatasan Laut Tahun 2012.

Tim VBSS tersebut dibekali dan diuji kemampuannya dalam menanggani berbagai permasalahan tindak pelanggaran di wilayah perbatasan laut seperti pembajakan, perompakan, penyelundupan manusia, pembalakan liar, ilegal fishing, pelanggaran batas wilayah maritim dan aksi terorisme di laut. Masing-masing tim beranggotakan 6 personel dan seorang perwira yang menjabat sebagai Komandan Tim.

Untuk mengasah kemampuan naluri tempur agar tetap terjaga dan meningkat, personel yang terlibat dalam VBSS ini melaksanakan latihan pemeriksaan kapal (bording) dengan didampingi pelatih dari Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim. Empat tim boarding yang disiapkan oleh Koarmatim terdiri dari satu tim VBSS KRI Untung Suropati-372, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Frans Kaisiepo-368 dan KRI Arun-903.

Pasukan penjaga perbatasan laut ini juga dibekali dengan pengetahuan tentang hukum laut internasional, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menjalankan tugasnya. Selain itu pelatih juga menerapkan prosedur operasional yang sangat ketat dalam menangani berbagai masalah atau gangguan yang menimpa prajurit seperti prosedur keselamatan diri (safety), pengaman personel dan material serta prosedur penanganan terhadap tawanan maupun musuh.

Latihan Pratugas Satgas Pengamanan Laut tahun 2012 ini, dilaksanakan untuk menyikapi masalah yurisdiksi wilayah maritim yang masih sangat problematik, sebagai akibat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penentuan batas wilayah maritim. Masalah tersebut akhirnya menjadi salah satu potensi konflik karena adanya perbedaan persepsi dasar hukum yang digunakan sebagai dasar penentuan titik – titik batas wilayah negara.

TNI AL sebagai komponen utama pertahanan negara di laut merupakan penindak dan pencegah awal terhadap segala bentuk ancaman lewat laut terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah perairan yurisdiksi nasional. Kesiapsiagaan satuan-satuan operasional TNI AL merupakan suatu tuntutan dan kewajiban dalam menjawab berbagai permasalahan yang timbul di bidang maritim, baik yang bersifat ancaman militer negara lain maupun terhadap ganggunan penegakan hukum di laut yurisdiksi nasional.

Sumber: Dispenarmatim

Empat Super Tucano Tiba Akhir Agustus



27 Juli 2012, Sao Paulo: Bertempat di fasilitas produksi Embraer di Gaveao Peixoto Sao Paulo Brazil, baru-baru ini telah dilaksanakan pemeriksaan pesawat Super Tucano TNI-AU nomor seri produksi 179 dan 180 oleh tim dari Kementerian Pertahanan RI/TNI-AU.

Tim pemeriksa yang dipimpin oleh Letkol Lek Alit Erbawa dengan anggota Letkol Tek Sianturi, Mayor Pnb James Yanes Singal dan Mayor Tek Yani Prasetyo melakukan pemeriksaan pesawat meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang.

Adapun uji terbang dilaksanakan baru-baru ini oleh test pilot Embraer, William, yang duduk di kursi depan disertai oleh Komandan Skadron Udara 21, Mayor Pnb James Yanes Singal yang duduk di kursi belakang.

Dalam uji terbang yang setiap sortinya memakan waktu sekitar dua jam, test pilot Embraer melakukan pemeriksaan terhadap berbagai sistem pesawat yang diamati oleh Mayor Pnb James.

Pemeriksaan di darat dimulai dari melihat kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan dan pemeriksaan kendali pesawat selama taxy. Dalam uji terbang yang dilaksanakan hingga ketinggian 25.000 kaki, diperiksa beberapa sistem pesawat meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, penembakan (simulasi) dan landing gear.

Selain itu diperiksa pula handling pesawat selama dilakukan berbagai maneuver.

Setelah bekerja selama tiga hari, tim pemeriksa menyatakan bahwa pesawat nomor seri produksi 179 dan 180 dalam kondisi baik. Dengan demikian, saat ini empat pesawat Super Tucano TNI-AU telah siap untuk diterbangkan ke Indonesia yang direncanakan akan dilakukan pada pertengahan bulan Agustus.

Super Tucano TT-3101, 3102, 3103 dan 3104 dengan cocor merah desain dari Almarhum Marsda TNI (Purn) F. Djoko Poerwoko akan segera memperkuat Skadron Udara 21 pada akhir bulan Agustus 2012.

Indonesia Pesan 8 Unit Tambahan

TNI AU dan Embraer menandatangani kontrak pembelian 8 pesawat tempur ringan A-29 Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris (10/7).

Kontrak ini termasuk satu unit simulator untuk pelatihan para pilot TNI AU.

Pesawat diharapkan akan diterima TNI AU pada 2014. TNI AU telah memesan 8 unit A-29 Super Tucano pada November 2010 dan empat unit batch pertama akan tiba di Indonesia pada Agustus 2012.

Sumber: TNI AU/Embraer

Kemhan: Proses Pembelian Tank Leopard Selesai


Tank tempur utama Leopard 2 (photo : Militaryphotos)

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan mengklaim bahwa proses pembelian Main Batle Tank (MBT) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit telah diselesaikan, bahkan pada Oktober 2012 nanti 15 unit tank sudah tiba di Indonesia.

"Pada Oktober 2012, bertepatan HUT TNI, Anda sudah akan melihat 15 unit Tank Leopard," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin menanggapi kekhawatiran DPR akan terganggunya pembelian tank Leopard akibat penolakan sebagian anggota parlemen Jerman, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, kedatangan tank berbobot 60 ton itu akan terus berdatangan dengan total 100 unit hingga 2014 mendatang. Penolakan sebagian anggota parlemen, terutama dari partai oposisi, tidak menggangu proses pembelian tank tersebut.

"Penolakan itu memang ada, namun hanya dalam diskusi kecil. Tapi, tidak membuat pembelian tank menjadi batal," jelas Hartind.

Sebanyak 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa. Namun, tak menutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan.

"Kita sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, laman "Spiegel Online" konsisten memberitakan bahwa anggota parlemen senior dari Partai Hijau Katja Keul menyatakan, Jerman tidak bisa menjual tank Leopard pada Indonesiamengingat masih banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin juga pernah mengatakan penolakan parlemen Jerman itu harus disikapi hati-hati oleh pemerintah Indonesiamaupun Jerman.

"Saat ini DPR dalam posisi menunggu sikap pemerintah kedua negara," katanya.

Apa Kabar Industri Pesawat Terbang Indonesia?


CN-235 milik TUDM. (Foto: PT DI)

27 Juli 2012, Jakarta: Dalam kesempatan kunjungan resmi ke Korea Selatan sebagai kepala staf Angkatan Udara Republik Indonesia,salah satu acara formal adalah mengunjungi lokasi strategis Angkatan Udara Korea di luar Kota Seoul.

Perjalanan ke tempat tersebut dilakukan menggunakan pesawat helikopter yang berpangkalan di salah satu pangkalan udara yang berdampingan dengan Air Force Base, unit dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Selesai acara resmi, rombongan kami saat itu tertunda lebih kurang satu jam dalam jadwal perjalanan kembali ke Seoul karena cuaca yang berubah buruk. Seorang kolonel menghadap saya menjelaskan bahwa perjalanan kembali ke Seoul tidak dapat dilaksanakan menggunakan helikopter atau pesawat rotary wing yang tadi.

Disebutkan alasannya adalah pesawat tersebut tidak bisa terbang tinggi berhubung dengan perkembangan keadaan cuaca yang memburuk. Markas Besar di Seoul memerintahkan untuk mengirim sebuah pesawat fixed wing VIP menjemput saya dan rombongan. Setelah pesawat siap, kami pun segera bergegas menuju tempat parkir pesawat. Agak sedikit kaget karena ternyata pesawat fixed wing VIP yang disiapkan tersebut ternyata dari jenis CN-235.

Selesai melaksanakan penghormatan berjajar sesuai dengan prosedur pemberangkatan VIP, sang Captain Pilot dengan tersenyum lebar mendekat ke saya dengan mengatakan penuh bangga bahwa saya akan diantar kembali ke Seoul dengan pesawat fixed wing terbaik yang tersedia di Korea Selatan dan itu adalah pesawat terbang “asli” buatan negara anda! Terharu dalam hati, saya tersenyum sejenak dan mulai meneliti interior CN-235 yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya.

Tidak bisa saya sembunyikan kekaguman terhadap desain interior CN-235 VIP Angkatan Udara Korea Selatan ini. Konon, belakangan setelah itu, saya memperoleh informasi bahwa desain dan perlengkapan VIP interior CN-235 tersebut adalah produk dari pesanan khusus Pemerintah Korea Selatan kepada pihak PTDI.

Terus terang, sangat mewah untuk ukuran Indonesia dan yang istimewa adalah sangat bersih, termasuk lantainya.Yang sangat mengharukan saya adalah melihat bagaimana para awak pesawat bertugas di pesawat itu dengan penuh kebanggaan. Bertugas menerbangkan VIP dengan pesawat khusus buatan Bandung!

Di pertengahan masa jabatan saya lainnya, Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berkunjung tidak resmi ke Surabaya dengan transit semalam di Jakarta. Saya datang menemuinya di salah satu hotel di Jakarta Pusat.Ada rasa ingin tahu,apa gerangan yang menjadi acara penting Panglima ke Surabaya. Ternyata,Panglima TUDM beserta satu set kru lainnya hendak berlatih simulator CN-235 di Surabaya.

Saya bertanya kepada Panglima, Jenderal Dato’ Suleiman, jam berapa tiba dan menggunakan apa? Surprise sekali saya memperoleh jawaban ternyata Panglima mengemudikan sendiri pesawat CN-235 TUDM VIP dengan menyertakan dua co-pilot yang akan berlatih simulator di Surabaya. Jenderal Dato’ Suleiman menceritakan kepada saya betapa dia sangat menikmati terbang dengan CN-235. Saya tidak punya rating/ kemampuan menerbangkan CN-235 karena sebagian besar perjalanan terbang saya adalah menerbangkan C-130 Hercules.

Secara kebetulan, Jenderal Dato’ Suleiman juga mempunyai rating pesawat Hercules. Dengan demikian saya dapat mendiskusikannya agak lebih teknis apa yang dimaksudkannya “nikmat” menerbangkan CN-235 dengan membandingkannya dengan Hercules. Diskusi berakhir dengan pernyataan Panglima TUDM yang sangat saya percaya jauh dari basa-basi bahwa secara teknis, menerbangkan CN-235 tidaklah kalah menyenangkan dari menerbangkan Hercules.

Dia menutup dengan hal yang sangat mengharukan hati saya bahwa seluruh warga TUDM sangat berbangga hati memiliki dan mengoperasikan pesawat CN-235 produksi dari bangsa serumpun! Dari dua uraian ilustrasi tadi, kiranya telah lebih dari cukup untuk mewakili refleksi dari beberapa negara lainnya di kawasan Asia Pasifik yang juga menggunakan pesawat buatan anak bangsa CN-235.

Pesawat tersebut telah membuktikan dirinya, betapa kelas dari hasil jerih payah putra sang Ibu Pertiwi sudah memperoleh pengakuan de facto di panggung global. Sangat disayangkan, kini justru di negeri sendiri kita mulai sulit untuk dapat menyaksikan CN-235 membelah angkasa Nusantara, menjaga persada. Sangat berbeda kehadiran CN- 235 bila dibandingkan dengan pesawat Casa-212 yang juga keluar dari kandungan PTDI.

CN-235 dari sejak awal memang telah lahir dari kerja keras dan olah pikir anak-anak kebanggaan kita. Lahir dari pemikiran orisinal sejak desain dasar pesawatnya, bukan sekadar kerja yang mencampur “asem dengan beling” alias assembling alias “jahit obras” belaka. Tidak berlebihan kiranya bila banyak pihak yang masih saja menginginkan produk kebanggaan seperti ini dapat diteruskan.

Diteruskan yang memang pasti membutuhkan tekad kuat yang harus dilandasi dengan rasa bangga atas karya sendiri. Yang memang diperlukan adalah spirit dan daya juang untuk bertempur dalam kancah persaingan internasional dibandingkan dengan hanya mencari kemudahan melalui kerja ringan memoles saja karya negara lain untuk diluncurkan melalui jalur assembly-line aircraft manufacturer yang bernama PTDI.

Mudah-mudahan kita ini semua tidak mudah untuk selalu tergoda dengan “jalanpintas” yang selalu saja merangsang alias “menggiurkan” itu. Marilah kita semua mempertebal iman di dalam bulan Ramadan yang suci ini. Selamat menjalankan ibadah puasa! (CHAPPY HAKIM Chairman CSE Aviation)

Sumber: SINDO

Welcome Sukhoi in Darwin


27 Juli 2012, Darwin: Empat pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin disambut dua pesawat tempur F/A-18 Hornet No. 77 Squadron saat tiba di udara Darwin.

TNI AU pertama kalinya mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black. Enam negara, 94 unit pesawat dan lebih dari 2200 personil mengikuti Latma Pitch Black 12, dimulai 27 Juli hingga 13 Agustus di Darwin.

TNI AU pertama kali mengirimkan pesawat tempur utamanya dua Su-27 (TS-2703 dan TS-2705) dan dua Su-30 (TS-3004 dan TS-3005) ke berlatih ke luar negeri.

Sumber: Australia DoD
@Berita HanKam

Kemhan Pastikan Pembelian Tank Leopard, 15 Unit Tiba Oktober

Leopard. (Photo: KMW)

27 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan memastikan rencana pembelian Main Battle Tank jenis Leopard 2A6 dari Jerman tetap terealisasi. Penolakan dari parlemen Jerman dan DPR RI bukanlah sebuah ganjalan untuk memperkuat pertahanan negara.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menyatakan, proses pembelian tank berbobot 60 ton itu sudah tuntas. "(Penolakan) itu memang ada, namun terjadi dalam diskusi kecil. Tak membuat pembelian tank menjadi batal," kata Hartind di Jakarta, Jumat (27/7).

Menurut dia, penolakan yang diberikan anggota Parlemen Jerman pun bukanlah sebuah sikap Parlemen melainkan opini pribadi. Dengan demikian, penolakan tersebut tidak akan mengubah keputusan kedua negara melakukan transaksi.

Sebelumnya, laman Spiegel Online memberitakan adanya penolakan terhadap rencana jual beli MBT tersebut. Anggota parlemen senior dari Partai Hijau Katja Keul menyatakan, Jerman tak bisa menjual tank Leopard kepada Indonesia mengingat masih banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.

Pernyataan serupa juga disampaikan wakil kepala kelompok kiri-tengah Partai Sosial Demokrat Democrats, Gernot Erler. Menurut dia, dengan latar belakang ketegangan regional dan konflik teritorial serta situasi HAM di Indonesia yang meragukan, penjualan tank ke Indonesia akan melanggar kebijakan ekspor senjata Jerman.

Di dalam negeri, penolakan tersebut dikemukakan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin. Hasanuddin pun memberikan syarat pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) Leopard ini.

15 Unit Leopard Tiba Oktober

Sebanyak 15 unit Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 direncanakan akan segera tiba di Indonesia pada Oktober mendatang. "Jadi saat HUT TNI sudah dapat diperlihatkan,"kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Jumat (27/7).

Menurutnya, pengiriman Leopard akan dilakukan secara bertahap hingga 100 unit seperti yang direncanakan pada 2014 mendatang. 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa.

Namun Hartind mengatakan, tak terutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan. "Kami sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana,"ujarnya.

Sumber: Jurnas

Kemhan Klaim Alutsista TNI Peringkat Pertama di ASEAN


Peringkat kekuatan militer di dunia tahun 2012 yang dikeluarkan oleh GFP. (Infografis: GFP)

26 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mengklaim keberadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia saat ini berada di urutan pertama di kawasan ASEAN. Namun, Indonesia harus turun dua peringkat yang sebelumnya 16 menjadi 18 dalam urutan dunia.

"Kalau ASEAN kita pertama. Tapi dunia kita turun. Itu karena alutsista yang tidak efektif," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjend TNI Hartind Asrin, saat ditemui usai acara silaturahmi Kapuskom Publik dengan media massa di kantornya, Kamis (26/7).

Hartind meminta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada negara terkait pembelian dan modernisasi alutsista. Sebab, lanjut dia, kebutuhan alutsista adalah kebutuhan negara dalam menjaga kedaulatan.

Dia menjelaskan penggunaan alat-alat tersebut hanya bisa digunakan dalam keadaan darurat militer. "Tapi itu masih standby biasanya. Kalau sudah ada pernyataan perang dari Presiden, baru digunakan," ungkapnya.

Hartind menegaskan dikarenakan alutsista merupakan hard power, maka keberadaan alat persenjataan itu akan menjadi eteren power atau kekuatan penangkal, yakni akan menciptakan rasa khawatir lawan. "Kalau alutsista kita kuat, maka musuh akan mengurungkan niatnya menyerang," kata dia.

Dalam prioritas yang direncanakan, ungkap Hartind, pemerintah tidak akan membeda-bedakan mana yang akan lebih ditingkatkan, baik darat, laut, ataupun udara. Menurut Hartind, ketiga sektor itu haruslah seimbang.

Dia mencontohkan pada sektor darat yang pernah tertinggal. Karena itu, pihaknya berupaya kembali meningkatkan kekuatan dengan menghadirkan Tank MBT Leopard. Namun, Hartind malah mempertanyakan kenapa masyarakat justeru meributkan pengadaan tank-tank tersebut.

Padahal, lanjut dia, tank-tank tersebut bisa membuat deteren power. "Padahal negara lain sudah khawatir kita mau beli MBT Leoprad. Tapi di Indonesia malah diributkan," ujarnya.

Sumber: Info Publik

When Flankers Meet Hornets

Inilah salah satu momen yang ditunggu-tunggu Angkatan Udara Australia, TNI-AU maupun penggemar dan pemerhati militer. Yaitu bertemunya dua jagoan udara belahan bumi selatan, Hornet dan Flankers. Peristiwa langka ini terjadi dalam latihan Pitch Black 2012 di kawasan Darwin Australia, 27 Juli hingga 17 Agustus mendatang. Selain Indonesia, negara yang turut berpatisipasi antara lain, Amerika Serikat, Singapura, dan Thailand, dengan melibatkan sekitar 85 pesawat. Singapura rencananya akan menurunkan F-15SG dan F-16, sementara Thailand menerjunkan F-16. dan berikut ini adalah foto-foto Flankers TNI-AU dalam ajang latihan Pitch Black 2012. sumber foto antara lain, Facebook RAAF, Situs RAAF, Twitter RAAF, Twitter @eamonhamilton, dan media online Australia. selamat menikmati























Kamis, 26 Juli 2012

Sukhoi TNI AU Tiba di Darwin


 
Kontingen TNI AU tiba di Darwin. (Foto: RAAF)

26 Juli 2012, Jakarta: Satu flight Sukhoi Su-27/30 terdiri dari empat pesawat tempur dan didukung dua pesawat angkut C-130 Hercules Skuadron Udara 31 Halim Perdanakusuma dan satu C-130 Hercules Skuadron Udara 32 Lanud Abdulrahman Saleh tiba di Darwin.

TNI AU akan mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black 12 di Darwin, Australia dari 27 Juli hingga 13 Agustus. Pitch Black 12 diikuti United States Marine Corps (USMC), Republic of Singapore Air Force (RSAF), Royal Thai Air Force (RTAF), Royal New Zealand Air Force (RNZAF), Royal Australia Air Force (RAAF) dan TNI AU.

Sukhoi di Pangkalan Udara RAAF di Darwin. (Foto: RAAF)

TNI AU pertama kali mengirimkan jet tempur Sukhoi ke luar negeri dan berlatih dengan angkatan udara negara lain.

Adapun yang bertindak sebagai Komando Latihan (Kolat) Latihan Bersama Pitch Black 12 adalah Paban III/Lat Sopsau Kolonel Pnb Agus Munandar, Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Palito Sitorus, Staf Paban III Sopsau Letkol Pnb Azhar.A, Kadisops Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb W. Iko Putro.

Sumber: RAAF/TNI AU