Senin, 10 Desember 2012

Kepala BATAN: "Reaktor Eksperimental Daya Lebih Mudah Diterima Publik"


Jakarta � Energi Nuklir menjadi salah satu opsi yang bisa dipilih untuk mengatasi persoalan krisis energi di tanah air. Di tengah semakin menipisnya sumber-sumber energi dari fosil seperti minyak bumi dan batu bara, energi nuklir menjadi alternatif sumber energi terbaik untuk memenuhi kebutuhan hampir 260 juta penduduk Indonesia ini. Untuk mewujudkan opsi terbaik ini tentu membutuhkan dukungan seluruh stakeholders.

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Namun sejalan dengan belum diterimanya secara utuh nilai positif dari rencana pemerintah terhadap pembangunan PLTN oleh sebagian masyarakat, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto mewacanakan gagasan pembangunan reaktor eksperimental daya terlebih dulu sebagai pilihan mendesak untuk mengatasi kebutuhan energi listrik di seluruh wilayah di tanah air.

"Reaktor ekperimental daya diharapkan mampu menjadi role model pembangunan PLTN dalam skala kecil sehingga masyarakat nantinya dapat melihat secara objektif jika bisa diwujudkan bahwa sesungguhnya PLTN itu adalah teknologi yang aman dan ramah lingkungan," jelas insinyur nuklir UGM Yogyakarta.

Untuk mengetahui langkah taktis dan strategis bagaimana mengimplementasikan terobosan program-program BATAN ke depan, Doktor Nuclear Engineering University of Tokyo yang baru dua bulan menjabat sebagai Kepala BATAN ini berkesempatan melakukan wawancara dengan Ag. Sofyan dari Suara Karya. Berikut petikannya :

Apa langkah-langkah yang anda lakukan selepas menerima kepercayaan menjadi Kepala BATAN ?

Pertama kita lakukan pendekatan kepada stakeholders terkait termasuk di dalamnya media massa. Kita juga menggandeng pemangku kepentingan lain termasuk perguruan tinggi, karena BATAN menyadari sebagai lembaga litbang, kita tak akan dapat berdiri sendiri. Salah satunya ITB yang memiliki ahli reaktor nuklir akan intens dilibatkan dalam kerja sama ini. Intinya kita akan lebih mengikat banyak jejaring, karena BATAN tentu tak dapat berjalan sendiri untuk mensukseskan progamnya.

Kita bisa melihat contoh yang bagus dan belajar dari metode yang diterapkan di Jepang dimana sejumlah peneliti dan komunitas intelektual (universitas) turut mendukung dan bekerja bersama-sama dalam menciptakan PLTN yang aman dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak. Di Indonesia justru ironis, kami dicap kalau semua yang berkaitan dengan nuklir itu urusannya BATAN saja. Seolah-olah di luar BATAN tak perlu dilibatkan.

Bagaimana respon masyarakat terhadap penggunaan teknologi nuklir ?

Saya menilai persepsi publik terhadap teknologi nuklir semakin positif dan cenderung meningkat. Ada progress yang cukup baik di masyarakat terhadap penerimaan energi nuklir. Itu bisa dilihat pada hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga riset Andira Karya Persada, yang menurut saya memberikan surprise karena hasilnya menunjukkan persepsi masyarakat yang baik terhadap BATAN dalam konteks bicara tentang teknologi nuklir. Survei menunjukkan setelah Presiden, BATAN dianggap sebagai institusi yang terpercaya berbicara tentang nuklir. Meskipun betul itu memang tugas pokok kita, namun kepercayaan ini tentu menjadi modal yang menggembirakan bagi BATAN untuk melangkah lebih jauh. Hasil survei itu memberikan gambaran positif penerimaan masyarakat pada alternatif penggunaan energi nuklir sebagai opsi mengatasi krisis energi nasional. Secara umum persepsi masyarakat tentang Iptek Nuklir lebih baik di tahun ini. Hal itu bisa kita cermati dengan meningkatnya persepsi positif masyarakat terhadap kegunaan teknologi nuklir.

Bagaimana dinamika persepsi publik terhadap survei tersebut ?

BATAN secara rutin menggiatkan jajak pendapat berdasarkan penetapan Renstra PDIN 2010-2014. Awalnya, pada 2010 persepsi masyarakat secara nasional ditunjukkan dengan angka 59,7 persen menerima pemanfaatan Iptek Nuklir dalam bidang energi melalui pembangunan PLTN, sebanyak 25,5 persen menilai perlunya pembangunan PLTN dan 14,8 persen tidak tahu.

Sedangkan pada 2011, terjadi penurunan penerimaan pembangunan PLTN dengan 49,5 persen setuju, 35,5 persen responden menolak, dan 15 persen tidak tahu. Jajak pendapat dari 7 Oktober hingga 21 Oktober 2012, menemukan bahwa 52,7 persen dari keseluruhan responden menerima pembangunan fasilitas PLTN di Tanah Air, sedangkan 25,23 persen tidak setuju, dan 22,83 persen tidak tahu.

Bagaimana memberikan pemahaman bahwa teknologi nuklir dibutuhkan untuk masa depan ?

Salah satu hal yang penting untuk terus disosialisasikan adalah mengubah mindset, bahwa kita tidak lagi kaya sumber energi. Suatu saat sumber energi dari fosil seperti minyak dan batu bara akan habis. Oleh karenanya BATAN secara aktif mengajak berbagai kalangan, termasuk akademisi dan para jurnalis mempunyai persepsi yang sama terhadap energi alternatif positif lainnya, salah satunya energi nuklir. Saat ini Iptek Nuklir memang telah dipergunakan untuk program nonenergi. Melalui kegiatan ini, nuklir bisa langsung dimanfaatkan melalui berbagai aplikasi yang hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Contohnya Teknik Serangga Mandul (TSM) dan pemuliaan varietas padi unggul adalah aplikasi teknologi nuklir yang memberi manfaat bagi masyarakat.

Bagaimana tentang pembangunan PLTN ?

Indonesia masih membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mewujudkan obsesi itu. Beberapa daerah di wilayah tanah air memang telah mengajukan tawaran untuk menjadikan lokasi alternatif tapak nuklir.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketidakpastian regulasi maupun kebijakan di daerah yang sering berubah-ubah seiring pergantian pimpinan daerah yang bisa berpengaruh terhadap keberlangsungan tapak nuklir ini.

Saya katakan daerah harus memiliki planning jangka panjang yang kuat yang tidak akan membawa pengaruh terhadap policy yang sudah diambil meskipun pucuk pimpinan daerah bisa saja berganti kapan pun.

Di usia ke 54 BATAN, apa harapan anda ?

Jujur saya ingin membawa BATAN kembali ke khittah sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang). Khitah BATAN memang seperti itu dan bukan sebagai lembaga pembuat kebijakan energi. Soal itu barangkali adalah otoritas yang bisa diserahkan kepada Kementerian ESDM maupun institusi terkait seperti DEN. BATAN ingin tugas dan fungsinya hanya memberikan masukan atas opsi-opsi terbaik yang bisa dipilih terhadap Iptek Nuklir. Sementara keputusan finalnya dikembalikan kepada pemerintah dengan persetujuan DPR.

Apa tantangan BATAN ke depan ?

Tantangan utama BATAN adalah menyiapkan diri kapan pun pemerintah menghendaki energi nuklir dapat segera diimplementasikan di negeri ini dengan pembangunan PLTN. Kita sekuat tenaga lakukan terus langkah tersebut agar tidak terjadi demotivasi pada seluruh karyawan dan para peneliti di BATAN. Mereka harus punya semangat yang kuat bahwa suatu saat obsesi pembangunan nuklir akan bisa terwujud. Di sisi eksternal, jika kelak policy pemerintah untuk menggunakan energi nuklir dilakukan, kita sudah siap setiap saat kapan pun dan siapa pun pemerintahannya. Untuk mencegah sikap apatis dan skeptis, BATAN menciptakan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi, karena kita memiliki 3 reaktor riset yang menjadi tumpuan melakukan kegiatan.

Reaktor yang sudah ada sejak tahun 1965 harus tetap berjalan dengan baik dan kegiatan yang dilakukan sangat penting untuk menunjukkan eksitensi BATAN tak hanya di tingkat nasional tapi juga di mata internasional. Australia barangkali bisa menjadi contoh yang sangat baik. BATAN-nya Australia tidak punya PLTN, namun tenaga mereka expert dan eksis di seluruh dunia di bidang nuklir. Maka kita harus bisa seperti itu, tanpa PLTN-pun kita harus bisa mencetak tenaga yang expert dan mendunia. Dan kita siap untuk itu.

Penggunaan energi nuklir di masa depan akan menjadi pilihan yang tak terelakkan. Kita bisa lihat contoh Uni Emirat Arab yang kaya energi, mereka juga telah memikirkan alternatif penggunaan energi nuklir sebagai pilihan tepat masa depan.

Apa sebetulnya obsesi anda sebagai orang yang sudah lama berkutat di bidang kenukliran ?

Dengan berkaca kepada sejarah selama hampir tiga dekade keinginan untuk mewujudkan PLTN belum terlaksana. Saya ingin mewujudkan pembangunan reaktor eksperimental daya yang akan digunakan sebagai reaktor riset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dalam skala kecil tetapi tidak komersial. Ini semacam PLTN mini, dimana di situ masyarakat dapat melihat maket PLTN yang safe sehingga menambah keyakinan pada masyarakat bahwa teknologi nuklir untuk kepentingan energi sesungguhnya aman untuk digunakan. Keinginan ini adalah upaya terobosan mengingat kesulitan yang demikian besar jika memakai jalur konvensional untuk membangun PLTN. Pembangunan reaktor eksperimental daya ini saya asumsikan lebih mudah diterima selain tidak membutuhkan proses politik yang panjang. Apalagi itu juga masih dalam domain tugas BATAN. *

● Suara Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar