Minggu, 09 Desember 2012

Moncong Hiu Yang Melegenda

Sejarah motif ini sangat panjang. Di Indonesia mulai dikenal menjelang akhir Perang Kemerdekaan ketika Belanda membawa armada P-51D Mustang yang saat itu disebut dengan Cocor Merah. Ada juga yang menyebutnya Mustang Gigi.
 

 

Hiasan ini sangat populer hampir di setiap era ada saja pesawat yang dihiasai dengan motif seperti ini. Tampilanya dari zaman ke zaman nyaris tidak jauh berbeda yaitu bentuk gigi yang menyeringai warna putih dengan ekspresi mata yang sedang marah. Dan jika menggunakan baling-baling pada bagian ujung (cone) hidung pesawat biasanya diberi warna merah.

Kalau diperhatikan pesawat yang menggunakan motif ini adalah keluaran pabrikan dari AS. Padahal Luftwaffe adalah yang pertama kali mengunakannya di tahun 1915 pada pesawat Roland C.II yang dipiloti oleh Oberleutnant Ritter von Schlech. Cuma saat itu motifnya masih bernama Walfisch (ikan paus) dengan bentuk gambar yang belum begitu jelas. Tapi inilah yang menjadi cikal baka dari motif moncong hiu.


Barulah pada saat PD II bergelora motifnya mulai terlihat jelas, yaitu pada Messerschmitt 110 dari 11Gruppe ZG76 Haifisch (ikan hiu) yang menjadi standar dari kesatuan itu dan terlihat juga di beberapa glider tempur Gotha Go 242A. Rupanya motif ini juga disenangi oleh pihak Sekutu terutama Amerika Serikat dimana hampir di semua jenis pesawat kalau tidak dihiasi lukisan wanita seksi ya tentunya moncong hiu itu. Sebut saja seperti pada pesawat P-38 Lightning,P-39D Airacobra, P-51A/B Mustang,dan P-61 Black Widow. Bahkan pesawat-pesawat pembom pun tidak mau ketinggalan seperti A-20 Havoc, B-17 Flying Fortress, B-24 Liberator, B-25 Mitchell, B-26 Marauder, dan A-26 Invader. Rupanya motif gigi hiu ini juga mewabah sampai ke pesawat kecil seperti L-4 Piper Cub dan L-5 Stinson .

Flying Tiger

Motif moncong hiu ini baru benar-benar melegenda saat digunakan oleh  para penerbang yang tergabung dalam AVG (American Volunteer Group) yang bertugas di Burma ketika bertempur melawan Jepang. Ide penggunaan motif ini datang ketika Letjen Claire Chennault ingin membuat insignia yang khas pada tiga skadron pesawat tempurnya yaitu P-40. Untuk memenuhi keinginan pimpinanya beberapa penerbang dengan bantuan seniman lokal mencoba membuat sketsa dari kapur tulis motif gigi hiu pada bagian moncong pesawatnya. Ide ini sebenarnya sudah ada sebelum pimpinan kharismatik itu memintanya dan ternyata sketsa yang diajukan disetujui. Para penerbang ini juga mengakui bahwa ide ini mereka adopsi dari pesawat tempur milik Jerman yang bertempur di atas pulau Kreta.

Dengan tambahan gambar seekor macan bersayap sedang menerkam, sejak saat itu nama pangilan dari AVG dikenal dengan The Flying Tiger. Apalagi setelah majalah Time terbitan 6 Desember 1943 sampulnya membuat ilustrasi wajah sang jenderal dengan latar lukisan macan terbang.

Perang Dunia II usai tapi konflik berlanjut di Semenanjung Korea, rupanya motif ini masih tetap disenangi. Mungkin selain lebih indah pesawat yang dilukis motif moncong hiu ini akan terlihat lebih garang. Selain Mustang yang sudah menggunakan terlebih dahulu, beberapa pesawat jenis jet yang baru pertama kali diterjunkan dalam pertempuran ramai-ramai mengadopsi motif ini seperti F-80C Shooting Star dan F-86 Sabre.

Konflik berlanjut ke Perang Dingin, motif moncong hiu tetap hadir. Peminatnya lumayan banyak, paling tidak di awal konflik saja sejumlah pesawat tempur menggunakannya seperti F-9F Panther, F-11F Tiger, F-86D Sabre Dog, F-89D Scorpion, F-94B Star Fire, dan F-102A Delta Dagger

Perang Dingin semakin memanas. Dengan dimulainya Perang Vietnam pesawat dibuat semakin canggih dan helikopter mulai digunakan untuk bertempur. Motif moncong hiu masih saja diminati seperti yang terlihat pada pesawat-pesawat F-8H Crusader, F-105D Thunderchief, OV-1C Mohawk, F-4 Phantom, AH-1G Cobra,UH-1B Huey, A-7 Corsair, dan OV-10A Bronco.

Era Perang Vietnam berlalu, bahkan Perang Dingin pun berakhir. Dunia memang masih menyisakan beberapa perang besar seperti Perang Malvinas dan Perang Teluk, tapi masih ada saja pesawat yang menggunakan motif ini seperti F-14 Tomcat, A-10Thunderbolt, dan F-16C Fighting Falcon yang berpangkalan di Jerman bahkan ada juga pesawat F-15E Strike Eagle yang meggunakan motif moncong hiu walaupun tidak terlalu menonjol.

Di Amerika yang masih setia menggunakan motif ini adalah pesawat A-10 dari 23rd Fighter Group yang berpangkalan di Lanud Macdill, Florida. Belum lama ini memperingati 70 tahun (1942-2011) dari skadron Flying Tiger dengan mengundang para pelakunya yang masih ada.

Di Indonesia motif moncong hiu ini mulai dikenal ketika Belanda membawa pesawat P-51D Mustang sebagai kekuatan tempurnya dan sebagian menggunakan motif moncong hiu. Di sinilah mulai dikenal sebutan Cocor Merah dan Mustang Gigi. Sampai Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan memiliki Angkatan Udara sendiri (AURI) dengan modal pesawat-pesawat yang diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia. Motif moncong hiu ini masih dipertahankan yang saat itu Mustang tergabung dalam Skadron Udara 3.

Setelah tertidur cukup lama TNI AU kembali menghidupkan motif ini pada pesawat tempur terbarunya yaitu EMB-314 Super Tucano. Legenda Si Cocor Merah diharapkan bisa bangkit lagi di dalam Skadron Udara 21. (Harzan Djajasasmita)


Sumber : Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar