Minggu, 02 Desember 2012

Modifikasi Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca


Kerjasama antara BPPT dan TNI AD telah dilaksanakan melalui penggunaan Pesawat Casa 212-200 milik TNI AD dalam operasi menaggulangi kebakaran lahan dan hutan di Jambi, di lanjutkan dengan operasi yang sama di Sumatera Selatan dan pesawat yang sama juga digunakan untuk mengatasi defisit ait di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Jawa Barat,” ungkap Kepala BPPT Marzan A Iskandar dalam kunjungan kerjanya ke kantor Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) dalam rangka kerjasama pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) (31/10).

Lebih lanjut Marzan mengatakan bahwa operasi TMC tersebut sangat berarti karena BPPT mendapat banyak permintaan dari daerah untuk mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan. Bahkan akhir-akhir ini juga dilakukan untuk memindahkan lokasi hujan, seperti dalam rangka penyelenggaraan PON dan Sea Games. 

“Dari waktu ke waktu permintaan operasi TMC ini juga semakin meningkat seiring dengan semakin dipahaminya manfaat dari operasi TMC. Karena itulah kerjasama antara BPPT dan TNI AD ini diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan sinergis, agar operasi TMC ini bisa diperbesar skalanya dengan memanfaatkan juga fasilitas yang dimiliki TNI AD,” ujarnya.

Selain itu BPPT juga telah melakukan beberapa upaya modifikasi untuk semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan operasi TMC. Diantaranya dengan pembuatan air scooper yang dipasang di pesawat Casa 212. Menurut Kepala Unit Pelaksanan Teknis Hujan Buatan (UPTHB) BPPT, F. Heru Widodo, air scooper yang dipasang di pesawat milik TNI AD tersebut direncanakan akan dikembangkan menjadi mekanisme seedingsecara otomatis. “Sehingga sistem yang dulunya manual manjadi otomatis seeding,” ungkapnya.

Ke depan, Marzan berharap kerjasama antara BPPT dan TNI AD dapat ditingkatkan baik itu dalam penggunaan pesawat Casa 212, maupun dalam upaya pelatihan (training) pilot puspenerbad untuk pesawat pyper chayenneyang saat ini tidak memiliki pilot. “Saat ini kami juga sedang membicarakan kemungkinan untuk memasukkan pesawat Bravo dalam jajaran pesawat untuk operasi hujan buatan karena memiliki kapasitas lebih besar, kurang lebih 8 kali pesawat Casa,” terangnya.

Ditambahkan Heru bahwa Indonesia perlu bangga karena telah memiliki teknologi hujan buatan. “Tidak semua negara mempunyai TMC, beberapa negara memanfaatkan TMC selain untuk menambah curah hujan juga untuk mengatasi hujan es. Sementara itu di Indonesia, selain untuk menambah ataupun mengurangi curah hujan, TMC juga dilakukan untuk pengisian waduk baik untuk PLTA maupun pertanian, mengurangi banjir serta mengamankan PON dan Sea Games,” jelasnya.

Dua metode yang dilakukan dalam pelaksanaan TMC yaitu reducing hujan dengan jumping proses dan sistem kompetisi. Operasi TMC uga dilengkapi dengan radar, yang dapat mengamati dan menganalisa perkembangan dan pergerakan awan. Dalam proses penyemaian awan, BPPT menggunakan flare yang merupakan buatan BPPT bekerjasama dengan Pindad. 

Flare mempunyai tingkat efektivitas yang besar. Perbandingannya, satu ton garam sama dengan satu kilogram flare. Dan pesawat piper chayene ini biasanya dalam sekali terbang dapat mengangkut 24 flare. Jadi ekuivalen dengan 24 kali penerbangan pesawat Casa,” ujarnya.

Pengembangan selanjutnya yaitu penggunaan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilengkapi flare dalam operasi TMC. “Kedepan akan segera dilakukan hujan buatan di Jawa Tengah untuk pengurangan curah hujan di lereng Gunung Merapi. Rencananya akan dilakukan Desember mendatang,” tutur Heru.

Pada kesempatan yang sama, diungkapkan Kasahli Kasad Mayjen TNI, Muktiyanto bahwa diharapkan BPPT tidak hanya mengembangkan TMC saja, namun bisa mengembangkan teknologi sumber air bersih dan listrik untuk daerah perbatasan maupun terluar. Karena problema yang ada saat ini belum semua daerah perbatasan dan terluar terjangkau oleh air dan listrik.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPPT pun memaparkan bahwa BPPT sangat terbuka untuk bekerjasama dalam upaya mewujudkannya. “Kami telah lama mengembangkan teknologi pengolahan air bersih dan listrik dengan sumberdaya tebarukan. Selain itu disampaikan pula mengenai pengembangan teknoogi PUNA dan pangan darurat Biskuneo,” tutupnya.

Dalam kunjungan kerja Kepala BPPT yang didampingi oleh Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Djamaluddin tersebut selain diagendakan untuk memberikan laporan kemajuan hasil pelaksanaan operasi TMC di Jambi, Sumsel dan Jabar dengan dukungan pesawat Casa Puspenerbad, juga untuk menyusun rencana kerjasama dalam penggunaan pesawat Casa Puspenerbad tersebut ke depan untuk uji terbang dalam rangka pengembangan mekanisasi seeding untuk operasi TMC dan kerjasama lainnya seperti pendidikan atau training pilot Puspenerbad untuk pesawat Piper Chayenne BPPT untuk operasi TMC.

TNI AD BANTU OPERASI HUJAN BUATAN BPPT

 

Penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sangat bermanfaat untuk mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan serta mengatasi titik api (hotspot). Bahkan akhir-akhir ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya hujan di suatu tempat, seperti saat Sea Games 2011 lalu dengan memindahkan lokasi hujan. 

Untuk tahun ini, Kepala Unit Pelaksanan Teknis Hujan Buatan (UPTHB) BPPT, F. Heru Widodo mengatakan bahwa operasi Hujan buatan sudah dimulai sejak tengah tahun ini di beberapa daerah, seperti Riau, Pontianak, Kalimantan Tengah, Jambi, Susel, Jatim, Kalimantan Selatan. Menurutnya, pergerakan operasi TMC ini banyak dibantu berbagai pihak, salah satunya TNI-AD yang telah meminjamkan pesawat CASA 212 dalam pelaksanaan operasi TMC.

“Awal kerjasama dengan TNI-AD adalah saat kami menerima banyak permintaan dalam mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan. saat itu kami sangat kewalahan khususnya dalam hal pesawat terbang, sehingga kami meninta bantuan KASAD untuk meminjam pesawat Casa dalam pelaksaan operasi,” papar Heru.

BPPT sendiri, lanjut Heru, mempunyai 4 pesawat CASA dan sebuah pesawat pyper chayenne yang siap untuk mengatasi setiap permintaan masyarakat akan TMC baik dalam mengatasi kekeringan atau kebakaran hutan.  Menurut Heru, armada pesawat yang dimiliki rasanya belum cukup, oleh karena itu BPPT dan TNI-AD bekerjasama.

“Hasilnya secara umum bagus, kami dalam melaksanakan tugas ini juga dibantu oleh tim  monitoring dan evaluasi yang bertugas untuk membantu dan memberi masukan dalam pelaksanaan operasi. Seperti pencarian data daerah yang rawan banjir, longsor, atau daerah  yang jarang hujan,” papar Heru.

Menanggapi hal tersebut, Komandan Puspenerbad Brigadir Jenderal TNI Afifudin mengatakan bahwa TNI selain melaksanakan operasi militer perang juga melaksanakan kegiatan militer selain perang, seperti dalam hal penanganan bencana alam yang semuanya dilakukan atas dasar pengabdian pada masyarakat dan negara.

“Sesuai permintaan pemerintah melalui BPPT untuk menanggulangi kebakaran hutan dan mengatasi kekeringan, maka kami pun siap meminjamkan pesawat maupun bantuan personil  untuk memperlancar operasi TMC,” ungkapnya.

Menurut Brigjen Afifudin, pihaknya sudah menyiapkan 2 unit pesawat CASA 212 yang sudah dimodifikasi untuk pelaksanaan operasi TMC. “Selama kami punya sarana dan BPPT membutuhkan kami akan selalu mendukung karena hal ini untuk kepentingan rakyat,” pungkasnya saat penutupan Operasi TMC di Lanud Husein Sastranegara, Bandung (21/12).

Adapun operasi TMC kali  ini bertujuan pemenuhan kebutuhan irigasi pada lahan kekeringan seluas 27.206 ha dan untuk realisasi tanam pada lahan pertanian di Daerah Irigasi Jatiluhur seluas 250.456 ha. Guna mengatasi defisit air di Waduk Kaskade Citarum tersebut, Kementerian PU bekerjasama dengan BPPT, didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), TNI AD dan TNI AU melaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah DAS Citarum, Jawa Barat.


© BPPT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar