LRSVM Selfpropelled Multitube Modular Rocket Launcher produksi Serbia. (Foto: vti)
13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.
“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).
Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.
Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.
“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.
Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar
Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)
Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Sumber: Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar