Kamis, 29 November 2012

Teknologi Nuklir Dibutuhkan untuk Ketahanan Pangan


Terbukti Mampu Ciptakan Produk Unggulan

Krisis ketersediaan pangan telah menjadi permasalahan global dan juga berpengaruh di tingkat nasional. Bahkan krisis pangan menyebabkan negara harus mengimpor kebutuhan pangan dalam jumlah besar, untuk menjamin ketersediaan pangan nasional.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), selama bulan Januari-Juni 2011, impor pangan Indonesia mencapai 11,33 juta ton dengan nilai US$ 5,36 miliar atau kurang lebih Rp 45 triliun. Barang impor mulai dari beras, jagung, terigu, gula garam, telur, ayam, daging sapi, singkong, bawang merah, cabai hingga buah-buahan.

Adapun data impor pangan selama Januari-Maret 2012 dari Pelindo II cabang Tanjung Priok menunjukkan impor beras sebanyak 330.539 ton, jagung 33.700 ton, tapioka 7.422 ton, gandum 546.932 ton dan garam 25.400 ton.

“Teknologi nuklir untuk pangan saat itu dirasakan sangat besar manfaatnya untuk menjawab solusi masalah ketahanan pangan,” kata Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dalam Executive Forum ‘Nuklir untuk Pangan’, di Jakarta.

Menurutnya, pemanfaatan teknologi nuklir tidak melulu untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan senjata nuklir. Buktinya, Batan telah menghasilkan benih padi varietas unggul dengan teknologi mutasi radiasi yang lebih murah, cepat dipanen, tahan lama dan enak rasanya.

Ketua Umum Tani Nelayan, Winarno Tohir, mengakui hasil teknologi nuklir untuk produk pangan, seperti benih padi Mirah. Belum lagi pemuliaan kedelai Mutiara I yang dikembangkan dalam skala besar.

“Kami sangat membutuhkan teknologi nuklir ini karena hasil panennya cukup menjanjikan, Sayangnya, teknologi nuklir ini belum mampu menjawab ketersediaan pangan. Terbukti, sebagian besar kebutuhan pangan kita hasil impor. Mulai bawang, beras, jagung, terigu, gula, garam, telur, ayam, daging sapi, singkong, cabai, hingga buah-buahan. Kita harus bisa menghentikan ketergantungan pangan ini melalui teknologi nuklir,” kata Tohir. @hidayat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar