Selasa, 23 Agustus 2011

66 Tahun Merdeka, Kemana Visi Maritim dalam Sistem Pertahanan Negara Kepulauan?

Oleh: Mayor Laut (P) Salim, Anggota Dewan Penasehat Harian TANDEF

“Bila laut merupakan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara maka laut adalah “nyawa”, lantas mampukah kita menyelamatkan nyawa kita di udara, permukaan dan dasar laut negara ini?”

Beberapa pesawat tempur asing berhasil menerobos ke ruang udara Indonesia tanpa terdeteksi secara benar dan akurat baik posisi maupun heading-nya, bahkan nyaris pendeteksian pesawat tempur tersebut sudah memasuki jantung pertahanan NKRI. Suatu hari pukul 12.00 WITA di tahun 2009 beberapa saat terdengar suara pesawat tempur meraung-raung di udara Selat Makasar, bangsa ini terbelalak tidak mengetahui dari mana pesawat itu terbang dan dari mana pesawat tempur itu berasal. Pada permukaan laut, saat ini berapa puluh bahkan ratusan nelayan asing menjarah kekayaan laut Indonesia, mampukah kita mengetahui dan mengamankan kekayaan laut kita seutuhnya?
Bahkan kerugian pun tak tanggung-tanggung jumlahnya, khususnya untuk sektor kelautan dan perikanan menimbulkan kerugian negara yang cukup besar, yang dari kerugian tersebut seandainya dibelikan kapal perang Korvet Sigma Class bisa untuk membeli hampir 100 buah KRI, wow bayangkan kekuatan kita.
( http://www.detiknews.com/read/2011/08/05/193407/1697777/10/kerugian-negara-di-sektor-perikanan-capai-rp-218-triliun )
Dari dasar lautan, mampukah kita mendeteksi kapal selam asing khususnya kapal selam AS yang duduk manis di dasar lautan Indonesia guna mengamankan Menlu AS di Bali dan persiapan kunjungan Presiden Obama ke Indonesia. Hal ini wajar karena ketika pengamanan Menlu AS maupun Presiden AS konvoi pasukan pengaman laut tidak hanya kapal induk namun terdiri dari satu Kapal induk, 2 FFG, 1 DDG dan sedikitnya 1 KS. Bila kunjungan itu jauh dari wilayah AS sudah jelas KS yang digunakan memiliki kemampuan Ballistic Missile Submarine (SSB). Ya memang, bahwasannya wilayah laut kita tidak hanya 6 juta kilometer persegi di daratannya namun laut terdiri dari udara, permukaan dan dasar laut, sudahkah kita merdeka untuk mengamankan pada tiap layer -nya?.
Sebelum Djuanda Kertawidjadja mengumandangkan: ”segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia. Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan / mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia”. Prof Dr Moh.Yamin pada tahun 1945 dengan BPUPKI menyatakan bahwa “Tanah Air Indonesia” ialah terutama daerah lautan yang mempunyai pantai yang panjang dari tanah yang terbagi atas beribu-ribu pulau. Maka ajaran Hugi Grotius soal “laut merdeka” (mare liberum) yang diakui oleh segala bangsa ketika itu tidak tepat dilaksanakan.
14 tahun yang lalu tepatnya tahun 1997 ketika baru pertama kali menginjakkan kaki di Inggris tepatnya di Porthsmouth, 2 jam menggunakan kereta dari London dan 10 menit menuju HMS Dryad Maritime Warfare Centre menggunakan taksi, terjadilah percakapan itu:
Sopir Taksi: Where are you from, Sir?
Penulis: I am from Indonesia
Sopir Taksi: Ohhhh Indonesia, I got an experience with your country. Do you know Soekarno?
Penulis: Yes I know, he is my first president, do you know him?
Sopir Taksi: I was retired from the Navy, at that time I was a crew of HMS New Castle. When we would cross the Sumbawa Strait, we heard that your President announced “HMS New Castle do not enter Sumbawa strait and proceed to leave Indonesian waters”
Penulis: So what did you do with your ship?
Sopir Taksi : We left Indonesian waters and turn back into the Australian water and leave Indonesia, and really you had a great leader Sir.
Penggalan cerita tersebut merupakan salah satu kebanggaan kita di mata dunia bahwa melalui pemimpin, kita disegani di mata dunia internasional. Bangsa ini rindu akan pemimpin yang tidak hanya mampu memimpin rakyat yang 250 juta ini, namun dengan kepemimpinan yang diemban juga mampu mengamankan wilayah yang sangat luas di antara negara-negara lain di dunia dan disegani oleh bangsa bangsa lain di dunia. Pemimpin yang memilki Ocean Leadership yang cerdas dan berwawasan global, pemimpin yang sadar bahwa negerinya adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Pemimpin yang memilki Maritime Awareness yang menyatu dengan rakyatnya yang memilki Geographical Awareness. Pemimpin yang mempunyai visi maritim yang selanjutnya tercermin dalam Ocean Policy yang komprehensif, yang akan melahirkan Vision for Marine Policy of Indonesia atau Indonesia's Oceans Policy. Pemimpin yang mampu menyatukan bahwa Tentara atau Angkatan Perang kita adalah Angkatan Perang Negara Kepulauan

Aspek Pendukung dalam Membangun Visi Maritim Negara Kepulauan
Perjuangan bangsa Indonesia yang dipelopori oleh Djuanda atas konsep wilayah laut bagi negara kepulauan telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan wilayah laut dengan disertai hak-hak serta kewenangan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu laut telah berkembang menjadi aset nasional sebagai sumber energi, sumber bahan makanan, sumber bahan farmasi, serta berperan sebagai media lintas laut antar pulau, media pertukaran sosial budaya, kawasan perdagangan dan wilayah pertahanan keamanan.
Secara fisik, antar satu budaya dan budaya lain dipisahkan oleh laut, namun dari sisi kemaritiman, pemisahan itu tidak pernah ada karena seluruh perairan yang ada di Nusantara adalah pemersatu yang mengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah. Dalam proses perkembangannya, tingkat integrasi dapat berbeda-beda baik secara geografis maupun secara politis, ekonomis, sosial, kultural dan pertahanan.
Secara geofisik, Indonesia yang diapit pertemuan dua Samudera besar, yaitu Samudera Hindia – Samudera Pasifik dan di antara dua benua yaitu Australia dan Asia serta dilalui garis Khatulistiwa memiliki kekhasan dalam berbagai aspek.
Dari kacamata politik dan strategis: secara geo-politik dan geo-strategis, letak Indonesia yang strategis ini memiliki nilai politik yang tinggi dari aspek ekonomi regional dan internasional (perdagangan dan transportasi laut), dan pertahanan keamanan kawasan maupun internasional.
Sudut pandang budaya: secara geo-budaya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beberapa keunikan budaya dari sisi pengelolaan sumberdaya, etnis, dan teknologi kelautan.
Tinjauan dari geo-ekonomi: secara ekonomi, laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya ekonomi yang bersifat dapat diperbaharui (perikanan), tidak dapat diperbaharui (pertambangan), dan jasa-jasa lingkungan (pariwisata bahari, dan industri kelautan serta perdagangan antar negara maupun antar pulau).
Mengutip R. Willliam Liddle, Profesor Ilmu Politik dari Ohio State University, menyatakan bahwa dua unsur fisik yang mendasar dalam membangun kekuatan negara adalah ekonomi dan militer. Jika sebuah negara tidak memiliki ekonomi dan / atau militer yang kuat, maka sistem pertahanannya tidak akan efektif. Berdasarkan pemikiran tersebut, muncul pertanyaan tentang seberapa besar sumbangan sumber daya laut kepada PDB nasional saat ini dan proyeksinya ke depan dalam konteks pembangunan pertahanan negara yang tangguh.
Secara ideologis: orientasi kebijakan pembangunan kelautan Indonesia memiliki dasar ideologi pembangunan berbasis laut dan tidak terpisah dengan daratan. Politik ideologi kelautan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari: ideologi negara, doktrin Wawasan Nusantara, pilihan model pembangunan yang tepat, sehingga ideologi pembangunan kelautan Indonesia diharapkan lebih memperkuat nilai-nilai nasionalisme, wawasan kebangsaan, dan pemersatu seluruh komponen bangsa yang heterogen.

Visi Maritim dalam Aspek Geo-Pertahanan
Negara maju menerapkan strategi preventif yang bertujuan menjaga human security, sedangkan negara berkembang umumnya menerapkan upaya kuratif yang bertujuan menanggulangi masalah human insecurity. Konsepsi ini menjadi dasar pemikiran di balik strategi pertahanan nasional negara-negara maju yang umumnya memiliki paradigma keluar yang bersifat internasional (outward looking) melalui usaha-usaha preventif, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Ketika Doktrin Perang gerilya tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang dan telah disampaikan oleh Presiden RI pada hari Rabu tanggal 13 Juli 2011 ( http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/13/lo9mbl-sby-saat-ini-perang-gerilnya-tak-relevan-lagi ) Pertanyaannya kemudian adalah, sistem pertahanan yang bagaimana yang relevan dengan negeri ini? 66 tahun kita telah merdeka namun ternyata masih belum menemukan sebuah doktrin perang untuk negeri yang mayoritas fisiknya adalah pulau dan lautan. Ditambah lagi dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi yang telah banyak mengubah visi suatu negara dalam memandang anatomi pelaksanaan perang.
Pasca kemerdekaan, perhatian masih bertumpu ke daratan, dengan pola pertahanan menggunakan struktur teritorial dengan membagi wilayah daratan dalam sektor pertahanan, suatu yang memang lazim dalam doktrin kontinental. Ancaman dari luar wilayah dipersepsikan bukan dihancurkan di laut ataupun di udara sebelum mencapai wilayah sendiri, tetapi di daratan wilayah kedaulatan. Bila ditelaah lebih jauh, itu berarti kekuatan laut dan udara memang sudah didisain tidak mampu menghadang laju gempuran musuh dari luar.
Sebagaimana dikatakan oleh Marsekal TNI (Purn) Cheppy Hakim dalam bukunya Angkatan Perang Negara Kepulauan bahwasanya, doktrin “menunggu di darat” sesungguhnya tidak terlalu tepat diterapkan pada masa kini bila dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia dan lebih-lebih bila dihadapkan dengan semakin “canggih”-nya kemajuan teknologi di bidang militer. Sebagai negara kepulauan yang terbuka, postur angkatan laut dan angkatan udara yang tangguh sebagai garda terdepan sudah seharusnya merupakan hal yang mutlak dimiliki. TNI AL dan TNI AU yang kuat akan mampu melakukan pencegahan dan penangkapan secara dini di lepas pantai. Dengan strategi pertahanan berlapis, ancaman musuh sudah harus bisa dihancurkan sebelum musuh itu mampu mencapai daratan, bahkan bila perlu mereka dihancurkan saat masih berada di wilayah mereka sendiri.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, bila berbicara mengenai pertahanan negara, maka secara otomatis akan menyangkut pertahanan dari satu negara kepulauan. Sebabnya sederhana, karena negara ini adalah negara kepulauan. Tidak sekedar satu negara kepulauan, akan tetapi negara kepulauan yang terbesar di muka bumi. Dengan bentuk negara kepulauan terbesar, terletak pada posisi yang sangat strategis, memiliki sumber daya alam melimpah serta berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, maka kebutuhan terhadap satu angkatan perang yang besar dan kuat tentu saja menjadi logis.
Maka dalam visi maritim negara kepulauan sudahkah para pemimpin bangsa dan pemimpin militer mengumandangkan, menyadari dan mengaplikasikan bahwa sistem pertahanan kita harus berdasarkan Pertahanan Negara Kepulauan. Oleh karena itu, membangun satu angkatan perang yang kuat atau tidak, kemudian akan sangat tergantung pada visi dan wawasan dari seorang pemimpin negara dan atau pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan pemahaman terhadap perang itu sendiri. “Perang tidak memiliki lokasi dan sasarannya sendiri. Tentara harus selalu menjadi bawahan bagi para negarawan. Pelaksanaan perang merupakan tanggung jawab dari para negarawan, karena hal tersebut menuntut sebuah pandangan yang tajam ke dalam kebijakan negara dalam hubungan yang tertinggi “ (Samuel P. Huntungton, Prajurit dan Negara, Grasindo; 2003; halaman 61).

Penutup
Akhirnya marilah kita tingkatkan jati diri bangsa dengan bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerahNya berupa Laut, Perairan dan Samudera yang luas, sinar matahari yang cukup, sumber daya laut dan darat yang melimpah, biodiversity dan cultural diversity. Semoga Negeri ini bisa berubah, memiliki visi maritim yang jelas yang dapat menyentuh setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemerdekaan dalam konteks visi maritim bagi negeri ini mempunyai makna terbebasnya bangsa Indonesia untuk mengatur, menjaga dan mengamankan wilayah ruang laut yang terdiri dari udara, permukaan dan dasar laut. Kesemuanya itu untuk keadilan dan kemakmuran sesuai dengan amanah konstitusi. Bila tidak dilaksanakan, maka selanjutnya, kemerdekan dan pemanfaatan kelautan tinggal mimpi dan hanya di angan-angan dan kita tidak bisa mengaplikasikan National Ocean Policy, Ocean Policy, Ocean Economic Policy, Ocean Governance Policy, bahkan sebagai negara kepulauan, negeri ini tidak memiliki maritime strategy dalam kontek stratifikasi doktrin yang sebenarnya.
Dari sisi keamanan, wilayah perairan Indonesia menjadi lokasi strategis sebagai lintasan pelayaran bagi armada-armada tempur negara-negara maju. Siapa yang akan menjamin bahwa perang dunia ketiga tidak akan terjadi? Jika kekuatan laut Indonesia tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, maka perairan Nusantara hanya akan menjadi “ajang Pertempuran dan korban” dari senjata-senjata nuklir kapal-kapal selam maupun kapal permukaan asing yang bisa saja tidak terdeteksi keberadaannya saat melintasi perairan Indonesia. Dan bila rakyat indonesia tidak mau mengubah, maka Kodrat Tuhan lah yang akan mengubah melalui tangan-tanganNya dengan menghadirkan Gajah Mada Baru, Soekarno Baru, Muhammad Yamin Baru, Djuanda Baru, dll, dalam membuktikan bahwa “nyawa” bangsa bahari Indonesia takkan pernah sirna tergerus jaman.
Selamat Berpuasa .... MERDEKA!!!

Kemitraan Strategis Indonesia-Prancis

Indonesia telah menjalin kemitraan strategis dengan Prancis dengan salah satu bidang kerjasama adalah industri pertahanan. Sebaliknya, Paris terkesan mencoba tidak mengeksploitasi isu penjualan sistem senjata kepada Jakarta. Mengapa demikian, bisa jadi karena keengganan Prancis mengusik dominasi Amerika Serikat di Asia Tenggara.
Fokus kerjasama bidang pertahanan pada isu industri pertahanan hendaknya dimanfaatkan oleh Indonesia dengan maksimal. Tentu saja pemanfaatan secara maksimal bisa tercapai kalau Indonesia tidak pelit mengeluarkan uang. Jakarta jangan bertingkah bak jurangan yang ongkang-ongkang kaki saja mau menerima hasil tanpa kerja keras.
Tidak diragukan bahwa Prancis menguasai berbagai teknologi maju di bidang pertahanan.  Tetapi harus diingat pula bahwa Paris tidak akan dengan mudah "melepas" teknologi itu kepada Indonesia, sebab Prancis terikat dengan sejumlah perjanjian soal teknologi dengan NATO dan Amerika Serikat. Walaupun demikian, tetap saja ada peluang untuk memanfaatkan kerjasama di bidang industri pertahanan, dengan catatan Jakarta jangan lagi mengulangi kesalahan soal mencontek kendaraan APC VAB yang membuat Paris kecewa.
Terkait dengan Angkatan Laut, Prancis menguasai dengan baik teknologi pembuatan kapal LPD dan sejenisnya. Indonesia yang belajar dari Korea Selatan soal pembuatan kapal LPD dan sejenisnya sebaiknya menimba ilmu pula dari Prancis soal itu. Dengan demikian, dapat membandingkan apa saja keunggulan dan kekurangan dari teknologi kedua negara tersebut. Dari situ bisa diambil hal-hal yang menguntungkan bagi Indonesia untuk desain rancang bangun kapal LPD di masa depan, misalnya kapal LPD dengan tonase yang  jauh lebih besar daripada yang saat ini memperkuat kekuatan laut Indonesia.

Inggris Tawarkan Typhoon ke Indonesia

Pesawat tempur Typhoon buatan konsorsium Eurofighter (photo : news.sky)

JAKARTA, KOMPAS.com - Inggris berkomitmen meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang, yang selama ini sudah terjalin baik, mulai dari bidang ekonomi, perdagangan, perubahan iklim, pendidikan, perang terhadap terorisme dan ekstremisme, hingga pertahanan.

Di sektor pertahanan, tidak menutup kemungkinan Inggris akan menawarkan berbagai persenjataan terbarunya untuk dibeli Indonesia.

Demikian diungkapkan Duta Besar Inggris, Mark Canning, di sela-sela acara berbuka puasa bersama wartawan di kediaman resminya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2011).

Canning adalah Dubes Inggris yang baru untuk Indonesia, menggantikan dubes lama, Martin Hatfull.

Menurut Canning, Indonesia dan Inggris memiliki hubungan kerja sama yang baik di bidang pertahanan. "Kami telah menjual beberapa peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya pesawat Hawk," ujar diplomat karir, yang pernah bertugas di Kedubes Inggris di Jakarta, tahun 1993-1997, itu.

Saat ditanya, apakah Inggris juga akan berusaha menjual pesawat tempur terbarunya, Eurofighter Typhoon, kepada Indonesia, Canning menjawab antusias, "Saya akan berusaha menjual apa pun yang saya bisa."

Industri pertahanan menjadi salah satu sektor industri yang diandalkan negara-negara Barat untuk membantu pemulihan ekonomi, yang terkena krisis berkepanjangan hingga saat ini. Negara-negara Asia, yang menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia, menjadi pasar menggiurkan dari industri pertahanan ini.

Namun, segencar apa pun promosi yang dilakukan produsen senjata Eropa, mereka hampir selalu kalah dengan produk-produk AS. Pesawat Rafale yang dibuat pabrikan Dassault dari Perancis, misalnya, sudah dipromosikan sejak tahun 2000, tetapi belum pernah sekalipun memenangkan kontrak pembelian.

Di Maroko, Rafale kalah dengan F-16 Block 52 buatan Lockheed Martin, AS. Sementara AU Korsel dan Singapura lebih memilih F-15 Eagle produksi Boeing daripada Rafale.

Demikian juga dengan Typhoon, pesawat tempur yang dikembangkan bersama oleh Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol dalam konsorsium Eurofighter, itu, baru mendapat dua pelanggan di luar negara-negara pembuatnya, yakni Austria dan Arab Saudi.

Maret lalu, sempat muncul berita di harian The Times, Inggris, Kementerian Pertahanan Inggris sedang dalam pembicaraan serius dengan pemerintah Indonesia, yang ingin membeli 24 pesawat Typhoon senilai 5 miliar poundsterling (Rp70,3 triliun). Namun, berita ini langsung dibantah salah satu menteri di Kementerian Pertahanan Inggris, Gerald Howarth, sehari kemudian.

Indonesia memiliki sejarah pahit pembelian senjata dari Inggris. Pesawat Hawk 100/200 yang dipesan TNI AU dari Inggris akhir dekade 1990-an lalu sempat tertunda-tunda pengirimannya, dan bahkan sempat dikirim tanpa perlengkapan radar, komunikasi, dan perangkat navigasi (Kompas, 8/4/2000), setelah Indonesia diembargo karena dituduh menggunakan pesawat itu untuk mengebom pemberontak Timor Timur.

TNI-AU Inginkan Dua Skadron Sukhoi

Pesawat Sukhoi Su-30MK TNI AU (photo : Republika)

TNI-AU makin kuat, 30 F-16 Blok 32 dan enam Sukhoi hadir segera

Sungai Raya, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Pada tahun-tahun mendatang TNI-AU akan semakin berotot. Penyebabnya, 30 F-16 Fighting Falcon Blok 32 akan hadir sebagaimana enam Sukhoi Su-27 Flanker, lengkap dengan semua persenjataan dan sistem avionikanya.

Apakah ini bisa menjadi batu penanda, mengembalikan kejayaan AURI pada dasawarsa '60-an? Semoga demikian; demikian juga untuk matra laut dan darat TNI secara keseluruhan untuk kemakmuran bangsa.

"Berdasarkan hasil pertemuan terakhir dengan pihak Amerika Serikat beberapa waktu lalu, telah disepakati Indonesia akan menerima 24 pesawat tempur F16 bekas dari negara itu. Plus enam cadangan, sehingga total menjadi 30 unit," tutur Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat.

Sufaat, bekas penerbang tempur A-4 Skyhawk, pada saat menyatakan hal itu berada di Pangkalan Udara TNI-AU Supadio, Sungai Raya, Kalimantan Barat, Jumat. Dia dan rombongan petinggi TNI-AU meninjau kesiapan Supadio menjadi pangkalan empat pesawat intai nirawak (UAV -unmanned aerial vehicle), yang kini sudah mencapai 80 persen dari persyaratan teknis dan nonteknis.

Jika nanti keempat UAV itu dioperasikan --awal tahun depan-- pengawasan dan sistem peringatan dini terhadap pelanggaran udara nasional di Pulau Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia dan perairan internasional di Laut China Selatan, semakin meningkat secara signifikan.

30 F-16 yang dia maksud itu merupakan blok 32. Saat ini, Indonesia memiliki 12 F-16 seri A dan B yang berasal dari blok 15 hasil pengadaan pada dasawarsa '80-an yang ditempatkan di Skuadron Udara 3 di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur; itupun dua di antaranya sudah hancur karena kecelakaan non perang.

Nanti ke-30 F-16 Blok 32 hibah Angkatan Udara Amerika Serikat itu akan ditingkatkan ke blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhirnya, di antaranya peluru kendali AIM-9 Sidewinder dan AGM-84 Harpoon buatan McDonnel Douglas.

Seluruh F-16 hibah hasil pembicaraan tingkat tinggi antara Presiden Susilo B Yudhoyono dengan koleganya, Presiden Barak Obama, itu akan elengkapi jumlah yang ada saat ini. Dari semula satu skuadron tempur saja, maka F-16 itu akan dimekarkan menjadi dua skuadron tempur, yang alokasi pangkalannya belum ditentukan secara persis.


Jika dari Barat kehadiran arsenal udara diwakili F-16 dan F-5E Tiger II serta BAE Hawk 109/209, maka Rusia juga punya wakil berupa pesawat tempur strategis, Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker, yang kelasnya dipahami di atas F-15 Eagle dalam konfigurasi avionik dan persenjataan penuh dan sempurna.

Sukhoi Su-35BM (photo : Sergey)
Kehadiran pesawat-pesawat tempur Uni Soviet pada dasawarsa '60-an menjadikan AURI sebagai kekuatan udara paling berotot di belahan selatan dunia. Kekuatan ini juga yang menciutkan nyali Belanda untuk menancapkan kaki kembali di Papua dan menjadikannya sebagai koloninya di Asia Tenggara.

Dalam Operasi Trikora itu, 26 Tupolev Tu-16 Badger memainkan peran sangat penting karena pembom strategis dengan peluru kendali AS-1 Kennel mampu menjangkau seluruh benua Australia dari pangkalannya di Madiun.

Menurut Sufaat, "Pada 2011 juga sudah dipersiapkan tambahan enam unit Sukhoi lengkap dengan persenjataannya untuk melengkapi jumlah yang ada sekarang sebanyak 10 unit," tuturnya. Seluruh Sukhoi yang bisa bermanuver sangat mengerikan itu --salah satunya Pugachev's Cobra-- ditempatkan dalam Skuadron Udara 11 yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar.

Opsi menambah dan memperkuat arsenal udara dari keluarga Sukhoi mengental terus. Setelah lengkap berjumlah satu skuadron (16 unit), akan terus ditambah minimal sampai berjumlah 32 unit dari jenis Su-27 dan Su-30.

"Bahkan petinggi TNI-AU sangat berminat dengan Sukhoi Su-35 BM minimal satu skuadron. Untuk memenuhi kriteria kesiapan tempur minimum sampai 2014, TNI-AU memerlukan minimal 10 skuadron tempur," kata Sufaat.

Su-35 BM merupakan tipe terkini Sukhoi sebelum keluar PAK-50 yang diketahui mampu meladeni F-22 Raptor-nya Amerika Serikat dengan segala kecanggihannya.

Sebelum ini, masih ada perkuatan di tubuh TNI-AU, karena pada Desember 2010 dilakukan penandatanganan kontrak pembelian 16 unit EMB-314 Super Tucano buatan Brazil. Pesawat counter insurgency dengan mesinturboprop ini diproyeksikan menggantikan OV-10 Bronco buatan North American Rockwell hasil pengadaan pada 1975.

Empat bulan kemudian, yaitu pada April 2011 sudah ada kepastian pengadaan pesawat latih/tempur taktis ringan T-50 buatan Korea Selatan. Kemenangan T-50 Eagle ini sekaligus mengakhiri persaingan antara Korea Selatan dan Rusia yang menawarkan Yakolev Yak-130 Mitten.

"Mereka ditempatkan ke dalam dua skuadron udara. Mulai awal tahun depan sudah berdatangan ke sini," kata pemimpin puncak ke-18 TNI-AU itu. (*)

25-27 Persen Anggaran Pertahanan untuk Modernisasi Alutsista

Tank amfibi AMX-10P PAC90 Marinir TNI AL (photo : Kaskus Militer)

Menhan akan Modernisasi Alutsista

Jurnas.com PENINGKATAN alokasi dana APBN Departemen Pertahanan menjadi Rp64,4 trilyun dari sebelumnya sebesar Rp45,2 trilyun akan dialokasikan untuk modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). "Akan digunakan untuk belanja pegawai. Belanja modal akan meningkat, ini kesempatan baik untuk memodernisasi alat persenjataan kita,"kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Senin (22/8).

Menhan mengharapkan untuk selalu ada peningkatan anggaran tiap tahunnya. "Jika bisa terus dilakukan peningkatan, saya kira reformasi jilid II, khususnya alutsista bisa dilakukan,"ujarnya.

Dia menjelaskan, reformasi jilid I pada 1998 difokuskan pada restrukturisasi organisasi, dan profesionalisme prajurit, sedangkan reformasi alutsista terlupakan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk itu. "Hampir 14 tahun dari mulai jaman reformasi, Alutsista kita ketinggalan, sehingga perlu ada modernisasi. Peningkatan angaran ini akan kita gunakan untuk alutsista,"jelas Menhan.

Ditambahkan Menhan, alokasi dana APBN 2012 ini akan dibagi-bagi penggunaannya. "25-27 persen untuk modernisasi alutsista, belanja pegawai 47-50 persen, dan untuk pemeliharaan 25 persen,"jelasnya.

Kemhan Kembangkan Kamera SRS Retina 2000

(Foto : Skadron Udara 4)

Jakarta (KOMPAS.com): Sehari setelah peringatan hari kemerdekaan, sejumlah tim dari Kementerian Pertahanan dan PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) yang diketuai Kasubdit Teknologi Pertahanan Kolonel (Laut) Taufik Arief berkunjung ke Pangkalan Udara (Lanud) Abdurahman Saleh untuk membicarakan secara umum rencana pengembangan kamera SRS Retina 2000.

Dalam siaran pers Dinas Penerangan Lanud Abdurahman Saleh, Minggu (21/8/2011), disebutkan, kamera ini merupakan produksi dalam negeri yang mulai dirintis pada tahun 2006 dan diujicobakan pada tahun 2007, dan kemudian mulai dioperasikan oleh Skadron Udara 4 serta memperkuat alutsista TNI AU pada tahun 2008.

Selama empat tahun operasional, kamera SRS Retina 2000 telah banyak berkiprah dalam berbagai misi operasi, salah satunya dalam operasi Eyes In the Skies (EIS), yakni patroli maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura yang bekerja sama dengan pihak Malaysia dan Singapura. Di samping itu, juga dalam kegiatan latihan, baik latihan perorangan di Lanud Abd Saleh, Latihan antar satuan Garuda Perkasa, Sikatan Daya, Angkasa Yudha dan juga dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2008 yang di gelar di daerah Sanggatta di Wilayah Kalimantan Timur.

Kamera produksi PT LEN yang kini dioperasikan oleh Skadron Udara 4 itu memiliki kemampuan menghasilkan foto udara vertikal, foto udara oblique, dan video streaming yang merupakan inti dari misi surveillance.

Kehadiran Tim Vertifikasi Kemhan kali ini memang bertujuan untuk menjajaki secara teknis rencana pengembangan kamera yang telah diproduksi sebelumnya. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan lebih lanjut antara lain kemampuan operasional siang dan malam dengan meningkatkan kemampuan sensor video dan meningkatkan pergerakan kamera yang semula hanya mampu bergerak pada dua sumbu, menjadi mampu bergerak pada tiga sumbu dan mampu berputar 360 derajat.

Di samping itu yang tidak kalah penting adalah penambahan kemampuan transmisi data dari pesawat secara real time yang dilakukan melalui satelit, sehingga kegiatan surveillance dan recognizance yang dilaksanakan dapat dimonitor on the ground.

Sumber: KOMPAS

Polisi Dilarang Libur, Pasukan Katak Jaga Bandara

Sejumlah anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, mengikuti gelar pasukan pengamanan Lebaran di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Senin (22/8). TNI AL dalam hal ini Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) Bandara Internasional Juanda, siap mendukung Polri dalam melakukan pengamanan Lebaran 2011. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/ama/11)

23 Agustus 2011, Surabaya (Surya): Kepolisian Daerah (Polda) Jatim menyiapkan 60 sniper atau penembak jitu untuk pengamanan arus mudik dan arus balik Lebaran 2011.Bahkan, untuk mendukung keseriusan itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko melarang anak buahnya untuk libur selama 16 hari masa Operasi Ketupat Semeru 2011, yang digelar khusus terkait Lebaran.

“Kami siapkan 60 sniper, yaitu 20 sniper di jalur pantura (pantai utara), 20 sniper di jalur selatan, serta 20 sniper di jalur tengah,” kata Kapolda, Senin (22/8), setelah memimpin gelar pasukan Operasi Ketupat Semeru 2011 yang diikuti sekitar seribu personel dari Polda Jatim, TNI, Dinas Perhubungan, Satpol PP, PMK, dan sejumlah unit di Polda Jatim seperti helikopter dan K-9.

Menurut Kapolda Jatim, tim sniper akan ditempatkan pada sejumlah titik rawan kriminalitas dengan aksi tembak tetap mengacu pada prosedur.

“Operasi Ketupat Semeru akan melibatkan 15.772 polisi se-Jatim selama 16 hari mulai tanggal 23 Agustus (H-7) hingga 7 September (H+8),” katanya.

Belasan ribu polisi itu akan disebar pada 245 pos pengamanan, 25 titik kemacetan, 30 titik rawan kecelakaan, dan puluhan titik rawan kriminalitas.

“Yang jelas, polisi tidak boleh meninggalkan pos dan tempat tugas. Kalau bolos akan diberi sanksi. Polisi tidak boleh libur saat operasi, karena nanti akan saya berikan libur secara bergilir pasca-Lebaran. Ini perintah,” ujarnya, menegaskan.

Hadiatmoko beralasan, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan wilayah-wilayah di Jatim selama masa Lebaran, praktis semua personel kepolisian terpakai tenaganya. Tanggung jawab mereka juga sudah dibagi sedemikian rupa sehingga jika ada polisi yang libur atau membolos, maka Operasi Ketupat bisa terancam gagal.

Komandan Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal), Kolonel laut (P) Supranyoto (tengah), memeriksa perlengkapan Tim Penjinak Bahan Peledak Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, saat gelar pasukan pengamanan Lebaran di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Senin (22/8). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/ama/11)

Data di Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim mencatat, pemudik Lebaran 2011 di Jatim akan mencapai 15,5 juta. Sedangkan kendaraan bermotor yang akan melintas di jalanan di provinsi ini selama masa Lebaran sekitar 5 juta unit, atau mengalami kenaikan 12 persen dibandingkan Lebaran tahun sebelumnya.

Menurut Kapolda, jumlah kendaraan di jalanan tersebut akan melebihi kapasitas jalan yang ada. Karena itu, Kapolda juga memberi perhatian khusus untuk urusan lalu lintas dengan mempersiapkan jalur-jalur alternatif, merekayasa arus lalu-lintas dan memantau 25 titik rawan macet yang tersebar di Jatim.

“Di tiap titik rawan macet, kami siapkan pos polisi. Personel di sana akan kami bebani tugas untuk mengatur arus nantinya,” tutur Hadiatmoko.

Menurut Hadiatmoko, Polda Jatim masuk 10 Polda Prioritas Pertama dalam Operasi Ketupat bersama sejumlah Polda di Jawa, Bali, dan Sumatera.

“Karena itu, kita harus memprioritaskan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang mudik, kelancaran di jalan, keamanan rumah yang ditinggalkan pemudik, dan antisipasi jaringan teroris yang belum tertangkap,” paparnya.

Sementara itu, potensi gangguan keamanan di Bandara International Juanda selama masa Lebaran mendapat perhatian khusus pihak Pengamanan (PAM) bandara, yang berada di bawah kendali TNI Angkatan Laut (AL).

Kemarin, dilakukan apel kesiapan pengamanan yang diikuti sekitar 300 personel gabungan, yang terdiri dari unsur TNI, Polri dan petugas sekuriti bandara.

“Pasukan ini akan kami siagakan di sekitar bandara dan selebihnya on call (siap sedia saat diperintah),” terang Komandan Lanudal (Pangkalan Udara Angkatan Laut) Juanda, Kolonel Laut (P) Supranyoto.

Selain menempatkan petugas pada titik titik yang sudah ditentukan, Lanudal juga menerjunkan tim antiteror dan sniper. Pengamanan bandara bertambah kuat dengan dilibatkannya personel dari Kopaska (Komando Pasukan Katak) Koarmatim selama masa Lebaran ini.

Sumber: Surya

KASAU Tinjau Lapangan Tembak Skadron Elang Khatulistiwa

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat (kiri), menjalani upacara penyambutan khas suku Dayak saat tiba di Pangkalan Udara Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Jumat (19/8). Marsekal Imam Sufaat beserta rombongan akan meninjau pembangunan lapangan tembak dari udara ke darat atau Air Weapon Range (AWR), di Gunung Tamang, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar pada Sabtu (20/8). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ed/mes/11)

22 Agustus 2011, Sungai Raya (Equator): Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan institusinya akan membangun lapangan tembak untuk pesawat tempur di Kawasan Gungung Tamang, Kecamatan Sungai Raya.

Pembangunan lapangan tembak pesawat tempur dengan luasan 11.700 hektare pengerjaannya dimulai dari 2007 dan saat ini sudah selesai dibangun. “Lapangan tembak ini digunakan untuk penerbang di Skadron Elang Khatulistiwa, Lanud Supadio Pontianak guna meningkatkan efektivitas dari para penerbang dalam meningkatkan kemampuannya,” ungkap Iman kepada wartawan di Sungai Raya, baru-baru ini.

Menurutnya, selama ini, kalau mau berlatih menembak dari udara ke darat, penerbang Skadron Elang Khatulistiwa harus ke Madiun, Pekanbaru atau daerah lain yang sudah memiliki lapangan tembak. Sehingga lapangan tembak udara yang berada di Kalbar yang sudah selesai dalam pembangunannya ini diperuntukkan kesiapan untuk latihan pesawat tempur dalam penjagaan keamanan NKRI. "Ada dua tahap pembangunan untuk itu ingin melihat yang dibangun perlu apa yang akan ditingkatkan untuk latihan pesawat tempur karena lapangan tembak sangat diperlukan untuk skuadron udara yang ada di sini," katanya.

Mengingat, pada tahun 2012, Imam mengaku sudah tidak ada anggaran yang akan dialokasikan terkait dengan lapangan tembak yang ada saat ini berada di Kalbar. Sehingga dari Angkatan Udara melakukan pengecekan dengan melihat kelengkapan dan apakah lapangan tersebut memenuhi syarat untuk latihan.

Terkait dengan peningkatan keamanan, lanjut Imam, saat ini sedang dibangun hanggar untuk pesawat tanpa awak yang berfungsi untuk pengintaian. Pesawat tanpa awak yang akan ada nantinya menurutnya tidak hanya diperuntukkan di Kalbar namun juga untuk di daerah lain, namun tempatnya berada di Kalbar. "Karena yang mengadakan departemen pertahanan dan kita yang akan mengoperasikan jadi sekarang sudah dalam proses pembuatan dan kita harapkan akan dapat dipergunakan secepatnya," tuturnya.

Dan terpilihnya Kalbar terkait adanya pesawat tanpa awak, satu di antara faktornya yaitu landasan di Lanud Supadio dianggap memenuhi untuk membawa pesawat tersebut dengan menggunakan pesawat Hercules. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi ilegal fishing, dan pengamanan perbatasan terkait keamanannya. “Untuk kondisi Kalbar kondusif dari segi udara namun satuan negara yang berdaulat harus siap untuk perang apabila ingin damai. Dengan kekuatan udara yang masih kurang dengan adanya kebijakan untuk memenuhi pertahanan maka dilakukan secara bertahap,” ujarnya.

Dan dengan adanya pesawat tanpa awak dan lapangan tembak udara untuk meningkatkan kesiapan dalam latihan dan pengamanan wilayah. KASAU yang tiba di Lanud Supadio, disambut dengan upacara adat dan tarian selamat datang dari etnis yang ada di Kalbar. Kedatangan KASAU juga dihadiri Wakil Gubernur Kalbar, beserta Kapolda Kalbar dan Pangdam XII Tanjungpura dan beberapa orang pejabat militer lainnya.

Sumber: Equator

Lima Tahun Ini Menhan Targetkan Bikin Beberapa Kapal Selam

PT PAL
Galangan Kapal PT. PAL Surabaya Di Foto Dari Udara
Jakarta – Kementerian Pertahanan (Kemhan) terus berupaya meningkatkan kemampuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menargetkan pada 2024 kekuatan pokok minimum (essensial minimum forces) terpenuhi.
“Lima tahun ini kita akan bikin beberapa kapal selam, tapi tak bisa disebutkan jumlahnya,” ujarnya dalam pertemuan dengan pimpinan redaksi media massa di Kemhan, Rabu (27/7) malam.
Saat ini, Indonesia baru memiliki dua kapal selam buatan DSME Korea Selatan tipe U-209. Sebelumnya tersiar kabar pembangunan kapal selam mencapai empat unit.
Untuk pembuatan kapal selam, saat ini baru 40 sampai 50 persen kandungan lokal yang mampu dibuat PT PAL. Seiring berjalannya waktu dengan proses alih teknologi, pihaknya menjamin lima tahun lagi anak negeri mampu membuat kapal sendiri.
Dijelaskan Purnomo, kekuatan perairan wilayah Indonesia barat dan timur terus diperkuat. Untuk di barat, pihaknya menetapkan setiap tahun terjadi penambahan 10 kapal cepat rudal (KCR) selama 13 tahun ke depan. Kapal jenis ini berfungsi sebagai kapal patroli untuk menjaga keamanan wilayah laut dari perompak dan penyusup.
Kapal sepanjang 70 meter tersebut, kata dia, bisa dilengkapi rudal dan komponen persenjataan lain. “Kapal jenis ini cocok dengan lautan di barat yang tidak dalam dan tenang.”
Untuk memperkuat wilayah Indonesia timur, pihaknya memesan kepada PT PAL untuk membangun beberapa kapal fregat. Selain lincah, kapal berjenis perusak tersebut sesuai untuk digunakan patroli di perairan yang dikenal dalam dan berombak besar tersebut.
Khusus matra udara, Purnomo menyatakan tahun ini akan menambah tiga radar untuk mengkover wilayah udara yang bolong. Rencananya dipasang di Timika, Kepulauan Aru, dan wilayah Maluku. Pemasangan radar itu untuk menambah daya deteksi kekuatan radar yang telah beroperasi di Biak dan Kupang.(Sumber : Republika)

KASAU : 24 Unit F-16 Hibah Dari AS Tiba Agustus 2012

F-16 Block 32 ASYogyakarta - Rencana hibah pesawat F-16 dari Amerika akan segera direalisasikan. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat pesawat hibah tersebut maksimal tiba di Indonesia pada Agustus 2012.
“Saat ini sedang menunggu keputusan Kongres Amerika. Dananya sudah dialokasikan, paling telat Agustus tahun depan bisa terealisasi,” kata KSAU usai mengikuti upacara wisuda purnawira perwira tinggi (pati) TNI AU di Gedung Andrawina Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta, Jumat (29/7).
Dikatakan KSAU, hibah 24 unit pesawat tempur F-16 ini akan melengkapi pesawat F-16 yang telah dimiliki TNI AU, sehingga totalnya menjadi 34. KSAU menjelaskan, hibah pesawat F-16 ini sudah melalui pengkajian TNI AU.
Menurutnya, pengadaan melalui hibah ini lebih efisien daripada pembelian pesawat baru. “Kalau membeli pesawat baru harganya sampai US$1.600 juta untuk 16 unit. Sedangkan pengadaan melalui hibah ini maksimum hanya US$600 juta,” katanya.
Ditambahkan Imam, pesawat-pesawat ini akan di-upgrade untuk meningkatkan kemampuannya. “Bloknya dinaikkan dari 25 menjadi 32,” kata Imam.
Sebelumnya, hibah pesawat F-16 ini sempat menjadi perdebatan karena dikawatirkan akan sulit mendapatkan suku cadangnya. Namun begitu, TNI meyakinkan tidak akan terjadi kesulitan pengadaan suku cadang.
Kekuatan Pokok Minimum TNI AU Mendesak
Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, kekuatan TNI AU harus terus mengikuti perkembangan lingkungan strategis. Hal ini penting agar TNI AU menjadi salah satu komponen kekuatan yang dapat memiliki kekuatan tawar dalam menyelesaikan konflik antar negara.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, agar dapat melaksanakan tugas sebagaimana disebut UU 34/2004 tentang TNI, kebijakan awal yang harus ditempuh adalah memenuhi Kekuatan pokok minimum/ minimum essential forces (MEF). “Kita harus punya kekuatan udara yang kuat, meliputi operasi taktis, operasi strategis, air defence, air mobility, dan recognized,”kata Imam.
Untuk menjadi angkatan udara yang berkemampuan, kata Imam, TNI AU harus melakukan semua itu. “Kalau negara kita ingin punya kekuatan yang memiliki kekuatan tawar. Kemampuan politik dalam diplomasi ditambah dukungan TNI semua matra, akan enak. Orang akan memperhatikan saat bernegosiasi dengan kita,”katanya.
Untuk mencapai kemampuan tersebut,kata KSAU, TNI sedang membangun semua kekuatannya. “Sehingga nanti 2024 kita bisa melakukan operasi apa saja dengan kemampuan yang baik,”pungkasnya.(Sumber : Jurnas)

Wamenhan : APBN-P 2011 Dialokasi Untuk Pengadaan Alutistsa TNI Dalam Negeri

Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin
Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin
Jakarta - Dalam rangka mendukung pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan bersama DPR telah menyepakati bahwa anggaran belanja negara khususnya untuk APBN-P 2011 yang dialokasi untuk pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutistsa) TNI dalam rangka memenuhi Minimum Essential Force (MEF), nantinya akan dipergunakan melalui pengadaan dalam negeri.
Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin selaku Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) saat memberikan pengarahan tentang optimalisasi penggunaan anggaran APBN-P produksi dalam negeri kepada perusahaan industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) maupun Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Jum’at (29/7) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Selain dari BUMNIP dan BUMS, hadir dalam acara tersebut sejumlah pejabat dari Kemhan, Kemenkeu serta Tim Asistensi KKIP. Hadir pula Tim Konsultasi KP3B. Tim KP3B terdiri dari pejabat Inspektorat Kemhan dan TNI, BPKP, LKPP dan Monitoring KPK.
Wamenhan lebih lanjut menjelaskan, Kementerian Pertahanan pada tanggal 21 Juli 2011 melaksanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR RI, dimana dalam rapat tersebut telah disetujui alokasi perubahan anggaran perubahan untuk MEF dibelakukan untuk industri pertahanan dalam negeri.
Menurut Wamenhan, hal tersebut sangat menggembirakan bagi semua pihak, tahun 2011 pada APBN- 2011 difokuskan MEF-nya itu untuk membeli dari dalam negeri. Karena sudah menjadi suatu komitmen bersama, tentunya hal tersebut akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri pertahanan dalam negeri baik BUMNIP maupun BUMS selaku produsen.
Menghadapi peluang dan tantangan tersebut, lebih lanjut Wamenhan meminta kepada BUMNIP dan BUMS, pertama untuk meningkatkan kualitas manajerial (infratruktur, manajemen dan SDM), kedua tertib administrasi, prosedural dan sesuai mekanisme, dan ketiga memenuhi ketiga kriteria pengadaan ( harga, kualitas dan waktu).
Selain menjelaskan tentang optimalisasi penggunaan anggaran APBN-P 2011 untuk memenuhi MEF melalui pembelian dalam negeri, dalam kesempatan tersebut Wamenhan selaku Sekretaris KKIP juga menjelaskan tentang skema optimalisasi industri pertahanan dalam rangka revitalisasi industri pertahanan dalam negeri.
Skema optimalisasi tersebut meliputi beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah yang mengarah kepada keberpihakan pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri antara lain kebijakan pengadaan Alutsista yang memprioritaskan produksi dalam negeri, pembentukan KKIP dan penyusunan Rancangan Undang – Undang Revitalisasi Industri Pertahanan.(Sumber : DMC)

KASAU : 2012 Puluhan Pesawat Tempur Baru Didatangkan Secara Bertahap

Super Tocano
Pesawat Tempur Super Tocano Produk Brasil
Yogyakarta - TNI-AU akan menambah puluhan pesawat tempur, baik jenis Super Tocano, T- 50, F-16, Sukhoi, hingga pesawat angkut Hercules, untuk memperkuat pertahanan dan kekuatan udara pada 2012.
“Terhitung Maret 2012 nanti, sebanyak 16 unit atau satu skuadron pesawat Super Tocano yang menggantikan jenis OV-10 akan didatangkan secara bertahap,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat usai upacara peringatan ke-64 Hari Bakti TNI Angkatan Udara di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto, Yogyakarta, Jumat (29/7).
Menurutnya, setiap tiga bulan, sebanyak empat unit pesawat Super Tocano akan didatangkan, sedangkan pesawat TI50 saat ini telah ditandatangani kontrak, dan diharapkan telah datang pada 18 bulan ke depan.
Mengenai proses mendapatkan hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat, kata Kasau, hanya tinggal menunggu keputusan Kongres Amerika dan pihaknya akan mengirimkan pilot untuk belajar di Amerika.
Tak hanya itu, kata dia, pesawat tempur jenis Sukhoi juga akan ditambah enam unit lagi pada tahun 2012.
“Dana untuk pembelian Sukhoi sudah dialokasikan. Kita juga akan menambah sembilan unit pesawat angkut Hercules, sehingga totalnya menjadi 29 unit. Tahun ini dapat empat unit hibah dari Australia,” paparnya.
Selanjutnya akan dilakukan pengkajian untuk penempatan pesawat-pesawat tersebut di titik rawan wilayah udara di Indonesia, khususnya di kawasan timur.
Ia menambahkan, kekuatan militer, termasuk Angkatan Udara akan berdampak pada bargaining politik dalam penyelesaian konflik.
“Angkatan udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara. Kita harus punya kekuatan udara yang kapabel dan kuat,” tambah Kasau.
Dalam peringatan Hari Bakti TNI AU ke-64 itu turut hadir Menteri Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto.(Sumber : Gatra)

TNI-AU Akan Terima Hibah 4 Unit Pesawat Hercules Dari Australia

Hercules AustraliaJakarta - TNI Angkatan Udara akan menerima pesawat angkut Hercules yang merupakan hibah dari pemerintah Australia. Hibah pesawat yang diberikan Australia ini berjumlah 4 unit. “Tahun ini kami akan mendapat 4 unit pesawat hercules dari Australia. Tinggal menunggu pemerintah Australia saja,”kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Yogyakarta, Jumat (29/7).
Selain itu, kata KSAU, pada tahun 2012, TNI AU juga akan mendapat tambahan pesawat Sukhoi berjumlah 6 unit.
Lebih lanjut KSAU menjelaskan, TNI AU akan mengadakan penambahan 9 pesawat Hercules untuk menggenapkannya menjadi 2 skadron. Empat unit hibah dari Australia ini merupakan bagian dari rencana penambahan itu. Tapi KSAU tidak menyebutkan dari mana penambahan lima unit sisanya.
Dua skadron pesawat Hercules TNI AU itu akan terdiri dari pesawat tanker, pesawat VIP, dan pesawat operasional untuk mengangkut dua batalyon. Sebelumnya, TNI AU mendapat tawaran hibah pesawat angkut C-130 Hercules dari pemerintah Amerika, Australia, dan Norwegia. Ketiga negara itu menawarkan akan memberikan potongan khusus yang diberikan pada pemerintah Indonesia. Namun yang sudah dipastikan adalah hibah dari Australia.(Sumber : Jurnas)

KASAU : Peningkatan Kekuatan Udara Dapat Menjadi “Bargaining Power” Dalam Upaya Menyelesaikan Konflik Antar Negara

KASAU Marsekal TNI Imam SufaatYogyakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan kekuatan udara dapat menjadi “bargaining power” dalam upaya menyelesaikan konflik antaranegara.
“Kita harus punya kekuatan udara yang kapabel dan kuat,” kata Kasau dalam upacara Peringatan Hari Bakti TNI AU Ke-64 di Lapangan Dirgantara, Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto, Yogyakarta, Jumat pagi.
Menurut dia, kekuatan udara itu melalui kekuatan operasi taktis, operasi strategis, pertahanan udara, “air mobility” dan lainnya. “Kalau kita ingin menjadi angkatan udara yang kapabel dan memiliki ‘bargaining power’, kita harus melakukan semua itu,” tutur Imam.
Ia juga mengatakan, politik dalam diplomasi dengan dukungan TNI, khususnya Angkatan Udara maka negara lain akan memperhatikan negosiasi yang dilakukan oleh Indonesia. “Amerika merupakan negara ’supor power’ (adidaya) maka dengan kekuatan itu negara akan berpikir. Sekarang ini dalam rangka memenuhi ‘Minimum Essensial Force’ (MEF), kita bangun semua kekuatan TNI, sehingga nanti 2024 kita bisa melakukan operasi apa saja,” ujarnya, menegaskan.(Sumber : Republika)

Pangkohanudnas Tinjau Perusahaan Swasta Lokal Rekanan Dislitbangau

BANDUNG - Selama sepekan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsda TNI J.F.P. Sitompul mengadakan kunjungan kerja (Kuker) ke Dinas Penelitian & Pengembangan TNI AU (Dislitbangau), Bandung. Kuker ini juga diikuti perusahaan swasta lokal yang menjadi rekanan Dislitbangau diantaranya: PT. CMI Teknologi, PT. Aditech Matra, PT. Gema Pesona Nusantara.

Kedatangan Pangkohanudnas beserta rombongan disambut dengan baik oleh para pimpinan perusahaan. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung Workshop dan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan rekanan untuk dilakukan peninjauan, setelah itu Pangkohanudnas menerima paparan dari Dislitbangau.


Selain memasok radar mobile dari Denmark, PT.CMI teknologi juga memasok radar Sinop-8 produksi Brazil

Pada kesempatan tersebut Pangkohanudnas mengatakan, kunjungan seperti ini sangat penting sebagai salah satu upaya untuk lebih meningkatkan kerjasama, karena Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan mitra kerja Kohanudnas, dimana perusahaan sebagai penanggung jawab dalam penyediaan sebagian fasilitas Alutsista yang diperlukan Kohanudnas.

Selain itu Pangkohanudnas juga mengharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi personel yang akan mengawaki Alutsista agar pada saat diadakan pelatihan hendaknya dapat diberikan pembelajaran teori maupun praktek lapangan secara langsung, sehingga personel tersebut nantinya lebih profesional.

Sumber : DISPENAU

Tim KAI Kunjungi Lanud Iswahyudi

MADIUN - Terkait dengan penggantian pesawat latih tempur Hawk MK-53 di Skadron Udara 15 dengan pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Aerospce Industri (KAI) Korea Selatan, Tim KAI Senin (22/8) mengadakan survei ke Lanud Iswahjudi dan diterima langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI M. Syaugi, S.Sos.

Tim Korea Aerospace Industri (KAI) yang dipimpin oleh Mr.Gyoung M.M. Kim, mengatakan survei ini dimaksudkan untuk melakukan beberapa persiapan yang perlu dilakukan antara Korea dan Indonesia yang berkaitan dengan kedatangan pesawat latih T-50 Golden Eagle. Selain mengadakan kunjungan ke Skadron Udara 15, Tim KAI juga melihat ACMI (Air Combat Manuvering Instrument) dan dilanjutkan ke Skadron teknik 042.

Sumber : PUSPEN TNI

TNI AU-TUDM Rancang Latihan Bersama


Pesawat Hawk 100 TNI AU dan TUDM

PONTIANAK - TNI AU dan Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) menyiapkan Rencana Garis Besar (RGB) Latihan Bersama (Latma) Elang Malindo di Pontianak, Kalimantan Barat.

Siaran pers Dinas Penerangan TNI AU, Selasa (23/8/2011) menyebutkan, rapat Elang Malindo-3 digelar di Pangkalan Udara (Lanud) Supadio. Elang Malindo ke-3 di Lanud Supadio, Pontianak, Sabtu (20/8).

"Sebanyak 15 personel TNI AU dan 10 personel TUDM menetapkan Latma digelar tanggal 24 Oktober mendatang. Kesepakatan ditandatangani kesepakatan bersama oleh Kolonel Pnb Emir Panji, PabanIII/Latihan Sopsau mewakili TNI AU dengan Kolonel Abdul Mutalib bin Abd Wahab mewakili TUDM," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (Nav) Azman Yunus.

Isi kesepakatan tersebut diantaranya, penetapan waktu, organisasi, tempat dan jenis latihan, Alutsista yang digunakan, personel yang terlibat, serta penyelarasan tata upacara pembukaan dan penutupan Latma Elang Malindo. Rombongan juga meninjau tempat dan fasilitas Latma Elang Malindo (Site Survey).

Azman Yunus meyebutkan, RGB latihan bersama Elang Malindo tersebut, agar tersusun program serta terselenggaranya pelaksanaan Latihan Bersama Elang Malindo dapat berjalan dengan lancar dan aman sesuai rencana.

Indonesia-Malaysia berbagi perbatasan darat di Kalimantan dengan negara bagian Sabah-Sarawak.

Latihan bersama antara kedua angkatan udara merupakan wujud nyata dari persahabatan yang sudah lama terjalin sebagai dua negara yang bertetangga dan kegiatan latihan bersama diharapkan tercipta rasa persaudaraan yang erat diantara kedua Angkatan Udara, khususnya dalam menciptakan keamanan wilayah kawasan secara bersama-sama.

Kopaska Gelar Pengamanan Bandara Juanda

SURABAYA - Komandan Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal), Kolonel laut (P) Supranyoto (tengah), memeriksa perlengkapan Tim Penjinak Bahan Peledak Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, saat gelar pasukan pengamanan Lebaran di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Senin (22/8). TNI AL dalam hal ini Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) Bandara Internasional Juanda, siap mendukung Polri dalam melakukan pengamanan Lebaran 2011. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ed/ama/11


Kesiapan KRI Clurit Diperiksa

JAKARTA - Komandan Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Barat (Dansatkatkoarmabar), Kolonel Laut (P) Denih Hendrata , memeriksa KRI Clurit-641 dalam rangka kesiapan unsur di jajaran Satkatkoarmabar, di Dermaga Tanjung Uban, Senin (22/8).

Dalam kesempatan tersebut, Dansatkatkoarmabar Kolonel Laut (P) Denih Hendrata melihat kesiapan dan kemampuan prajurit KRI Clurit melaksanakan latihan peran tempur secara profesional. Peran tempur tersebut antara lain meliputi peran tempur bahaya udara dan peran tempur bahaya permukaan serta latihan penanggulangan kebakaran (PEK) di kapal. Selain itu, Dansatkatkoarmabar juga melihat kesiapan material dan persenjataan yang berada di KRI Clurit.

Dansatkatkoarmabar Kolonel Laut (P) Denih Hendrata mengatakan, dalam melaksanakan peran tempur seluruh kru KRI Clurit dituntut melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat meningkatkan kemampuan tiap-tiap personel dalam mengawaki persenjataan dan peralatan yang ada di kapal sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dansatkatkoarmabar menekankan, latihan peran tempur, latihan PEK dan juga peran lainnya agar senantiasa dilaksanakan secara terus menerus, baik pada saat kapal berlayar maupun pada saat kapal sandar di Pangkalan. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan jiwa, semangat dan naluri tempur sebagai prajurit matra laut.

Sumber : POSKOTA.CO.ID

Sukhoi SU-35BM

Petinggi TNI AU menyatakan ketertarikannya untuk mengakuisisi Sukhoi Su-35BM dari Pabrikan Sukhoi, Knaapoo. Knapoo adalah pabrikan pembuat pesawat Sukhoi 27/30 SKM/MK/MK2 yang dimiliki TNI AU. Selain Knapoo, Sukhoi juga dibuat oleh pabrikan IRKUT yang salah satu produksi pesawatnya digunakan oleh TUDM, Sukhoi Su-30MKM. Berikut video profile (TVC) dari Sukhoi Su-35BM buatan Knapoo.

RI – Timor Leste Tandatangani Kerjasama Pertahanan

DILI – Dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste (RDTL, kedua negara menyepakati kerjasama pertahanan dan keamanan. Kesepakatan ini ditandai oleh penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di bidang penguatan hubungan pertahanan kedua negara dalam forum Bilateral kedua negara, Jumat (19/8), di Kantor Kementerian RDTL.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro bersama Menhan Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao. Menhan, Purnomo Yusgiantoro mengatakan penandatanganan kerjasama pertahanan ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk menjalin dan memperkokoh hubungan antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah RDTL. Disamping iuntuk mendukung logistik pertahanan dari Pemerintah RDTL yang kini sedang membangun kekuatan pertahanan dan keamanannya.

Menhan RI, berharap kerjasama pertahanan ini dapat digunakan sebagai jalan untuk memperkokoh dan mencari potensi kerjasama di bidang-bidang lainnya pada masa yang akan datang.

Ada beberapa bentuk kerjasama yang akan dilaksanakan, salah satunya kerjasama dialog dan konsultasi bilateral tentang isu-isu strategis dan keamanan, pertukaran informasi dalam bidang pertahanan, peningkatan kerjasama Angkatan Bersenjata dan kerjasama dukungan logistik.
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Sebagai bentuk tindak lanjut dari penandatanganan kerjasama ini, kedua negara akan membentuk Komite Bersama Bidang Pertahanan Indonesia-RDTL. Tujuan komite bersama ini adalah untuk mengkoordinasikan dan memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka persetujuan. Komite bersama ini nantinya terdiri dari perwakilan resmi masing-masing pihak, dan setiap pertemuan komite bersama diketuai oleh pejabat pertahanan senior kedua negara.

Pada kesempatan ini kedua negara juga sangat berkeinginan untuk mengadakan kerjasama bidang pertahanan ini berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan integritas teretorial.

Sumber : DMC

Empat Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2011

SUNGAI RAYA - KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, empat pesawat tanpa awak segera ditempatkan di Pangkalan TNI AU Lanud Supadio pada akhir 2011. "Pesawat tanpa awak ini diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat, bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan," katanya saat berkunjung ke Lanud Supadio Pontianak, Jumat (19/8) sore.

Saat ini proses pembangunan hanggar untuk empat pesawat tersebut sudah delapan puluh persen dikerjakan dan ditargetkan dalam waktu dekat pengerjaannya sudah selesai.

"Karena pengadaan pesawat tanpa awak ini dilakukan oleh Kementerian Pertahanan, kita belum tahu pasti kapan pesawat itu bisa ditempatkan di Lanud Supadio. Namun, kita harapkan akhir 2011 pesawat tersebut sudah ada di sini (Supadio)," tuturnya.

Imam mengatakan, pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis untuk mempertahankan kedaulatan NKRI karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Pesawat tersebut telah dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari. Dia menyatakan, keberadaan pesawat tanpa awak selain digunakan untuk memperkuat pertahanan NKRI di matra udara juga bisa berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi berbagai kegiatan ilegal dalam patroli perbatasan, baik laut mupun udara.

Selain itu juga bisa berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan yang marak terjadi di wilayah Kalimantan dan pulau lainnya.

Hibah 30 Pesawat F-16

"Berdasarkan hasil pertemuan terahir dengan pihak Amerika beberapa waktu lalu, telah disepakati Indonesia akan menerima 24 pesawat tempur F16 bekas dari Amerika Serikat plus enam pesawat cadangan, sehingga totalnya menjadi 30 unit," tuturnya.

Nantinya ke 30 pesawat tempur hibah itu akan di upgrade ke blok 32 lengkap dengan persenjataannya melengkapi jumlah yang ada saat ini 10 unit sehingga menjadi 2 skuadron (40 unit).

Dia menambahkan, pada Desember 2010 juga telah dilakukan penandatanganan kontrak pembelian 16 Super Tucano buatan Brazil, lalu April 2011 sudah ada kepastian pengadaan pesawat latih/tempur jenis T-50 buatan Korea Selatan. Kedua Skuadron itu secara bertahap akan mengisi arsenal TNI AU mulai awal tahun depan.

"Pada 2011 juga sudah dipersiapkan tambahan 6 unit Sukhoi lengkap dengan http://www.blogger.com/img/blank.gif/bmi_orig_img/blank.gifpersenjataannya untuk melengkapi jumlah yang ada sekarang sebanyak 10 unit," tuturnya.

Opsi tentang perkuatan pesawat tempur jenis Sukhoi tetap mengental. Setelah lengkap berjumlah satu skuadron (16 unit), akan terus ditambah minmal sampai berjumlah 32 unit dari jenis Su27/30.

"Bahkan petinggi TNI AU sangat berminat dengan Sukhoi SU35 BM minimal 1 skuadron. Untuk memenuhi kriteria minimum essential force (MEF) sampai dengan 2014 TNI AU membutuhkan minimal 10 skuadron tempur," kata Imam.

Sumber : KOMPAS

Filipina Membeli Kapal LPD dan Sejumlah Alutsista Lainnya Dari Indonesia


Kapal jenis Landing Platform Dock buatan PAL

MALANG - Filipina dipastikan jadi memesan sejumlah pesawat dan amunisi dari Kementrian Pertahanan Indonesia yang sebelumnya menawarkan sejumlah alat utama persenjataan produk dalam negeri.

Kepala Subdirektorat Teknologi Pertahanan Kementerian Pertahanan Kolonel TNI AU Taufik Arief, saat berada di Malang, Jawa Timur, Kamis (18/8) mengatakan, tawaran itu langsung mendapat tanggapan positif dari Filipina dengan memesan sejumlah peralatan dalam negeri.

Seperti pesawat angkut CN 235 produksi PT Dirgantara Indonesia, kapal jenis LPD produksi PT PAL serta amunisi dan senapan serbu produksi PT Pindad.

"Adanya negara lain yang berminat dengan persenjataan yang kita produksi, membuktikan keandalan industri pertahanan dalam negeri," katanya. Taufik mengatakan, transaksi pemesanan tersebut sudah dilakukan dan mulai dikirim bertahap pada September mendatang.

"Tujuan negara tatangga memesan sejumlah peralatan itu untuk mendukung sistem pertahanan udara, darat dan laut mereka," katanya.

Selain itu, pemesanan dilakukan dalam rangka kerjasama dan komitmen negara-negara ASEAN dalam komite industri pertahanan ASEAN.

"Dalam komite ini, seluruh anggota negara-negara ASEAN saling mendukung industri pertahanan, termasuk Indonesia dengan Filipina," katanya.

Sementara itu, pemesanan kapal type LPD oleh Filipina itu juga bekerjasama dengan Daewoo Korea Selatan. "Kita akan kirim secara bertahap, dan sementara akan dikirim kapalnya dahulu, sesuai dengan pengadaan di Filipina," katanya.

Sumber : ANTARA

Delapan Pesawat Tempur Berlatih Aerobatik Diatas Halim



JAKARTA - Delapan pesawat jet tempur TNI-AU berlatih terbang akrobatik di atas Lanud Halim, Jakarta Timur, Minggu pagi (14/8). Latihan itu digelar untuk persiapan perayaan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 di Istana Negara Jakarta, Rabu (17/8).

"Teman-teman wartawan bisa menyaksikan persiapan, dan latihan para penerbang tempur kita di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma," kata Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI-AU, Kolonel (Nav) Azman Yunus.

Menurut Azman, pesawat yang disiapkan sebanyak satu flight (empat unit) F-16 dari Lanud Iswahjudi, Madiun, dan satu flight Sukhoi dari Lanud Hasanuddin, Makassar.

Dalam pantauan terlihat para penerbang membentuk formasi berlian (diamond), kepala panah (arrow head), loop (jungkir balik), bubar formasi (break formation) dan sebagainya.

Sumber : KOMPAS.COM

Latihan Bersama Indonesia - Australia (JOCIT)

AUSTRALIA - Tiga puluh prajurit TNI yang terdiri dari perwira dan sersan senior ikut ambil bagian dalam latihan bersama RI-Australia bertajuk Junior Officer Combat Instructor Training (JOCIT) bulan Juli lalu. Latihan ini merupakan dukungan Australia Defense Forces (ADF) untuk pasukan penjaga perdamaian asal Indonesia dalam memplajari teknik perang kota, Counter IED dan teknik pendeteksian IED disuatu area. Latihan berlangsung selama 17 hari yang dilaksanakan di Pusat Pelatihan Tempur Angkatan Darat Australia, di Tully dan Townsville.





Kemhan: Cadangan Devisa untuk Pemenuhan MEF

JAKARTA - Kementrian Pertahanan mentargetkan penggantian dana pinjaman luar negeri agar bisa dipenuhi dari dalam negeri. Proses itu saat ini sedang dalam pembicaraan antara Presiden dengan Kementerian Pertahanan.

"Kami bicarakan dengan Presiden bagaimana supaya pinjaman ini mengurangi kredit ekspor. Presiden menekankan, pinjaman jangan memakai dana dari luar. Harus memakai uang dari dalam negeri," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementhttp://www.blogger.com/img/blank.gif/bmi_orig_img/blank.giferian Pertahanan di Jakarta, Jumat (12/8).

Jika dilakukan pengurangan kredit ekspor, maka harus dibuka kelonggaran pinjaman dari dalam negeri. Menhan optimis hal itu bisa dilakukan mengingat besarnya cadangan devisa negara saat ini. "Devisa kita sangat besar, mencapai US$122 miliar. Itu cukup bisa untuk tidak usah meminjam dari luar negeri," kata Menhan.

Kemhan mengalokasi dana US$6,5 miliar untuk pemenuhan minimum essential forces (MEF) alutsista. "Dana itu untuk pembiayaan alutsista selama lima tahun," katanya.

Sumber : JURNAS

Kapal Tanpa Awak Buatan Mahasiswa ITS

TANGERANG - Seorang Mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) memasukan data ke dalam sistem Monitoring and Control Sea Transportation (MCST) yang merupakan kapal tanpa awak dengan menggunakan sistem auto pilot pada Pameran Inovasi dan Teknologi 2011 di Puspiptek Serpong,Tangerang Selatan, Banten, Rabu (10/8). Pameran tersebut merupakan rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-16. FOTO ANTARA/Muhammad Deffa/Koz/Spt/11.


Dua Sukhoi Kawal Pesawat Wapres



MAKASSAR - Dua dari empat pesawat Sukhoi yang dibeli dari Rusia mengawal pesawat kepresidenan yang mengangkut Wakil Presiden Boediono dari Bandara Udara Sultan Hasanuddin Makassar, Rabu (10/8).

Pesawat yang disiagakan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin tersebut mengawal pesawat yang berisi wapres dengan tujuan Manado, Sulawesi Utara selama 10 menit. Usai pengawalan Sukhoi kemudian berbalik arah menuju Jakarta untuk ikut serta dalam peringatan HUT RI 17 Agustus 2011.

Wapres terbang Manado menggunakan pesawat kepresidenan BAe RJ-85. "Iya ini pengawalan, sekalian mereka (sukhoi) akan terbang menuju Jakarta, untuk ikut serta dalam peringatan Dirgahayu Republik Indonesia 17 Agustus nanti," ujar Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat.

Aksi pengawalan tersebut, tidak pelak mengundang kekaguman delegasi yang ikut dalam rombongan Wapres. Beberapa wartawan dan petugas dokumentasi Istana Wapres tak luput untuk mengabadikan aksi pengawalan tersebut.

Sumber : MEDIAINDONESIA.COM

Kunjungan Athan Amerika ke Lanal Pontianak

PONTIANAK - Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak, Kolonel Laut (P) Parno (kanan) bersama Atase Pertahanan (Athan) Angkatan Laut Amerika untuk Indonesia, Kolonel Adrian J Jansen (kiri) melakukan peninjauan ke dermaga kapal saat kunjungan persahabatan di Mako Lanal Pontianak, Kalbar, Selasa (9/8). Kunjungan persahabatan tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara Angkatan Laut Indonesia dan Amerika yang selama ini telah terjalin dengan baik. FOTO ANTARA/Jessica Wuysang/ssNZ/11


Kemhan: Cadangan Devisa untuk Alutsista

(Foto: Dispenarmatim)

12 Agustus 2011, Jakarta (Jurnas.com): Kementrian Pertahanan mentargetkan penggantian dana pinjaman luar negeri agar bisa dipenuhi dari dalam negeri. Proses itu saat ini sedang dalam pembicaraan antara Presiden dengan Kementerian Pertahanan.

"Kami bicarakan dengan Presiden bagaimana supaya pinjaman ini mengurangi kredit ekspor. Presiden menekankan, pinjaman jangan memakai dana dari luar. Harus memakai uang dari dalam negeri," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Jumat (12/8).

Jika dilakukan pengurangan kredit ekspor, maka harus dibuka kelonggaran pinjaman dari dalam negeri. Menhan optimis hal itu bisa dilakukan mengingat besarnya cadangan devisa negara saat ini. "Devisa kita sangat besar, mencapai US$122 miliar. Itu cukup bisa untuk tidak usah meminjam dari luar negeri," kata Menhan.

Kemhan mengalokasi dana US$6,5 miliar untuk pemenuhan minimum essential forces (MEF) alutsista. "Dana itu untuk pembiayaan alutsista selama lima tahun," katanya.

Sumber: Jurnas

DPR: Jangan Beli Alutsista dengan Dana Pinjaman

Pesawat latih KT-1 Wong Bee dibeli dari Korsel. (Foto: Pentak Lanud Adisutjipto)

12 Agustus, Jakarta (TEMPO Interaktif): Anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanudin meminta Kementerian Pertahanan tidak memaksakan diri menggunakan pinjaman luar negeri untuk membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia. Meskipun dalam rencana anggaran kementerian yang sudah disetujui DPR, ada rencana penambahan sebesar Rp 50 triliun.

"Rencana membeli alutsista harus benar-benar realistis dan jangan terlalu dipaksakan," katanya melalui pesan pendek, Jumat, 12 Agustus 2011. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan akan menggunakan pinjaman luar negeri sebesar US$6,5 miliar atau setara Rp 50 triliun untuk pembelian alutsista.

Hasanudin mengatakan, dalam rencana anggaran kementerian periode 2010-2014, memang disepakati penambahan untuk Kementerian Pertahanan sebesar Rp 50 triliun. Penambahan anggaran dilakukan bertahap mulai 2011 sebesar Rp 11 triliun, lalu berturut-turut Rp 12 triliun (2012), Rp 13 triliun (2013) dan Rp 14 triliun (2014).

Namun kenyataannya, untuk merealisasikan penambahan anggaran itu tak mudah. Sebagai contoh tahun ini, dari penambahan sebesar Rp 11 triliun yang diproyeksikan, hanya terealisasi sebesar Rp 4,485 triliun yang diperoleh dari APBN-Perubahan. "Tidak terpenuhinya anggaran itu karena uangnya memang tak ada," katanya.

Dengan keuangan pemerintah yang terbatas seperti tahun ini, pemerintah, kata Tubagus, diharapkan lebih jeli dalam memilih alutsista sesuai prioritas. Hasanudin menyarankan pemerintah sebaiknya fokus membeli alutsista untuk pengamanan perbatasan, patroli laut dan patroli udara di daerah-daerah yang dikategorikan rawan.

Sumber: TEMPO Interaktif

Jumat, 12 Agustus 2011

Ritech Expo 2011


Menyambut hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-16 yang akan diperingati pada tanggal 10 Agustus 2011 ini, akan digelar pula acara Ritech Expo 2011. Pameran yang bernuansa iptek ini akan dilangsungkan di gedung Graha Widya Bakti Puspiptek, Serpong - Tangerang.
>Kurang lebih 37 peserta akan berpartisipasi dalam pameran kali ini, mulai dari: LPNK, Litbang Kementerian, Litbangda, BUMN, industri, serta lembaga penelitian swasta. Disiapkan 3 zona yang masing-masing akan menampilkan tema: inovasi yang berdaya saing yang sudah memiliki wawasan secara global, inovasi pelayanan yang bermanfaat langsung pada masyarakat, dan inovasi industri strategis (hankam dan energi).
Salah satu peserta yang hadir adalah LAPAN, akan memamerkan produk hasil risetnya berupa roket dua tingkat berdiameter 550 mm sebagai wahana pengorbit satelit (RPS) yang mampu melesat hingga 7 kali kecepatan suara. Selain itu LAPAN akan memamerkan roket RKX-220 dan roket High Speed Flying Test-Bed (HSFTB) yang memiliki diameter 200 mm.

Roket dua tingkat berdiameter 550 mm wahana pengorbit satelit (RPS).

SPR 3 : Senapan Runduk Anti Material Buatan Pindad


SPR 3 buatan PT. Pindad (photo : AR Pratama)
TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - PT Pindad (Persero), punya tiga produk Senapan Penembak Runduk (SPR) atau senapan sniper anti material tank yang berkualitas dunia. Senapan ini bisa menembus baja yang tebalnya 3 sentimeter dari jarak 900 meter.

SPR produksi PT Pindad ada tiga varian, SPR 1, SPR 2 dan SPR 3.

SPR 1 di desain menggunakan munisi kaliber 7,62 mm dengan jarak efektif 900 m.

SPR 3 senapan runduk/sniper yang telah dipakai oleh TNI (photo : Tymeseka)

SPR 2 dengan sistem bolt action dan menggunakan munisi berkaliber 12,7 mm, pada jarak efektif 500 meter mampu menembus berbagai jenis material bahkan baja dengan ketebalan 2 sentimeter mampu di robeknya.

SPR 3 dengan kemampuan yang relatif sama dengan pendahulunya namun lebih kuat dan dapat merobek baja dengan ketebalan 3 sentimeter.

Zastava M93 Black Arrow (photo : Marko M)

Dari hitungan, produksi SPR-2 harga lebih murah dan fungsi sama hebatnya, apalagi jika dibandingkan Black Arrow M93 yang harganya di atas Rp 1 miliar per pucuk.

Senapan penembak jitu antimaterial, di pasaran harganya rata-rata sangat mahal, sehingga negara-negara pembeli dan dari non- produsen yang keuangannya cekak, biasanya terbatas memiliki.

(TribunNews)