Kamis, 30 Agustus 2012

Tajuk Sindo : Selamat Datang KRI Klewang


Jakarta - Selamat datang KRI Klewang. Ucapan ini disampaikan terkait peluncuran kapal berlunas tiga (trimaran) yang dilakukan Banyuwangi di Jawa Timur hari ini. Kapal yang diproyeksikan sebagai kapal cepat rudal dan mampu melaksanakan operasi keamanan laut serta tempur laut ini akan melengkapi jajaran Kapal Republik Indonesia (KRI) yang sudah ada.

Kehadiran kapal yang sudah resmi mendapat nama KRI Klewang ini memang sudah ditunggu-tunggu. Proyek yang merupakan hasil garapan bareng PT Lundin Industry Invest dengan TNI AL ini memancing penasaran bagi para pemerhati dunia militer: apakah Trimaran X3K yang rancang bangunnya melibatkan putra-putri terbaik bangsa benar-benar akan menjadi kekuatan pemukul di lautan seperti yang diharapkan. Sejak program riset dan pengembangan dimulai pada 2007 hingga kemarin, jeroan kapal perang yang digadang sebagai kapal siluman (stealth) paling canggih milik TNI AL, KRI Klewang menjadi misteri karena memang dirahasiakan.

Masyarakat hanya bisa melihat purwarupa dan atau desain luarnya. Juga sejumlah spesifikasi teknis seperti ukuran kapal, kecepatan, dan beberapa spesifikasi dasar lainnya. Dari gambarnya terlihat kapal ini mempunyai bentuk lunas yang radikal, dan diklaim sebagai kapal berlunas banyak terbesar di Asia Tenggara. Dengan bentuk demikian, kapal bisa melaju dengan kecepatan lebih dari 30 knots dan mampu menembus ombak setinggi 6 meter. 

Sedangkan bodinya yang memiliki panjang 63 meter dibungkus komposit berbahan dasar karbon fiber. Material ini sangat istimewa karena tidak menginduksi panas dan lebih kuat daripada baja, tapi lebih ringan hingga kapal ini tidak bisa dideteksi radar. Dengan keistimewaan dan desain ergonomis yang membuat kapal mampu beroperasi sepuluh hari secara terus-menerus, plus rudal C-802 yang berdaya jelajah hingga 120 km.

Konon persenjataan disembunyikan di dalam bodi kapal, KRI Klewang akan mampu menguasai medan lautan di Tanah Air, mendukung operasi komando, serta menjadi kekuatan pemukul yang menakutkan. 

“KRI Klewang layak menjadi kebanggaan rakyat Indonesia sebagai salah satu alutsista andalan yang diproduksi industri pertahanan nasional,” demikian kata President Director PT Lundin Industry Invest John Lundin.

Sejatinya, kebanggaan terhadap kehadiran KRI Klewang bukan sekadar kecanggihan dan kemampuan tempur kapal tersebut, melainkan keberanian Indonesia membangun sendiri alutsista canggih yang selama ini hanya dikuasai segelintir negara maju. Proses yang dilalui mulai dari pembuatan keputusan, desain, hingga produksi ibarat mewujudkan sebuah mimpi besar. 

Mimpi besar itu hanya akan menjadi angan jika tidak ada niat dan kesungguhan untuk mewujudkannya. Ternyata, mimpi membangun sendiri kapal cepat rudal trimaran dengan kemampuan stealth bisa terwujud. Momentum peluncuran hari ini hendaknya akan melambungkan kepercayaan diri bangsa ini menjadi reinforcing force untuk membangun mimpi-mimpi besar lainnya: membangun rudal, pesawat tempur, kendaraan tempur, tank, kapal tempur, kapal selam, dan berbagai alutsista canggih secara mandiri.

Sejauh ini pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, sudah on the right track, yakni memprioritasnya produksi dalam negeri untuk persenjataan ringan, melakukan kerja sama untuk persenjataan canggih. Tetapi ke depan hendaknya porsi belanja dalam negeri diperbesar untuk memberi kesempatan produsen lokal seperti PT DI, PT Pindad, PT Palindo, PT Lundin, Sari Bahari, dan lainnya tumbuh dan berkembang. 

Mencontoh KRI Klewang, dengan dukungan dan yang besar untuk memenuhi target military essential force (MEF), pemerintah, TNI, dan produsen dalam negeri hendaknya terus dan berani membuat terobosan untuk mengembangkan alutsista sesuai karakteristik Nusantara dan perkembangan kemajuan zaman. 

Sumber : SINDO News

Satelit Lapan A2 Siap Diluncurkan 2013


Bogor - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) tahun depan siap meluncurkan Lapan A2, satelit kedua buatan Lapan, namun menjadi yang pertama yang dibuat di Indonesia.

"Satelit Lapan A2 telah selesai dibangun dan siap diluncurkan tahun depan," kata Kepala Bagian Humas Lapan Elly Kuntjahyowati di Bogor, Jumat (31/8). Satelit ini akan diluncurkan dengan menggunakan roket milik India dari Sriharikota, India. Satelit Lapan A2 dirancang untuk tiga misi, yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir.

Satelit ini memiliki sensor "Automatic Identification System" (AIS) untuk identifikasi kapal layar yang melintas di wilayah yang dilewati satelit tersebut. Dengan demikian, Lapan A2 akan memiliki kemampuan untuk memantau lalu lintas wilayah laut Indonesia.

Satelit dengan berat 78 kilogram ini akan mengorbit pada ketinggian 650 km. Pada orbit tersebut Lapan A2 akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari dengan lama waktu melintas sekitar 20 menit. "Pada orbit tersebut AIS Lapan A2 akan mempunyai radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2.000 kapal dalam satu daerah cakupan," ujarnya.

"Lapan A2 akan mengorbit secara ekuatorial. Nantinya Lapan A2 akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial," katanya. 

Menurut dia, pembangunan Lapan A2 merupakan keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengembangkan teknologi antariksa. Awal keberhasilan ini, ditandai dengan dibangunnya satelit pertama buatan Indonesia sebelumnya, Lapan-Tubsat. Satelit yang diluncurkan pada 2007 dari India tersebut, lanjut dia, hingga kini masih beroperasi dengan baik, padahal awalnya diperkirakan usianya hanya mencapai dua tahun.

"Lapan-Tubsat murni buatan para peneliti dan perekayasa Lapan meskipun pembangunannya bekerja sama dengan Technische Universitat Berlin di Jerman," katanya. Keberhasilan pembangunan Lapan-Tubsat ini, menurut dia, kemudian memberikan semangat bagi Lapan untuk mengembangkan satelit berikutnya yaitu Lapan A2. 

"Lapan A2 ini sepenuhnya dibangun di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat," tambahnya. 

Lapan A2 merupakan satelit yang sama dengan Lapan-Tubsat, namun, memiliki sensor yang lebih ditingkatkan dibandingkan satelit pendahulunya. 

Sumber : MetronewsTV

Update - Peluncuran KRI Klewang TRIMARAN


Metrotvnews.com, Banyuwangi: Sebuah kapal perang yang diklaim terinovatif di dunia diluncurkan PT Lundin Industry Invest di Selat Bali, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (31/8). Kapal bernama KRI Klewang ini diklaim menggabungkan sejumlah kecanggihan teknologi sehingga memiliki berbagai keunggulan. KRI Klewang akan melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI Angkatan Laut.

KRI Klewang diproduksi di Banyuwangi. Pemilik PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, mengatakan Banyuwangi dipilih sebagai tempat produksi kapal karena ingin membangun kampung halamannya itu. "Saya orang Banyuwangi. Lokasi ini sangat baik untuk riset pembuatan kapal," kata Lizza.

Bentuk kapal cukup unik. Ini merupakan hasil kolaborasi riset desain dan pengembangan antara PT Lundin dengan arsitek kapal dari Selandia Baru selama dua tahun. Kapal memiliki stabilitas amat baik. Rancangan lambung dibuat dangkal. Kapal didesain untuk bisa berpatroli di pesisir yang panjang.
Bentuk lambung kapal dirancang sedemikian rupa agar kapal dapat melaju dengan kecepatan tinggi namun tetap memperhatikan kemampuan kru. Kapal dapat beroperasi di laut curam dan pendek yang merupakan karakterisktik garis pantai di kepulauan Indonesia.

Kontruksi kapal menawarkan beberapa keunggulan. Di antaranya KRI Klewang ini lebih ringan, efisien biaya perawatan, kemampuan tidak terdeteksi oleh radar, tingkat akurasi geometris yang tinggi, tidak mengandung unsur magnet, tingkat deteksi panas dan suara yang rendah.

KRI Klewang juga menyediakan ruang akomodasi untuk 29 kru kapal pada tiga lantai dek. Kapal dilengkapi fasilitas dan peralatan untuk penerjunan pasukan khusus. Kapal juga dipersenjatai berbagai tipe sistem rudal. Rudal dilengkapi sensor yang dapat ditempatkan di bagian tertinggi atas dek kapal. Ini memberikan kemampuan penglihatan penembakan yang sangat baik. Kesemua hal itu tidak mengurangi stabilitas kapal.

PT Lundin Industry Invest mengaku belum menemukan kendala dalam produksi kapal. Lizza Lundin mengaku memperoleh kemudahan dari pemerintah dalam produksi kapal. KRI Klewang masih mengalami pengembangan dan akan dioperasikan pada 2013 mendatang.(Wtr1)

Diplomasi Pre Emptive Jangan Paksakan Kehendak


Kunjungan Menlu AS Hillary Clinton awal September 2012 ini ke Jakarta sangat diyakini membawa upaya pre emptive diplomasi AS sehubungan dengan gerak langkah Cina dari sisi militer dan diplomasi yang sangat mengkhawatirkan posisi AS.  Hillary memulai kunjungannya tanggal 30 Agustus 2012 dari Cook Island, Timor Leste, Indonesia, Brunai, Cina dan Rusia selama 11 hari.  Di Vladivostok Rusia Clinton mewakili Presiden Obama dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC pekan pertama September 2012.  Entah ada kaitannya atau tidak sebelumnya tanggal 10 Agustus 2012 Menlu Cina  Yang Jiechi sudah lebih dulu berkunjung ke Jakarta, tentu juga melakukan diplomasi  pre emptive dan menjanjikan kepada seorang gadis manis bernama Indonesia.

Posisi Indonesia sangat jelas, tidak memiliki konflik dengan kawasan Laut Cina Selatan (LCS) tetapi kawasan ini bersinggungan dengan halaman depan rumah kita dan sekaligus menjadi jalan raya transportasi strategis dari dan ke Asia Timur.  Klaim Cina atas seluruh pulau dan perairan LCS membenturkan dirinya pada sejumlah negara ASEAN yang sama-sama mengaku menjadi pemiliknya.  Lalu kenapa AS menjadi sibuk dan ikut masuk pada wilayah benturan itu, padahal tak ada kaitannya dengan teritori dia.

Sibuknya AS “mengurus” Cina di LCS tidak sekedar berkaitan dengan konflik teritori.  AS sejatinya haus dengan sumber daya energi tak terbarukan yang bernama minyak bumi dan gas walau testimoninya selalu mengaku hendak membendung pengaruh Cina.  Bersamaan dengan itu sifat jagoannya muncul manakala Cina menargetkan bahwa pada tahun 2020 nanti militernya mulai berada dalam kriteria kekuatan regional yang disegani. AS tentu tak ingin kehilangan hegemoninya sebagai pemimpin klasemen liga kekuatan militer di Asia Pasifik dan dunia yang mampu memayungi Jepang dan Korsel.
Armada Kapal Perang RI pulang dari Latgab
Perkembangan terkini situasi dan kondisi maju ekonomi regional di masing-masing negara tentu tidak bisa dihindarkan.  Kemajuan ekonomi Cina merupakan efek kejut dari pola sebuah negara raksasa non demokrasi yang diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia beberapa tahun ke depan.  Sejalan dengan itu Cina juga membangun kekuatan militernya secara terpadu menuju militer pre emptive di kawasan Asia Pasifik.  Prediksi kekuatan ekonomi dan militer Cina yang bakalan tak terbendung ini memberikan reaksi paranoid di mata AS sehingga ada kesan kepanikan psikologi militer.  Lalu memindahkan kekuatan armada Mediteranean dan marinir ke Asia Pasifik sembari berupaya memperbanyak sekutu.

Merapatnya kekuatan militer besar di kawasan LCS dimana teritori Indonesia sebagai garis pantai terbesar dari arah selatan mengharuskan AS melakukan lobi intensif dan sedikit menekan kepada Indonesia.  Jika terjadi konflik militer skala besar garis pantai dan teritori udara RI akan menjadi akses militer AS untuk memukul Cina dari arah selatan.  Sementara dari arah timur diprediksi armada VII AS berkonsentrasi menjaga Taiwan, Korsel dan Jepang.   Artinya AS memang butuh sekutu tambahan sebagai pemilik teritori paling depan.  Indonesia adalah pilihan satu-satunya dalam upaya mengurung Cina di LCS sehingga ini akan menutup akses militer dan ekonomi Cina ke selat Malaka, selat Sunda dan selat Lombok. 

Vietnam, Malaysia, Brunai, Filipina jelas berkonflik dengan Cina dan jika Indonesia berhasil masuk “aliansi” bersama AS dan Australia tentu sistem keroyokan yang dikenal sebagai pakemnya AS dalam menghajar lawannya menjadi sempurna dari sisi strategi militer.  Dari sisi kekuatan militer dan cakupan wilayah tempur, gabungan militer AS, Australia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Brunai dan Filipina diyakini mampu bersaing dengan Cina.  Masalahnya adalah kedekatan Indonesia dan Cina yang terus dipupuk lewat kerjasama ekonomi dan pertahanan akan menjadi goncangan tersendiri karena posisi teritori dan pengaruhnya yang kuat di ASEAN bisa mementahkan semua prediksi dan asumsi yang dibangun AS.
Pendaratan pasukan marinir di Natuna
Diplomat Indonesia di Kemenlu dan intelijen militer tentu sudah paham dengan lagu dan langgam yang diperdengarkan AS. Kecerdasan diplomasi RI sudah teruji untuk memberikan argumen berwajah perspektif dengan menawarkan logika bersahabat pada semua negara. Tidak ingin memiliki musuh dan selalu berupaya mendekatkan kedua posisi yang berseberangan itu setidaknya akan memberikan ruang untuk mendinginkan temperatur.  Di mata AS upaya mendekati RI dengan  membawa hibah berbayar 24 F16 batch 1 dan 10 F16 batch 2, lampu hijau pembelian 8 heli Apache dan rudal serang darat jarak jauh Maverick serta latihan militer bersama merupakan pintu masuk yang bergizi. Namun pemaksaan terhadap sebuah keinginan berdasarkan logika pergaulan yang disandang sekalipun membawa “kado” tidaklah pantas dikedepankan secara tersurat.

RI ingin semua persoalan sengketa berbaju apa pun sangat terhormat dijalankan melalui jalur diplomasi dan perundingan. Dan RI sudah melakukan itu misalnya menjadi arsitek perdamaian di Kamboja dan Filipina Selatan. Nah kalau jalur ini yang dilalui pertanyaannya adalah atas dasar apa AS ikut-ikutan berunding karena dia tidak berkonflik dengan teritori Cina yang dipersengketakan.  Maka logika kita akan semakin jelas bahwa sejatinya AS ingin mendapat jatah sumber daya fosil di dasar LCS disamping agar hegemoni militernya di Asia Pasifik tetap bersinggasana. Dalam upaya menjaga hegemoni itu tentu dia tak ingin sendirian menanggung beban militer membendung pengaruh Cina. Dan salah satu upayanya tentu dengan merangkul RI agar ikut serta dalam pengaruhnya untuk kesetiakawanan.

Pesan untuk AS, bermain cantiklah terhadap republik ini karena atmosfer takdir tidak lagi mengharuskan pemaksaan kehendak dan merasa benar sendiri.  Asia Pasifik adalah masa depan dunia. Cina bersama Jepang, Korsel, Taiwan dan Singapura sudah memberikan panduannya. Indonesia pun sudah diperhitungkan dunia dengan kekuatan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan terbesar di ASEAN. Pergaulan kawasan yang dibangun dengan semangat saling menghormati dan tak merasa arogan adalah posisi strategis yang menjadikan ASEAN tetap bergema meski beberapa anggotanya berselisih dengan Cina. Indonesia berperan besar dalam menciptakan posisi ASEAN yang harmonis.  Kita meyakini dengan peran RI yang selalu mengedepankan diplomasi rendah hati namun ulet bisa membawa negara ASEAN yang bersengketa dengan Cina ke meja perundingan.
Batalyon Scorpion dalam sebuah Latgab TNI
Seandainya Cina mau berunding dengan ASEAN tentang masa depan LCS dan menemukan kata kuncinya, kondisi ini tentu akan memukul wajah AS sekaligus akan menjadikan Cina terhormat di mata ASEAN. Bukankah kemajuan ekonomi Cina dan ASEAN yang sudah didapat selama ini akan menjadi kesia-siaan jika terjadi konflik militer berskala besar. Tentu pemikir strategis di masing-masing negara yang bersengketa tidak ingin masuk di wilayah itu. Jadi ingat ketika upaya RI merukunkan faksi-faksi yang bertikai di Kamboja dengan melakukan Jakarta Informal Meeting (JIM) November 1988.  Begitu alotnya mempersatukan ego keras masing-masing di Kamboja dan rasanya mustahil berdamai. Kubu Hun Sen didukung Vietnam dan Uni Sovyet sementara Heng Samrin didukung Cina.  Namun dengan kepiawaian diplomasi Menlu RI Ali Alatas kekerasan kedua kubu mencair dan akhirnya berdamai di Paris setahun kemudian.

Dengan contoh itu dalam lingkup yang lebih luas RI bisa melakukan langkah inisiatif untuk merundingkan kawasan LCS. Cina juga diharap tak kaku dengan langkah perundingan karena Indonesia sejatinya ingin kawasan regional ini menjadi kawasan yang sejuk dan damai.  Tetapi kalau kekakuan Cina terus dipanggungkan maka  ketika militer RI mulai bertaring tahun 2020 tak salah jua jika negeri ini merapat ke AS demi solidaritas ASEAN dan penyeimbang kawasan.

KRI Nanggala-402 dan USS Oklahoma City latihan bersama di Laut Jawa


KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di dermaga Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL, Surabaya, Jatim, Senin (6/2). Indonesia akan memiliki lima kapal selam sekelas KRI Nanggala-402 atas kerja sama dengan Korea Selatan. Kehadiran USS Oklahoma City SSN-723 dalam latihan PASSEX 2012 memberi pengalaman berharga bagi awak kapal selam TNI AL. (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)
... kedua kapal selam tersebut melakukan berbagai manuver di perairan Laut Jawa...

Jakarta (ANTARA News) - Bahwa kapal selam bernilai strategis sangat tinggi, semua militer dunia tahu. Di Laut Jawa, kapal selam TNI AL, KRI Nanggala-402, dan kolega bertenaga nuklirnya dari Amerika Serikat, USS Oklahoma City SSN-723, berlatih bersama dan saling bertukar perwira untuk sama-sama menambah profisiensi. Ini adalah pertama kali bagi kedua angkatan laut, satu kesempatan bersejarah dan bermakna sangat strategis.

Dalam latihan bertajuk PASSEX/Passing Exercise 2012 itu, TNI AL mengerahkan kapal pendamping, KRI Diponegoro-365 dan satu helikopter Bolkow-Blohm NBO-202.  Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, "Latihan ini berlangsung dua hari, 28-29 Agustus lalu. Ini bentuk kerja sama dan kemitraan di antara dua angkatan laut, juga untuk memperluas wawasan kita tentang kesenjataan dan berbagai hal lain terkait ini."

PASSEX 2012 diawalicpertukaran perwira dari masing-masing kapal selam. Enam perwira KRI Nanggala-402 on board di USS Oklahoma City SSN-723 selama dua hari, sebaliknya empat perwira USS Oklahoma City SSN-723on board di KRI Nanggala-402 untuk waktu sama. "Selanjutnya kedua kapal selam tersebut melakukan berbagai manuver di perairan Laut Jawa," katanya. 

USS Oklahoma City SSN-723 adalah kapal selam bertenaga nuklir kelas Los Angeles buatan galangan kapal Newport News and Dry Dock, Virginia, Amerika Serikat, pada 1981 dan diluncurkan pada 4 Januari 1984, yang telah bergabung dengan Angkatan Laut Amerika Serikat US sejak 1988. Kapal selam kelas ini, USS Dallas, pernah terlibat dalam kisah perburuan kapal selam bertenaga nuklir terbesar dan terkuat di dunia milik Angkatan Laut Uni Soviet (saat itu), Red October, dari kelas Typhoon, yang memiliki teknologi propulsi Caterpillar.

Menurut Suropati, "Latihan ini juga meningkatkan kemampuan awak KRI Nanggala-402, KRI Diponegoro-365 dan pilot Bolcow-Blohm 205 kita dalam mendeteksi, menganalisa, dan mengenali lebih jauh tentang kapal selam negara lain."

Sedangkan KRI Nanggala-402 dari kelas U-209 buatan galangan kapal Kiel, Jerman, pada 1981, yang ditenagai diesel elektrik berbobot 1.400 ton dan tidak bisa meluncurkan misil nuklir antar benua laiknya USS Oklahoma City SSN-723. KRI Nanggala-402 baru kembali dari perawatan besar di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Korea Selatan, pada 6 Februari lalu. 

Di sana, KRI Nanggala-402 diperbaiki rusuk, kulit, balast, sistem navigasi dan penjejakan, hingga sistem kesenjataannya. Seluruh proses itu memerlukan waktu dua tahun. Kapal selam ini memiliki "kembaran", KRI Cakra-401 yang sama-sama tergabung dalam Satuan Kapal Selam Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL, di Surabaya.

Satuan yang bertanggung jawab dalam pembinaan, penyiapan, dan pengoperasian USS Oklahoma City SSN-723 adalah Skuadron Kapal Selam Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika Serikat, berpangkalan di Pearl Harbour, Hawaii. Kapal ini diawaki 134 personel, dengan panjang 110,3 meter, lebar 10 meter, dan kecepatan maksimal selam 20 knot perjam. Secara umum, peluru kendali Tomahawk dan Harpoon menjadi persenjataan standardnya. 

Sesuai dengan "aturan main"UNCLOS 1982, selama berada di perairan Indonesia untuk pelayaran damai, USS Oklahoma City SSN-723 berlayar di permukaan dan menunjukkan identitas kapal. Setelah misi latihan dimulai, barulah manuver militer dilakukan bersama. Selama dia hadir di perairan Indonesia, pengawalan dan panduan diberikan oleh jajaran TNI AL, termasuk oleh mitranya, KRI Nanggala-402.

Sumber : Antara

Dalantamal I : TNI AL Bersiaga di Pulau Berhala


Deli Serdang - TNI Angkatan Laut belum lama ini menggelar patroli di perbatasan Selat Malaka. Langkah ini ditempuh untuk mengantisipasi adanya pasukan asing yang ingin merebut Pulau Berhala di Kabupaten Serdang Bedagai, dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menggunakan kapal perang Republik Indonesia (KRI) Boa, patroli digelar di perbatasan Selat Malaka antara Indonesia dan Malaysia.

Guna melengkapi peralatan tempur pasukan TNI yang ada di Pulau Berhala, Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) I Belawan Laksamana Pertama Bambang Soesilo menyerahkan satu unit perahu karet. Ia pun berjanji akan segera membangun landasan helikopter, sehingga akan memudahkan gerak pasukan bila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Pada 2011, beberapa nelayan Indonesia sempat diberondong tembakan oleh pasukan patroli Diraja Malaysia. Sementara, puluhan lainnya ditangkap ketika mencari ikan di Pulau Berhala, yang masih berada di wilayah Indonesia. Pemerintah Malaysia sempat mengklaim bahwa pulau tersebut masuk ke wilayahnya. 

Sumber : Liputan 6

Menhan Serahkan Cetak Biru Riset dan Pengembangan Produk Peralatan Alutsista Kepada Presiden


Bandung - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi ibu Lis Purnomo Yusgiantoro bersama Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono serta sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu II menghadiri Acara Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke 17 Tahun 2012 di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (30/8). Pada acara Peringatan Harteknas ini, Menhan menyerahkan cetak biru riset dan pengembangan produk peralatan pertahanan dan keamanan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Cetak Biru ini dibuat dengan maksud untuk memberikan arah, kerangka kebijakan, pedoman dan prioritas utama dalam riset dan pengembangan produk alat peralatan pertahanan dan keamanan, selaras dengan rencana pencapaian kebutuhan pokok minimum hingga postur ideal alat peralatan pertahanan dan keamanan. Sementara itu, acara puncak Harteknas yang bertema "Inovasi untuk Kemandirian Bangsa" dan dipusatkan di Bandung tersebut, antara lain menggelar berbagai kegiatan antara lain Pameran Ritech Expo, Karnaval Kreativitas Iptek dan The 10th Triple Helix International Conference.

Pada Peringatan Harteknas itu, Presiden RI bersama para Menteri juga berkesempatan menyaksikan pameran mobil listrik karya putera puteri bangsa yang berasal dari lima perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Univesitas Sebelas Maret (UNS).

Pada kesempatan tersebut, Menristek juga memberikan penghargaan Anugerah Iptek 2012 kepada 14 orang, yang terbagi dalam lima kategori, yakni Anugerah Iptek Kategori Pemerintah Provinsi, Anugerah Iptek Kategori Kreativitas dan Inovasi Masyarakat, Anugerah Iptek Kategori Pranata Litbang, Anugerah Iptek Kategori Duta Iptek, dan Anugerah Iptek Kategori Peneliti Wanita.

Dan dengan pemberian Anugerah Iptek tersebut, diharapkan penelitian dan pengembangan Iptek dapat lebih bertumpu pada kebutuhan masyarakat, mencari solusi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendorong pemenuhan kebutuhan riset yang lebih aplikatif.

Usai menghadiri Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17, Menhan beserta rombongan kembali melanjutkan kunjungan kerjanya ke salah satu Industri Pertahanan dalam Negeri, yang berbasis pada penyiapan kelengkapan pendukung operasional bagi TNI, yakni PT Langit Biru Parasut. 

Sumber : DMC

PT Lundin Rancang Tiga Varian Kapal Patroli Trimaran 63m


63m Fast Missile Catamaran
63m Fast Missile Catamaran

Kemhan telah memesan 4 unit kapal jenis ini, diharapkan seluruh kapal selesai dibangun pada 2014. Satu unit trimaran dibanderol Rp 114 Milyar diambil dari APBN 2011.

TNI AL akan mempersenjatai kapal trimaran dengan rudal berjarak jelajah 120 kilo meter.




63m OPV Catamaran
 


63m SAR Catamaran
 
 
31 Juli 2012, Jakarta: PT. Lundin Industry Invest dalam halaman website resminya memperkenalkan produk terbarunya kapal patroli Trimaran 63m.

PT. Lundin merancang jenis kapal ini dalam tiga varian yaitu Offshore Patrol Vessels, Offshore Patrol and Search And Rescue Vessels, dan Fast Missile Patrol Vessel.


63m Fast Missile Catamaran
Varian Fast Missile dirancang berkarakteristik siluman, dipersenjatai meriam dan rudal, dilengkapi kapal cepat Rigid Hull inflatable boat (RHIB) 11m dan dapat membawa satu unit helikopter. Kapal hanya diawaki 23 personil dan 7 personil pasukan khusus.

 SUMBER : NORTH SEA BOAT

TNI AL Siap Luncurkan Kapal Cepat Rudal Antiradar


Kapal cepat rudal Trimaran KRI Klewang 625 (all photos : Radar Banyuwangi, Lundin, Kaskus Militer)

KALIPURO – Proses pembuatan kapal cepat rudal (KCR) Trimaran milik TNI AL sudah rampung. Kapal canggih yang diproduksi PT. Lundin Industry Invest, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi itu akan diluncurkan Jumat besok (31/8).


Dalam peluncuran armada baru TNI AL yang diberi nama KRI Klewang itu akan hadir sejumlah perwira tinggi dari mabes TNI AL. Kapal KCR Trimaran merupakan pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI untuk memperkuat armada TNI AL.


President Director PT. Lundin Industry Invest, Mr. John Lundin menjelaskan, KRI Klewang memiliki desain termutakhir yang dibuat berdasar model Trimaran atau kapal berlunas tiga. Bahan dasar yang digunakan adalah composite material dan memiliki panjang 63 meter.

KRI Klewang, jelas Lundin, tergolong salah satu dari kapal terbesar berlunas banyak yang dibuat di kawasan Asia Tenggara. Dengan bentuk lunasnya yang radikal, kapal itu dapat melaju dengan kecepatan maksimum lebih dari 30 knots. “Kapal ini dapat menembus ombak lautan sampai setinggi enam meter,” jelas Lundin.


Salah satu kemampuan KRI Klewang yang diunggulkan dan dibanggakan adalah stealth. Kapal ini didesain khusus agar tidak terdeteksi oleh radar manapun. Sebab, desain KRI Klewang unik dan bahan dasarnya adalah carbon fiber.

Carbon fiber memiliki karakteristik unik, yaitu tidak menginduksi panas dan lebih kuat daripada baja tapi lebih ringan. “KRI Klewang layak menjadi kebanggaan rakyat Indonesia sebagai salah satu alutsista andalan yang diproduksi industri pertahanan nasional,” tegas Lundin bangga.


Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Letkol Muhammad Nazif menambahkan, KRI Klewang merupakan satu-satunya kapal cepat combatan TNI AL yang menggunakan bahan composite. Tugas utama yang akan diemban kapal itu adalah sebagai kapal cepat rudal yang mampu melaksanakan operasi keamanan laut dan tempur laut. “Tugas tambahannya, patroli keamanan laut, pengamanan sumber daya alam dan objek vital di laut,” katanya.

KRI Klewang bisa melaksanakan patroli keamanan laut dengan kecepatan ekonomis dan operasi terus-menerus di daerah selama 10 hari. Selain itu, KRI Klewang juga mempunyai kecepatan tinggi dan mampu melaksanakan operasi laut gabungan dengan berbagai tipe kapal lain. “Kapal itu juga meiliki peralatan modern dalam rangka klasifikasi target sasaran, observasi, dan identifikasi,” jelasnya. (afi/c1/aif)

Rabu, 29 Agustus 2012

Rahasia G30S/PKI diungkap televisi Inggris


Spirit Beralutsista Dalam Pita Kebangsaaan


Belanja militer Indonesia untuk tahun anggaran 2013 diprediksi menyentuh angka 77,7 trilyun rupiah  naik dari 72,9 trilyun rupiah tahun ini.  Dari angka 77,7 trilyun rupiah itu sebanyak 28,2 T adalah untuk belanja dan rawat alutsista.  Nah kalau disandingkan dengan program belanja alutsista selama 5 tahun (Tahun 2010 sd 2014) sebesar 150 trilyun rupiah maka angka 28,2 trilyun itu proprosional karena rata-rata 30 trilyun per tahun anggaran.

Jujur saja, ada yang berbunga dan mekar di hati kita manakala melihat keseriusan pemerintah untuk mendandani hulubalangnya yang selama ini kurang gizi alutsista alias dibiarkan tak terurus.  Gelontoran dana yang dukucurkan mulai tahun 2010 sampai saat ini mulai menunjukkan kegairahan dan spirit serta kebanggaan bagi sebuah definisi sejati tentang perkuatan alutsista TNI.  Bahwa alutsista itu adalah nafas dan libido TNI yang harus terus diperbaharui kuantitas dan kualitasnya agar tetap terjaga kepercayaan diri dan adrenalin tempur berkemampuan teknologi di setiap nadi prajurit kita.

Yang membanggakan adalah bersepakatnya semua elemen bangsa apakah dia bernama Pemerintah, DPR, DPD dan mayoritas rakyat Indonesia untuk mendukung penuh perkuatan alutsista TNI.  Dalam sebuah negara demokrasi dukungan  seluruh elemen kebangsaan ini merupakan sebuah ketakjuban yang luar biasa dan jarang ada.  AS saja sebagai negara demokrasi nomor satu di dunia tidak selalu seiring kata dan langkah pemerintah dengan parlemennya atau bahkan sebagian rakyatnya jika menyangkut hal ikhwal pengembangan alutsista mereka termasuk ekspor senjatanya.
Tank amfibi BMP-3F yang sudah dimiliki Marinir Indonesia
Inilah nilai plus yang membikin “angek” alias iri negara lain utamanya negara tetangga yang selama ini selalu meremehkan kekuatan militer Indonesia.  Spirit beralutsista di negeri ini tumbuh seirama dengan terusiknya harga diri kebangsaan karena bertahun-tahun menjadi pusat pelecehan teritori.  Spirit itu semakin berharga nilainya manakala pengambil keputusan di negeri ini tidak lagi berorientasi beli murni dalam setiap pengadaan alutsista.  Langkah cerdas Pemerintah adalah berupaya mengembangkan industri Hankam di dalam negeri sembari mengambil nafas transfer teknologi dari negara sahabat yang bermurah hati, misalnya Cina dan Korea Selatan.  Maka lihat saja geliat Pindad, PT DI dan PAL serta perusahaan swasta nasional seperti Lundin, Palindo, Koja Bahari dan lain-lain yang mendapat order trilyunan sekaligus memberikan lowongan dan ruang pekerjaan baru bagi ribuan sumber daya manusia di negeri ini.

Khusus untuk teritori udara jika nanti dan tak lama lagi kekuatan skuadron tempur kita sudah kedatangan berbagai jenis pesawat tempur dan menjadi kekuatan dengan 1 skuadron Sukhoi, 3 skuadron F16, 2 Skuadron F5E, 2 skuadron Hawk, 1 skuadron T-50, 1 skuadron Super Tucano, maka sebaran skuadron dan flight perlu dicermati sesuai kebutuhan dan gengsi teritori.  Pekanbaru misalnya setelah diperkuat dengan 2 skuadron jet tempur Hawk dan F16, sangat diharapkan memunculkan 1 flight Hawk atau F16 secara bergantian di bumi Aceh.  Ini yang disebut gengsi teritori disamping mengawal perbatasan karena di sebelah barat laut Sabang ada kekuatan besar yang mengintip, India.  Gengsi teritori udara itu bisa menimbulkan kewibawaan negara di mata rakyat Aceh karena deru jet tempur sehari-hari di wilayah ujung NKRI itu akan mampu memberikan kesan dan pesan kebangsaan yang kuat, bahwa kita berada dalam lindungan payung kekuatan udara.
Kesiapan armada RI di Pangkalan AL Surabaya
Sebagai contoh historis era akhir tahun 70an, ketika 1 flight jet tempur A4 Skyhawk di tempatkan di Lanud Polonia Medan, warga Medan dan Sumut merasa “tersanjung” dan bangga dengan kehadirannya yang setiap hari meraung dan melintas cepat disertai manuver lincah.  Ini menjadi tontonan sekaligus memberi ruang kebanggaan akan apa yang disebut perlindungan udara dan gengsi teritori.  Kehadiran jet tempur A4 Skyhawk di Medan selama beberapa tahun mampu memberikan nafas kelegaan karena sejatinya selama bertahun-tahun di seberang selat Malaka ada pangkalan Butterworth tempat berkumpulnya jet tempur FPDA pada waktu itu.

Maka tak salah jua jika di Biak yang sudah siap infrastruktur Lanud, Radar dan Paskhasnya ditempatkan 1 skuadron jet tempur, tak usah muluk-muluk dulu, jet tempur F5E sajalah. Dari jumlah 1 skuadron itu 1 flight jet tempur F5E bisa ditugasterbangkan di Merauke untuk kawal teritori udara yang berbatasan dengan Australia dan Papua Nugini.  Raungan mesin jet tempur di wilayah Papua diyakini akan memberikan spirit berbangsa dan kebanggaan sebagai bagian dari kampanye militer untuk selalu dan setiap saat memberikan perlindungan udara di ujung timur wilayah NKRI. Kehadiran jet tempur dan raungannya di ruang udara mampu memberikan kebanggaan dan kesan yang bergetar lebih luas pada ruang dada dan kalbu setiap warga melebihi dari ketika melihat parade Tank, Panser atau Kapal Perang. Betul tak ?

Demikian juga dengan Kupang sebagai pintu terdepan yang berhadapan dengan Dili dan Darwin sangat perlu ditempatkan 1 flight F16 sebagai bagian dari skuadron F16 Madiun. Kehadiran F16 di Kupang diniscayakan mampu memberikan nilai kewibawaan pada halaman belakang rumah kita sekaligus mengingatkan tetangga akan pengawalan teritori NKRI di sudut itu.  Seperti diketahui Darwin akan semakin ramai lalulintas militer laut dan udaranya sehubungan dengan penempatan Marinir AS disana, dan sejauh ini sangat layak kita menempatkan 1 flight F16 di NTT untuk kawal teritori udara.
Formasi jet tempur F16 TNI AU dalam serial latihan
Karena diprediksi kita akan mendapatkan 3 skuadron F16 maka selain Madiun dan Pekanbaru, wilayah lain yang pantas mendapatkan 1 skuadron F16 adalah Balikpapan yang dengan radius dan jarak tempuh F16 mampu mengawal perbatasan udara Kalimantan dan Sulawesi.  Jika 1 flight di tempatkan di Tarakan maka perlindungan udara terhadap Ambalat akan semakin cepat respons dan kuat setara.  Bagi warga masyarakat yang berada di lokasi pulau Tarakan, Bunyu, Nunukan dan Sebatik kehadiran jet tempur F16 di wilayah mereka mampu memberikan rasa bangga dan percaya diri sekaligus memupuk semangat kebangsaan.

Dengan sebaran jet tempur di lokasi yang tersebar itu termasuk di Natuna dengan 1 flight jet tempur Hawk dari Skuadron Supadio Pontianak maka secara defacto kita sudah mampu menghadirkan dan mengawal teritori udara secara penuh.  Sehingga Sukhoi di Makassar tak usah ikut-ikutan patroli udara karena jet tempur kelas berat ini bukan untuk patroli udara melainkan gelut udara kelas berat dengan ongkos terbang yang lebih mahal.  Tidak ada lagi ruang udara NKRI yang blank spot apalagi mata dan telinga yang bernama radar di Indonesia Timur sudah mampu mengcover wilayah pandang.  Dan jika itu dilengkapi dengan kemampuan intersep maka lengkaplah sudah persyaratan sebuah perlindungan simkamling, ada mata untuk melihat, ada telinga untuk mendengar dan ada tangan untuk menindak.

Spirit beralutsista dalam pita kebangsaan memang harus terus digemakan di setiap wilayah NKRI utamanya wilayah perbatasan negara.  Kita sedang berada dalam perjalanan itu.  Perkuatan alutsista TNI bukanlah untuk mengancam tetangga melainkan untuk memberikan kekuatan rasa aman dan kewibawaan teritori.  Selama ini alutsista TNI sangat jadul banget sehingga wajar jua kalau barang jadul itu diganti agar sesuai dengan perkembangan teknologi.  Negara kita ini sangat luas, negara kepulauan terbesar di dunia sekaligus pemilik teritori pantai terpanjang kedua di dunia dan pemilik ruang udara sebesar benua Eropa.  Sangat wajar dong jika RI memiliki militer dengan alutsista yang gahar karena rumah kami rumah yang besar, rumah gadang dengan sejuta pesonanya, dengan sumber alamnya yang melimpah.  Belum lagi posisi ini jika dikaitkan dengan dinamika Laut Cina Selatan. Rumah yang besar itu sangat pantas dijaga herder karana tetangga kiri kanan pun sudah menyiapkan herder jauh-jauh hari sebelumnya dan kita tak protes tuh.  Iya kan ?

Indonesia Ambisi Miliki 12 Kapal Selam


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) bersama Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, (kiri), Menteri Perindustrian MS Hidayat (tengah) memimpin Sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di Jakarta, Rabu (29/8). Agenda sidang antara lain membahas peralatan pertahanan dan keamanan, rencana kebijakan pembangunan jaringan industri pertahanan, serta pengadaan tiga kapal selam dari Korea Selatan. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/pd/12)

29 Agustus 2012, Jakarta: Indonesia memerlukan lebih dari 10 kapal selam untuk menjaga kedaulatan negara yang dua pertiganya adalah air. Dalam perhitungan Kementerian Pertahanan, Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan cukup banyak kapal selam. “Menurut perhitungan, kita itu negara kepulauan, dua pertiga negara kita itu air. Itu perlu dijaga oleh kapal selam yang jumlahnya cukup banyak, lebih dari 10 kapal selam,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai memimpin Sidang Ketujuh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (29/8).

Menurut Menhan, dalam waktu dekat Indonesia akan menerima tiga kapal selama sehingga menjadi lima kapal selama dari dua yang selama ini dimiliki. "Dua kapal selam sudah punya, dan ditambah tiga yang saat ini sedang dibuat di Korea Selatan."

Menhan berharap tiga kapal selam yang pembuatannya sudah dikontrak dengan Korea Selatan itu salah satunya bisa dibuat di Tanah Air. “Cita-cita kita (kapal selam) yang pertama dibuat di Korea. Yang kedua dibuat di Korea tapi bertahap kadar Indonesia sudah mulai meningkat. Dan, kemudian cita-cita kita yang ketiga itu dibuat di Indonesia yaitu di PT PAL,” kata Menhan.

Purnomo mengatakan semua proses transfer teknologi dilakukan bertahap. Apalagi, kata Menhan, pembangunan kapal selam kita belum bisa membangun kapal selam.

Sidang KKIP ini membahas dua agenda yaitu penyampaian Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan keamanan serta Rencana Kebijakan Pembangunan Network Industri Pertahanan. Agenda kedua adalah penyampaian tentang Penguasaan Teknologi Pembangunan Kapal Selam melalui pengadaan tiga kapal selam dari Korea Selatan.

Sidang ini diakhiri dengan penandatangan Cetak Biru Riset Produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan, yang rencananya disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Merdeka, Bandung, Kamis (30/8).

Hadir dalam sidang KKIP ini, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsuddin serta pejabat yang mewakili Kementerian BUMN, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mabes Polri.

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan kapal selam adalah produk yang sangat high technology (teknologi tinggi) dan hanya dimiliki oleh negara-negara yang mempunyai kemampuan teknologi seperti Korea Selatan dan Jerman.

Menurut Hidayat, Indonesia bertekad melakukan program kemandirian membuat kapal selam, meskipun tidak bisa dilakukan sekaligus. "Ini adalah suatu proses pembelian tetapi dengan suatu konten dalam suatu tahapan tertentu kita menguasai teknologi itu tahap demi tahap," kata MS Hidayat.

Menurut Hidayat, Indonesia membutuhkan dalam jangka panjang, 10-12 kapal selam. Ketiga kapal selam yang saat ini sedang dibuat di Korea, menurut Hidayat, membeli sambil membuat, dan nanti pada tahapnya kapal selam keempat dan berikutnya diharapkan bisa dilakukan di Indonesia. “Tentu itu membutuhkan suatu pengerahan sekian banyak kaum intelektual yang dididik untuk itu,” katanya.

Panglima TNI: Indonesia Harus Segera Kuasai Teknologi Membangun Kapal Selam

Panglima Tentara Nasional Indonesia, Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan untuk membuat kapal selam perlu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan bisa dikejar cepat, tapi pengalaman itu yang memerlukan waktu yang sedikit panjang.

Oleh karena itu, proses transfer teknologi di Korea diharapkan akan memberikan bekal pengalaman untuk membangun kapal selam. “Harapan itu harus kita rebut. Memang tidak mungkin kita datang, belajar tanpa ikut terlibat langsung membangun kapal selam. Itu sangat tidak mungkin,” kata Panglima TNI usai mengikuti sidang ketujuh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (29/8).

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut ini mengatakan, para ahli tidak hanya sekadar menguasai teknologinya saja, namun juga harus dilibatkan langsung dalam membangun kapal selamnya agar mendapatkan pengalaman. “Kalau teknologi di dalamnya dan sebagainya, itu mudah dikuasai oleh para ahli kita. Tetapi pengalaman itu sulit didapat kalau tidak terlibat langsung di dalam membangun,” katanya lagi.

Terkait pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan, proses pengadaan kapal selam sudah melewati saringan-saringan, baik dari sisi teknis administrasi maupun dari segi regulasi.

Wamenhan menyatakan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) apa pun sudah memenuhi mekanisme dan prosedur, baik itu yang bertumpu pada Peraturan Presiden hingga Peraturan Menteri Pertahanan. Selain juga bertumpu kepada keinginan pengguna.

Namun, yang terpenting adalah bertumpu kepada kebijakan pemerintah. “Kebijakan pemerintah adalah memperhatikan program jangka panjang akan perlunya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri,” kata Sjafrie Sjamsoeddin.

Sumber: JURNAS

Perwira Siswa TNI AL Kunjungi Korps Marinir


Seorang prajurit Korps Marinir menjelaskan kepada Pasis TNI AL tentang kesenjataan yang dimiliki Korps Marinir saat mengunjungi Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Rabu, (29/8). Kunjungan ini dalam rangka mendapatkan pembekalan wawasan dan pengetahuan kematraan guna meningkatkan jiwa serta semangat integrasi, selain itu juga sebagai sarana memantapkan sikap dan perilaku sebagai prajurit matra laut. (Foto: ANTARA/Kuwadi/ed/pd/12)

29 Agustus 2012, Surabaya: Sebanyak 41 perwira siswa (pasis) PA PK Angkatan XIX-2012 yang terdiri dari 22 Pasis Korps Kesehatan dan 19 Pasis Korps Khusus, Rabu, mengunjungi Pasmar-1.

Kedatangan para pasis di Trian Sutedi Sena Putra, Bhumi Marinir, Karang Pilang, Surabaya itu untuk pembekalan dan pengenalan berbagai macam kendaraan tempur serta kesenjataan yang dimiliki Korps Marinir.

Dalam sambutan yang dibacakan oleh Aspers Pasmar-1 Kolonel Marinir Daru Sukendar, Komandan Pasmar-1 Kolonel Marinir R. Gatot Suprapto mengatakan, Pasis Dikma PK merupakan calon perwira TNI AL yang perlu mendapat pembekalan wawasan dan pengetahuan kematraan.

"Pembekalan itu untuk meningkatkan jiwa serta semangat integrasi, sekaligus sebagai sarana memantapkan sikap dan perilaku sebagai prajurit matra laut," katanya.

Selain itu, kunjungan ini merupakan salah satu metode dalam rangka peningkatan wawasan dan pemahaman prajurit matra laut secara utuh.

Dalam kunjungan tersebut, para pasis sangat antusias saat diputarkan film profil Korps Marinir yang menjelaskan mulai susunan organisasi, kesenjataan-kesenjataan yang dimiliki Korps Marinir sampai dengan kiprah prajurit Marinir dalam berbagai penugasan baik di dalam maupun di luar negeri.

Para Pasis juga diberi kesempatan melihat secara langsung berbagai macam material tempur Korps Marinir yang berada di bawah jajaran Pasmar-1.

Menanggapi pengenalan itu, seorang pasis Letda Laut (KH) Elvin Novianto S.Kom mengaku kunjungan ke Pasmar-1 merupakan kunjungan yang paling berkesan.

"Itu karena untuk pertama kalinya, saya dapat melihat berbagai macam material tempur yang belum pernah saya lihat, apalagi dapat memegang secara langsung senjata-senjata tersebut," katanya.

Dalam acara tersebut, tampak hadir pula para Komandan Satlak dan Perwira Staf di bawah jajaran Kolak/Satlak Pasmar-1.

Sumber: ANTARA Jatim