Oleh: Kapten Laut (P) Heri Oktavian, Kadiv Komunikasi KRI Cakra-401
1. Umum
Dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional kapal selam TNI AL baik yang terkait dengan kesiapan material maupun personel, dibutuhkan fasilitas pendukung yang memadai dan memenuhi standar minimal kebutuhan pangkalan induk bagi satuan operasional. Dengan jumlah unsur kapal selam TNI AL yang sangat minim saat ini dan dengan jumlah awak yang telah melebihi DSP, maka merupakan hal yang sulit bagi satuan pengguna untuk mempertahankan kesiapan dan tingkat profesionalisme prajurit dan Alutsista pada kondisi yang prima. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi kemampuan TNI AL dalam mewujudlkan daya tangkal di kawasan regional, mengingat kapal selam merupakan salah satu Alutsista strategis yang dimiliki oleh TNI AL. Dengan minimnya jam layar yang dimiliki oleh para prajurit pengawak kapal selam dapat berdampak negatif pada skill, kemampuan perorangan, naluri tempur dan rasa percaya diri prajurit dalam mengawaki kapal selam. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan berbagai fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhan prajurit dan material alutsista dalam mempertahankan kesiapannya baik di bidang material maupun personel. Apabila kesiapan material alutsista didukung dengan tingkat kecakapan para pengawaknya dapat terjaga dengan baik maka hal ini tentu akan memberikan dampak penangkalan yang tinggi dan menjadikan TNI AL lebih disegani baik oleh kawan maupun lawan.
2. Kebutuhan Fasilitas Pendukung Kapal Selam
Pengadaan kapal selam baru sangat perlu dilaksanakan mengingat usia kapal selam 209/1300 yang telah mencapai usia ± 30 tahun guna mendukung kesiapan dan kemampuan tempur Satuan Kapal Selam pada khususnya dan TNI AL pada umumnya. Namun demikian, pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan awak kapal selam dapat tetap terjaga. Adapun beberapa kebutuhan fasilitas pendukung kapal selam yang juga dimiliki oleh negara lain pengguna kapal selam saat ini antara lain :
a. Fasilitas Latihan Penyelamatan Diri dari Kapal Selam (Escape Training Facility)
Salah satu fasilitas pendukung yang diharapkan ada di pangkalan kapal selam adalah fasilitas escape training yang memenuhi standar internasional, berupa:
1) Kolam renang, digunakan untuk warming up sebelum masuk ke diving tank.
2) Diving tank yang diharapkan mempunyai kedalaman 30 m yang dibagi atas 3 bagian, dengan rincian sebagai berikut :
(a) 10 m pertama, digunakan pada latihan pertama tanpa mengunakan escape suit untuk memudahkan mempraktekkan teori yang diterima di dalam kelas.
(b) 20 m kedua, digunakan pada sesi latihan kedua dengan menggunakan escape suit. Latihan ini dimaksudkan untuk familiarisasi peralatan escape suit.
(c) 30 m ketiga, digunakan pada latihan sesi terakhir. Latihan ini dimaksudkan untuk melaksanakan free escape mendekati keadaan yang sebenarnya.
3) Lift atau tangga sebagai jalan menuju ketinggian yang diinginkan.
4) Pressurized chamber sebagai sarana pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan pada saat latihan.
b. Fasilitas Latihan Keterampilan Awak Kapal Selam
Dalam melaksanakan suatu latihan tanpa menggunakan alutsista sesungguhnya, simulator merupakan salah satu wahana yang paling mendekati keadaan alutsista sesungguhnya karena simulator merupakan replika dari alutsista yang sesungguhnya. Beberapa contoh simulator untuk pelatihan awak kapal selam adalah sebagai berikut:
1) Sonar Trainer
Sonar Trainer merupakan salah satu jenis simulator yang dilaksanakan dalam sebuah laboratorium yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan juru sonar kapal selam dalam melaksanakan: pendeteksian gelombang akustik yang diterima oleh sonar kapal, memperbanyak pengetahuan akan gelombang akustik yang dikeluarkan oleh baling-baling kapal dan mengasah kemampuan dalam melaksanakan Turn Count. Sonar Trainer dapat memberikan:
a) Pelatihan kepada operator sonar tentang segala aspek operasi sonar termasuk deteksi, klasifikasi dan penentuan lokasi sasaran.
b) Beragam jenis sistem akustik: Aktif/Pasif, Hull Mounted Sonar, Variable Depth Sonar, Towed Array Sonar, Flank Array Sonar dan Mine Detection Sonar.
c) Pelatihan yang akurat berdasarkan simulasi nyata dan signal akustik yang sesungguhnya seperti: Signal Propagasi Suara, Echo sasaran aktif, Analisa Broadband dan Narrowband, transmisi sonar aktif sasaran, Ambient Noise dan Own Noise.
2) Submarine Tactical/CIC Trainer
Submarine Tactical/CIC Trainer adalah sebuah simulator yang bertujuan untuk pelatihan manuver kapal selam dan menyiapkan para operator sewaco dalam menguasai fungsi-fungsi dasar dari pesawat yang diawakinya. Secara garis besar, simulator ini ditujukan untuk para pengawak Pusat Informasi Tempur.
Gambaran umum Submarine Tactical/CIC Simulator adalah sebagai berikut:
Simulator ini akan terdiri atas empat Table Screen Console, empat Manu-Screen Console, satu Instructor Console dan satu Plotting Table.
Pada Instructor Console akan terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu:
a) Menjalankan sistem yang akan memberikan beberapa pilihan konfigurasi, diantaranya:
(1) Pemilihan sonar.
Pada konfigurasi ini akan diberikan pilihan penggunaan sonar array, seperti: Hull Mounted Sonar, Hull Mounted Sonar dan Towed Array Sonar, Hull Mounted Sonar dan Flank Array Sonar atau ketiganya.
(2) Konfigurasi standar.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih Command Team, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console, yang bertujuan untuk menunjukkan dan menampilkan situasi taktis.
(b) TMA Console, yang bertujuan untuk mencari dan menentukan data sasaran.
(c) Steering Console, yang bertujuan untuk melatih juru mudi dalam mengendalikan gerakan kapal.
(d) Radar/ESM Console, yang bertujan untuk melatih juru Radar/ESM.
(e) Periskop
(f) Sistem peringatan akan transmisi sonar lawan dan pendeteksian sasaran yang mendekat.
(3) Konfigurasi dua kapal selam.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih para perwira jaga dan divisi jaganya dalam memanuverkan kapal, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console.
(b) TMA Console.
(c) Sonar Console.
(d) Periskop. Menggunakan sebuah joystick dengan pembesaran 1 s.d 12, menghasilkan baringan benar dan baringan relatif, mengirimkan target mark ke TMA serta memiliki sensitifitas terhadap cuaca.
(4) Konfigurasi TMA.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih operator TMA dalam menganalisa data sasaran.
b) Mengatur database sasaran, kapal sendiri, sensor dan persenjataan.
c) Menyiapkan skenario yang dengan beberapa parameter termasuk pemilihan sasaran, cuaca, profil sound velocity dan daerah latihan.
d) Menyimpan sesi latihan sebagai bahan kaji ulang.
3) Diving Simulator
Diving Simulator adalah suatu unit simulator yang dapat sebagai wahana simulasi dalam menyelamkan kapal selam ke kedalaman tertentu dan menimbulkan kapal selam setelah menyelam. Dengan adanya Submarine Control Simulator ini diharapkan profesionalisme awak kapal selam, khususnya korps teknik, dapat tetap terjaga.
Diving Simulator di desain sebagai Engineering Monitoring and Control System kapal selam yang terdiri atas pelatihan:
a) Trim and compensating, kontrol kedalaman kapal selam.
b) Pengaturan seluruh sistem pendorongan pada saat linla maupun pada saat peran.
c) Pengaturan sistem snorkle.
d) Udara bertekanan dan tanki pemberat.
e) Monitoring udara dalam kapal dan sistem Bib’s.
f) Duduk dasar.
g) Peran kebakaran dan kedaruratan
h) Peran kebocoran; simulasi tergenangnya kompartemen dan koreksi trim.
i) Mengatasi kerusakan sistem pendorongan.
j) Mengatasi kerusakan sistem bantu.
k) Mengatasi kerusakan sistem kelistrikan.
l) Peran kemudi macet dan penggunaan kemudi darurat.
Tingkat keterampilan ini dapat dimulai dari latihan untuk pengawak baru, pengawak lama dan kombinasi pengawak lama dan baru.
Diving Simulator terbagi atas 2 (dua) bagian, instruktur dan pelaku. Dengan operator yang berpengalaman, latihan prosedur kedaruratan standar dapat dilaksanakan senyata mungkin dengan kejadian sesungguhnya, karena simulator ini merupakan replika dari Ruang Kontrol Teknik kapal selam yang sesungguhnya yang dilengkapi dengan sistem hidolik untuk menggerakkan simulator ini dengan sudut elevasi sampai dengan 450 atas bawah dan rolling 300, sistem platform kapal, sistem selam timbul kapal dan noise-noise yang ada di kapal selam.
4) Damage Control Trainer/Simulator
Simulator ini merupakan simulator yang ditujukan untuk pelatihan dalam mengatasi kedaruratan di kapal selam, kebakaran dan kebocoran. Keseluruhan interior di dalam simulator menggambarkan situasi di dalam kapal selam. Simulator ini digerakkan oleh sistem hidrolik. Beberapa jenis kedaruratan seperti kebocoran pipa, kebocoran lambung, rembesan air laut dari pintu batere dan kebocoran pipa tekanan tinggi dapat disimulasikan di simulator ini. Simulator ini dilengkapi dengan peralatan keselamatan untuk menjamin keamanan para pelaku latihan. Fasilitas simulator ini menyajikan skenario latihan yang hampir nyata yang akan dihadapi para awak kapal selam di laut. Diharapkan dengan menggunakan simulator ini, para awak kapal selam dapat dengan sigap mengatasi kedaruratan di kapal selam selama kapal berlayar.
5) Fasilitas Stasion Bantu
Stasion Bantu yang ada saat ini didirikan pada tahun 1966 untuk mendukung kapal selam kelas Whiskey. Dan sejak kedatangan kapal selam 209/1300, dilaksanakan penambahan sarana dan prasarana untuk mendukung kapal selam German-build ini. Sehingga pada saat ini, sarana yang ada di Sionban digunakan hanya untuk mendukung 2 (dua) kapal selam 209/1300, namun demikian dengan kondisi sekarang Sionban masih mampu untuk mendukung kapal selam baru dengan penambahan peralatan, antara lain:
a) Penambahan omvomer untuk menunjang kelistrikan di dermaga kapal selam.
b) Penambahan kompresor udara bertekanan tinggi (minimal berkekuatan 720 rpm dan input 380 V/50Hz/32 A/3 fase).
c) Penambahan rectifier maupun omvomer untuk pelaksanaan pengisian batere.
d) Penambahan pesawat Demineralization Plant/Destilat untuk pembuatan air suling (minimal dapat menghasilkan air suling sebanyak 1m3 /jam dan tanki untuk menampung air suling.
e) Penambahan pesawat untuk pelaksanaan pengosongan batere (minimal berkekuatan power 250 V DC 2200 Ampere).
6) Fasilitas Sandar / Dermaga
Berdasarkan operational requirements dan technical specification dari rencana pengadaan kapal selam baru bagi TNI AL, kondisi fasilitas sandar di pangkalan Surabaya masih memungkinkan untuk pelaksanaan manuver kapal selam baru dengan beberapa penyempurnaan, diantaranya:
a) Kedalaman area keluar masuk kolam sampai dengan dermaga perlu dilaksanakan pengerukan.
b) 2 ponton (ex Kilo) untuk akomodasi sandar perlu perbaikan.
c) Fasilitas dermaga sandar mencukupi dengan bobot dermaga minimal 2000 ton.
d) Jika pengadaan 2 kapal selam, dermaga yang digunakan adalah dermaga dok Lawang timur dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam 209/1300 kelas Cakra dan dermaga dok Lawang barat atau dermaga dok Yogya timur dan dermaga dok Yogya barat dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam baru. Selain itu, alternatif dermaga yang bisa digunakan adalah dermaga Jepara timur (Satrol) dengan lebar dari dermaga dok Yogya barat kurang lebih 25 m dan dermaga Halong barat (Satran) dengan lebar dari dermaga dok Lawang timur kurang lebih 80 m.
e) Kedalaman dan ruang untuk bermanuvra di dermaga mencukupi (rata-rata 7 m pada surut terendah).
f) Penambahan suar penuntun dan pelurus sebagai sarana penunjang kapal selam saat keluar/masuk kolam.
g) Perlunya penambahan kompresor UTT untuk menggantikan kompresor UTT lama yang ada saat ini.
h) Perlunya pemnambahan bobot crane di dermaga dari 3 ton menjadi 5 ton dan perpanjangan lengan crane dari 3 m menjadi 6 m untuk pelaksanaan loading/unloading torpedo secara mandiri.
7) Fasilitas Kapal Tender dan SAR Kapal Selam
Sejak era kapal tender kapal selam RI Ratulangi, praktis kapal selam 209/1300 saat ini tidak lagi memiliki kapal tender yang berimbas pada berkurangnya kemampuan kehadiran kapal selam di laut. Diharapkan keberadaan kapal tender kapal selam yang memiliki kemampuan:
a) Loading/unloading persenjataan kapal selam.
b) Pengisian batere kapal selam.
c) Pengisian air suling.
d) Bekal ulang.
d) SAR kapal selam.
c. Fasilitas Bantu Lainnya
Selain fasilitas pendukung yang telah disebutkan diatas, fasilitas tambahan yang juga perlu diadakan untuk awak kapal selam yaitu:
a) Ruang ABK
Saat ini, dengan 2 (dua) unsur yang ada, Satuan Kapal Selam memiliki gedung ABK yang merupaka hibah dari PT PAL. Gedung dua lantai tersebut di bagi menjadi dua bagian, yaitu ruang KRI Cakra-401 dan ruang KRI Nanggala-402. Lantai dasar digunakan sebagai ruang kantor perwira kapal dan lantai dua dijadikan sebagai messing ABK.
Dengan pengadaan kapal selam baru, diharapkan fasilitas messing ABK juga dipersiapkan.
b) Workshop
Gedung yang dimiliki oleh Satuan Kapal Selam saat ini (Gedung Nagabanda) selain dimanfaatkan untuk perkantoran dan messing, juga dimanfaatkan sebagai sarana olahraga Badminton, Basket, perbengkelan dan mushola. Dengan pengadaan gedung baru, fasilitas simulator dibagun dapat dibangun berdampingan dengan perkantoran.
3. Kesimpulan
Pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan tempur awak kapal selam dapat tetap terjaga.
Dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional kapal selam TNI AL baik yang terkait dengan kesiapan material maupun personel, dibutuhkan fasilitas pendukung yang memadai dan memenuhi standar minimal kebutuhan pangkalan induk bagi satuan operasional. Dengan jumlah unsur kapal selam TNI AL yang sangat minim saat ini dan dengan jumlah awak yang telah melebihi DSP, maka merupakan hal yang sulit bagi satuan pengguna untuk mempertahankan kesiapan dan tingkat profesionalisme prajurit dan Alutsista pada kondisi yang prima. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi kemampuan TNI AL dalam mewujudlkan daya tangkal di kawasan regional, mengingat kapal selam merupakan salah satu Alutsista strategis yang dimiliki oleh TNI AL. Dengan minimnya jam layar yang dimiliki oleh para prajurit pengawak kapal selam dapat berdampak negatif pada skill, kemampuan perorangan, naluri tempur dan rasa percaya diri prajurit dalam mengawaki kapal selam. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan berbagai fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhan prajurit dan material alutsista dalam mempertahankan kesiapannya baik di bidang material maupun personel. Apabila kesiapan material alutsista didukung dengan tingkat kecakapan para pengawaknya dapat terjaga dengan baik maka hal ini tentu akan memberikan dampak penangkalan yang tinggi dan menjadikan TNI AL lebih disegani baik oleh kawan maupun lawan.
2. Kebutuhan Fasilitas Pendukung Kapal Selam
Pengadaan kapal selam baru sangat perlu dilaksanakan mengingat usia kapal selam 209/1300 yang telah mencapai usia ± 30 tahun guna mendukung kesiapan dan kemampuan tempur Satuan Kapal Selam pada khususnya dan TNI AL pada umumnya. Namun demikian, pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan awak kapal selam dapat tetap terjaga. Adapun beberapa kebutuhan fasilitas pendukung kapal selam yang juga dimiliki oleh negara lain pengguna kapal selam saat ini antara lain :
a. Fasilitas Latihan Penyelamatan Diri dari Kapal Selam (Escape Training Facility)
Salah satu fasilitas pendukung yang diharapkan ada di pangkalan kapal selam adalah fasilitas escape training yang memenuhi standar internasional, berupa:
1) Kolam renang, digunakan untuk warming up sebelum masuk ke diving tank.
2) Diving tank yang diharapkan mempunyai kedalaman 30 m yang dibagi atas 3 bagian, dengan rincian sebagai berikut :
(a) 10 m pertama, digunakan pada latihan pertama tanpa mengunakan escape suit untuk memudahkan mempraktekkan teori yang diterima di dalam kelas.
(b) 20 m kedua, digunakan pada sesi latihan kedua dengan menggunakan escape suit. Latihan ini dimaksudkan untuk familiarisasi peralatan escape suit.
(c) 30 m ketiga, digunakan pada latihan sesi terakhir. Latihan ini dimaksudkan untuk melaksanakan free escape mendekati keadaan yang sebenarnya.
3) Lift atau tangga sebagai jalan menuju ketinggian yang diinginkan.
4) Pressurized chamber sebagai sarana pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan pada saat latihan.
b. Fasilitas Latihan Keterampilan Awak Kapal Selam
Dalam melaksanakan suatu latihan tanpa menggunakan alutsista sesungguhnya, simulator merupakan salah satu wahana yang paling mendekati keadaan alutsista sesungguhnya karena simulator merupakan replika dari alutsista yang sesungguhnya. Beberapa contoh simulator untuk pelatihan awak kapal selam adalah sebagai berikut:
1) Sonar Trainer
Sonar Trainer merupakan salah satu jenis simulator yang dilaksanakan dalam sebuah laboratorium yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan juru sonar kapal selam dalam melaksanakan: pendeteksian gelombang akustik yang diterima oleh sonar kapal, memperbanyak pengetahuan akan gelombang akustik yang dikeluarkan oleh baling-baling kapal dan mengasah kemampuan dalam melaksanakan Turn Count. Sonar Trainer dapat memberikan:
a) Pelatihan kepada operator sonar tentang segala aspek operasi sonar termasuk deteksi, klasifikasi dan penentuan lokasi sasaran.
b) Beragam jenis sistem akustik: Aktif/Pasif, Hull Mounted Sonar, Variable Depth Sonar, Towed Array Sonar, Flank Array Sonar dan Mine Detection Sonar.
c) Pelatihan yang akurat berdasarkan simulasi nyata dan signal akustik yang sesungguhnya seperti: Signal Propagasi Suara, Echo sasaran aktif, Analisa Broadband dan Narrowband, transmisi sonar aktif sasaran, Ambient Noise dan Own Noise.
2) Submarine Tactical/CIC Trainer
Submarine Tactical/CIC Trainer adalah sebuah simulator yang bertujuan untuk pelatihan manuver kapal selam dan menyiapkan para operator sewaco dalam menguasai fungsi-fungsi dasar dari pesawat yang diawakinya. Secara garis besar, simulator ini ditujukan untuk para pengawak Pusat Informasi Tempur.
Gambaran umum Submarine Tactical/CIC Simulator adalah sebagai berikut:
Simulator ini akan terdiri atas empat Table Screen Console, empat Manu-Screen Console, satu Instructor Console dan satu Plotting Table.
Pada Instructor Console akan terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu:
a) Menjalankan sistem yang akan memberikan beberapa pilihan konfigurasi, diantaranya:
(1) Pemilihan sonar.
Pada konfigurasi ini akan diberikan pilihan penggunaan sonar array, seperti: Hull Mounted Sonar, Hull Mounted Sonar dan Towed Array Sonar, Hull Mounted Sonar dan Flank Array Sonar atau ketiganya.
(2) Konfigurasi standar.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih Command Team, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console, yang bertujuan untuk menunjukkan dan menampilkan situasi taktis.
(b) TMA Console, yang bertujuan untuk mencari dan menentukan data sasaran.
(c) Steering Console, yang bertujuan untuk melatih juru mudi dalam mengendalikan gerakan kapal.
(d) Radar/ESM Console, yang bertujan untuk melatih juru Radar/ESM.
(e) Periskop
(f) Sistem peringatan akan transmisi sonar lawan dan pendeteksian sasaran yang mendekat.
(3) Konfigurasi dua kapal selam.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih para perwira jaga dan divisi jaganya dalam memanuverkan kapal, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console.
(b) TMA Console.
(c) Sonar Console.
(d) Periskop. Menggunakan sebuah joystick dengan pembesaran 1 s.d 12, menghasilkan baringan benar dan baringan relatif, mengirimkan target mark ke TMA serta memiliki sensitifitas terhadap cuaca.
(4) Konfigurasi TMA.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih operator TMA dalam menganalisa data sasaran.
b) Mengatur database sasaran, kapal sendiri, sensor dan persenjataan.
c) Menyiapkan skenario yang dengan beberapa parameter termasuk pemilihan sasaran, cuaca, profil sound velocity dan daerah latihan.
d) Menyimpan sesi latihan sebagai bahan kaji ulang.
3) Diving Simulator
Diving Simulator adalah suatu unit simulator yang dapat sebagai wahana simulasi dalam menyelamkan kapal selam ke kedalaman tertentu dan menimbulkan kapal selam setelah menyelam. Dengan adanya Submarine Control Simulator ini diharapkan profesionalisme awak kapal selam, khususnya korps teknik, dapat tetap terjaga.
Diving Simulator di desain sebagai Engineering Monitoring and Control System kapal selam yang terdiri atas pelatihan:
a) Trim and compensating, kontrol kedalaman kapal selam.
b) Pengaturan seluruh sistem pendorongan pada saat linla maupun pada saat peran.
c) Pengaturan sistem snorkle.
d) Udara bertekanan dan tanki pemberat.
e) Monitoring udara dalam kapal dan sistem Bib’s.
f) Duduk dasar.
g) Peran kebakaran dan kedaruratan
h) Peran kebocoran; simulasi tergenangnya kompartemen dan koreksi trim.
i) Mengatasi kerusakan sistem pendorongan.
j) Mengatasi kerusakan sistem bantu.
k) Mengatasi kerusakan sistem kelistrikan.
l) Peran kemudi macet dan penggunaan kemudi darurat.
Tingkat keterampilan ini dapat dimulai dari latihan untuk pengawak baru, pengawak lama dan kombinasi pengawak lama dan baru.
Diving Simulator terbagi atas 2 (dua) bagian, instruktur dan pelaku. Dengan operator yang berpengalaman, latihan prosedur kedaruratan standar dapat dilaksanakan senyata mungkin dengan kejadian sesungguhnya, karena simulator ini merupakan replika dari Ruang Kontrol Teknik kapal selam yang sesungguhnya yang dilengkapi dengan sistem hidolik untuk menggerakkan simulator ini dengan sudut elevasi sampai dengan 450 atas bawah dan rolling 300, sistem platform kapal, sistem selam timbul kapal dan noise-noise yang ada di kapal selam.
4) Damage Control Trainer/Simulator
Simulator ini merupakan simulator yang ditujukan untuk pelatihan dalam mengatasi kedaruratan di kapal selam, kebakaran dan kebocoran. Keseluruhan interior di dalam simulator menggambarkan situasi di dalam kapal selam. Simulator ini digerakkan oleh sistem hidrolik. Beberapa jenis kedaruratan seperti kebocoran pipa, kebocoran lambung, rembesan air laut dari pintu batere dan kebocoran pipa tekanan tinggi dapat disimulasikan di simulator ini. Simulator ini dilengkapi dengan peralatan keselamatan untuk menjamin keamanan para pelaku latihan. Fasilitas simulator ini menyajikan skenario latihan yang hampir nyata yang akan dihadapi para awak kapal selam di laut. Diharapkan dengan menggunakan simulator ini, para awak kapal selam dapat dengan sigap mengatasi kedaruratan di kapal selam selama kapal berlayar.
5) Fasilitas Stasion Bantu
Stasion Bantu yang ada saat ini didirikan pada tahun 1966 untuk mendukung kapal selam kelas Whiskey. Dan sejak kedatangan kapal selam 209/1300, dilaksanakan penambahan sarana dan prasarana untuk mendukung kapal selam German-build ini. Sehingga pada saat ini, sarana yang ada di Sionban digunakan hanya untuk mendukung 2 (dua) kapal selam 209/1300, namun demikian dengan kondisi sekarang Sionban masih mampu untuk mendukung kapal selam baru dengan penambahan peralatan, antara lain:
a) Penambahan omvomer untuk menunjang kelistrikan di dermaga kapal selam.
b) Penambahan kompresor udara bertekanan tinggi (minimal berkekuatan 720 rpm dan input 380 V/50Hz/32 A/3 fase).
c) Penambahan rectifier maupun omvomer untuk pelaksanaan pengisian batere.
d) Penambahan pesawat Demineralization Plant/Destilat untuk pembuatan air suling (minimal dapat menghasilkan air suling sebanyak 1m3 /jam dan tanki untuk menampung air suling.
e) Penambahan pesawat untuk pelaksanaan pengosongan batere (minimal berkekuatan power 250 V DC 2200 Ampere).
6) Fasilitas Sandar / Dermaga
Berdasarkan operational requirements dan technical specification dari rencana pengadaan kapal selam baru bagi TNI AL, kondisi fasilitas sandar di pangkalan Surabaya masih memungkinkan untuk pelaksanaan manuver kapal selam baru dengan beberapa penyempurnaan, diantaranya:
a) Kedalaman area keluar masuk kolam sampai dengan dermaga perlu dilaksanakan pengerukan.
b) 2 ponton (ex Kilo) untuk akomodasi sandar perlu perbaikan.
c) Fasilitas dermaga sandar mencukupi dengan bobot dermaga minimal 2000 ton.
d) Jika pengadaan 2 kapal selam, dermaga yang digunakan adalah dermaga dok Lawang timur dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam 209/1300 kelas Cakra dan dermaga dok Lawang barat atau dermaga dok Yogya timur dan dermaga dok Yogya barat dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam baru. Selain itu, alternatif dermaga yang bisa digunakan adalah dermaga Jepara timur (Satrol) dengan lebar dari dermaga dok Yogya barat kurang lebih 25 m dan dermaga Halong barat (Satran) dengan lebar dari dermaga dok Lawang timur kurang lebih 80 m.
e) Kedalaman dan ruang untuk bermanuvra di dermaga mencukupi (rata-rata 7 m pada surut terendah).
f) Penambahan suar penuntun dan pelurus sebagai sarana penunjang kapal selam saat keluar/masuk kolam.
g) Perlunya penambahan kompresor UTT untuk menggantikan kompresor UTT lama yang ada saat ini.
h) Perlunya pemnambahan bobot crane di dermaga dari 3 ton menjadi 5 ton dan perpanjangan lengan crane dari 3 m menjadi 6 m untuk pelaksanaan loading/unloading torpedo secara mandiri.
7) Fasilitas Kapal Tender dan SAR Kapal Selam
Sejak era kapal tender kapal selam RI Ratulangi, praktis kapal selam 209/1300 saat ini tidak lagi memiliki kapal tender yang berimbas pada berkurangnya kemampuan kehadiran kapal selam di laut. Diharapkan keberadaan kapal tender kapal selam yang memiliki kemampuan:
a) Loading/unloading persenjataan kapal selam.
b) Pengisian batere kapal selam.
c) Pengisian air suling.
d) Bekal ulang.
d) SAR kapal selam.
c. Fasilitas Bantu Lainnya
Selain fasilitas pendukung yang telah disebutkan diatas, fasilitas tambahan yang juga perlu diadakan untuk awak kapal selam yaitu:
a) Ruang ABK
Saat ini, dengan 2 (dua) unsur yang ada, Satuan Kapal Selam memiliki gedung ABK yang merupaka hibah dari PT PAL. Gedung dua lantai tersebut di bagi menjadi dua bagian, yaitu ruang KRI Cakra-401 dan ruang KRI Nanggala-402. Lantai dasar digunakan sebagai ruang kantor perwira kapal dan lantai dua dijadikan sebagai messing ABK.
Dengan pengadaan kapal selam baru, diharapkan fasilitas messing ABK juga dipersiapkan.
b) Workshop
Gedung yang dimiliki oleh Satuan Kapal Selam saat ini (Gedung Nagabanda) selain dimanfaatkan untuk perkantoran dan messing, juga dimanfaatkan sebagai sarana olahraga Badminton, Basket, perbengkelan dan mushola. Dengan pengadaan gedung baru, fasilitas simulator dibagun dapat dibangun berdampingan dengan perkantoran.
3. Kesimpulan
Pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan tempur awak kapal selam dapat tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar