Dalam beberapa tahun terakhir, militer Cina aktif menjalin kerjasama militer dengan negara-negara lain yang "tidak seideologi". Satu di antara bentuk kerjasama itu adalah latihan militer bersama, di mana materi-materi yang diangkat adalah materi-materi yang bersifat ringan seperti latihan SAR dan HADR. Sebaliknya, Beijing sebisa mungkin menghindari materi-materi latihan yang bersifat keras seperti latihan tempur yang melibatkan manuver lapangan unsur laut, udara dan atau darat.
Dari berbagai latihan militer bersama yang dijalin oleh beberapa negara dengan Cina, boleh dikatakan sebagian besar latihan itu dilaksanakan di wilayah Cina. Sebaliknya, Beijing hingga sekarang tidak mau melepas personel militernya untuk melaksanakan latihan di negara mitra. Singkatnya, Cina hanya mau menjadi tuan rumah latihan dan tak mau menjadi tamu di negara lain.
Boleh jadi hal itu terjadi karena Beijing ingin memproteksi personel militernya dari "pengaruh asing" lewat interaksi dengan personel militer asing di negara lain. Dibandingkan dengan negara-negara lain, personel militer Cina diikat oleh peraturan yang sangat kaku dalam hal interaksi dengan personel militer negara lain. Jangankan di luar negeri, untuk interaksi dengan perwira asing yang tengah menempuh pendidikan atau kursus di lembaga pendidikan militer Cina pun, para perwira militer Cina sangat dibatasi.
Kalau demikian adanya, hal ini akan menjadi kendala dalam meningkatkan intensitas latihan dengan negara-negara lain. Sebab interaksi antar personel militer khususnya perwira selain untuk membangun profesionalisme, pula bertujuan untuk menciptakan hubungan antar personel yang lebih baik. Sehingga ketika suatu saat para perwira ini menjadi flag officer dan menduduki jabatan strategis di organisasi militer masing-masing, komunikasi akan lebih cair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar