Rabu, 18 September 2013

Prajurit, Media Sosial dan Ancaman Pertahanan

PENDAHULUAN
“…Kenalilah dirimu, kenalilah musuhmu, maka dalam seratus pertempuran kamu tidak akan pernah kalah.” Begitulah ungkapan terkenal dari Sun Tzu, sang ahli strategi perang asal negeri China untuk mengajarkan bahwa dalam memenangkan sebuah peperangan maka diperlukan pengetahuan dan informasi yang cukup tentang semua yang dimiliki oleh kawan maupun lawan, dan yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung. Bersifat langsung bisa didefinisikan sebagai segala faktor yang mempengaruhi dan berhubungan langsung dengan kekuatan pertahanan, semisal persenjataan, teknik, taktik, jalur logistik, jumlah personel dan lain-lain. Sedangkan bersifat tidak langsung dalam konteks ini bisa didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak berpengaruh langsung dengan kekuatan pertahanan namun dapat mempengaruhi kekuatan pertahanan tersebut, semisal kondisi kehidupan keluarga prajurit yang tentunya berpengaruh besar pada psikologi prajurit dalam menjalankan tugas, padahal prajurit merupakan salah satu bagian dari tiga hal yang sangat berpengaruh dalam kekuatan pertahanan negara selain masalah peraturan perundang-undangan sebagai pijakan hukum dan alat utama sistem senjata (ALUTSISTA).
Perkembangan teknologi infomasi baik jaringan internet maupun satelit yang semakin pesat di millenium ke-3 ini membuat apa yang dulu susah payah dilakukan oleh para pencari informasi nampak menjadi begitu mudah dilakukan, karena banyak informasi yang muncul dengan sendirinya. Kemunculan social media atau media sosial dengan perkembangannya yang cukup pesat sampai dengan saat ini yang ditandai dangan lahirnya berbagai bentuknya media sosial semisal blog, jejaring sosial, wiki, forum dunia maya dan dunia virtual menjadikan manusia dapat membangun relasi yang spesifik dengan berdasarkan visi, misi, ide, gagasan, pertemanan, asal daerah, profesi dan lain-lain secara global tanpa memandang ruang dan waktu. Kemunculan situs jejaring sosial seperti myspace, linkedin, faceebok, twitter dan lain-lain menjadi suatu fenomena luar biasa dan dalam perkembangannya, jejaring sosial tersebut sudah menjadi bagian dari gaya hidup bahkan menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat, tidak terkecuali para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kondisi ini tentunya mempunyai dampak positif dan negatif, dampak positifnya adalah kemudahan menyampaikan informasi, komunikasi, mendapatkan wawasan dan pengembangan diri bagi prajurit sehingga mereka dapat beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan mengelola relasi pertemanan, sedangkan dampak negatif dari kondisi ini adalah sangat riskannya penyebaran informasi yang tidak semestinya, yang dapat berakibat pada kebocoran informasi yang seharusnya dirahasiakan.
BELAJAR DARI PERANG ENAM HARI
Kemenangan Israel dalam perang enam hari pada 5 s.d 10 juni 1967 seharusnya menjadikan pelajaran yang sangat berarti bagi negara manapun di dunia ini tentang arti penting dari sebuah informasi. Kita dapat melihat bagaimana Israel meraih kesuksesan besar dalam perang tersebut walaupun musuh yang dihadapinya memiliki jumlah persenjataan yang lebih banyak dan lebih modern saat itu. Tentu kemenangan tersebut mustahil terjadi jika tidak didukung informasi yang cukup akurat, dan tindakan yang tepat untuk memanfaatkan informasi yang telah dimiliki. Sejarah mencatat bagaimana kesuksesan dinas intelejen Israel (MOSSAD) yang berhasil mengumpulkan profil pribadi dan keluarga para pilot pesawat tempur suriah yang bertugas dalam perang, dan mengancam akan membunuh keluarga para pilot jika para pilot tersebut melaksanakan membom kota tel aviv. Ternyata ancaman tersebut sangat mempengaruhi para pilot Suriah yang berperang, dan hampir tidak ada bom yang dijatuhkan para pilot tempur Suriah di kota tel aviv karena mereka memilih menjantuhkan bom yang dibawanya di laut walaupun melaporkan pada pemimpin mereka bahwa bom dijatuhkan kota tel aviv. Sekilas sejarah perang tersebut membuktikan bahwa keamanan data pribadi dan keluarga seorang prajurit sangatlah berharga dalam suatu pertahanan negara, karena sebagai manusia biasa, setiap prajurit juga pasti mempunyai kecintaan dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya lebih-lebih keselamatan keluarga yang disayanginya.
Jika dahulu MOSSAD harus bersusah payah untuk mendapatkan informasi rinci tentang kekuatan militer pemerintah Suriah dan data profil prajurit yang ikut dalam perang enam hari tersebut mereka harus memasukkan seorang agen intelejen terkenal bernama Eli cohen, maka saat ini khusus untuk mengumpulkan data informasi pribadi dan keluarga prajurit bisa jadi hanya cukup dengan menganalisa data account profil pengguna jejaring sosial. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan perilaku narsis yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh para prajurit dengan mengunggah informasi-informasi yang seharusnya tidak diunggah secara bebas, seperti: informasi nama lengkap, foto terbaru, pangkat, satuan, nomor handphone, lokasi satuan, lokasi operasi, data dan foto keluarga personel di media sosial. Jika data-data tersebut sudah terdokumetasi secara baik oleh pihak musuh, maka bisa dibayangkan jika suatu saat terjadi perang dan musuh tersebut menggunakan data tersebut untuk mengancam atau menakut-nakuti keluarga prajurit maka dengan sendirinya secara psikologis semangat juang prajurit dalam pertempuran akan terganggu. Belum lagi potensi kebocoran informasi yang bisa terjadi dari prilaku narsis tersebut, semisal prajurit dengan sengaja atau tidak berfoto di depan alutsista atau di lokasi yang seharusnya merupakan area terbatas (restricted area) dan mengunggahnya di jejaring sosial yang berakibat pihak musuh dapat menganalisa kemampuan pertahanan negara berdasarkan foto tersebut.
KESIMPULAN
Mengingat besarnya efek yang ditimbulkan dari potensi kebocoran informasi tersebut, maka tidak berlebihan jika beberapa negara memberlakukan aturan yang sangat ketat kepada para personel militer dan personel sipil yang berhubungan langsung dengan pertahanan negara dalam berinteraksi dengan media sosial khususnya jejaring sosial. Bahkan, Israel melarang setiap personel militernya mempunyai account facebook dengan alasan dapat berpotensi membocorkan informasi operasi dan rahasia negara. Tugas pemerintah dan kemauan prajurit untuk menerapkan sense of security terhadap informasi pribadi, keluarga dan informasi lain yang menyangkut pertahanan negara merupakan sebuah keharusan di era digital saat ini dimana informasi dengan mudah dan cepatnya beredar, sehingga tidak ada anggapan bahwa kebocoran informasi penting bahkan rahasia dikarenakan negara lain yang lebih maju mempunyai peralatan canggih sehingga pasti mengetahui semua informasi di negeri ini, karena pada prakteknya banyak informasi yang beredar adalah karena dibocorkan sendiri baik secara sengaja atau tidak sengaja oleh yang mempunyai informasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar