Leopard 2. (Foto: KMW)
7 Februari 2012: Rencana TNI AD untuk membeli Tank Leopard diprediksi akan berjalan mulus tanpa hambatan. Kepiawaian KSAD Jenderal Pramono Edy Wibowo dalam berdiplomasi dan melaksanakan “operasi intelijen” terhadap anggota dewan, diperkirakan akan sukses mendatangkan Leopard ke Indonesia.
Ada apa sesungguhnya yang terjadi dengan pengadaan kendaraan tempur berat ini, sehingga menyulut pro dan kontra di tanah air. Banyak pihak menyatakan bahwa tank berat sebenarnya tidak dibutuhkan di negara kepulauan seperti Indonesia. Karena selama ini, tank berat seperti Leopard lebih banyak digunakan di negara-negara kontinental.
Namun yang pasti, dibalik pro dan kontra ini, ada satu pihak yang paling diuntungkan bila tank ini jadi didatangkan. Fulus akan membanjiri kantong pengusaha Indonesia yang jadi principle dari perusahaan Jerman, Krass Mafei pembuat Tank Leopard. Bagi pengusaha ini, mendatangkan 100 tank Leopard adalah lebih baik, bila dibandingkan hanya mendatangkan 44 tank.
“Salahkah kami, kalau dengan US$287 juta untuk 44 tank ternyata bisa dapat 100 unit? Itulah yang dikatakan KSAD saat bertemu Anggota DPR RI beberapa waktu lalu. Kalimat itu disampaikan orang nomor satu di Angkatan Darat itu, karena keinginannya untuk mempersempit ruang gerak percaloan dalam pengadaan tank ini.
Apa yang disampaikan KSAD itu bisa jadi benar, tapi mendatangkan 100 Tank Leopard, justru akan semakin membebani anggaran negara pada setiap tahunnya. Apalagi, begitu tank itu tiba di tanah air, harus segera dilakukan banyak penyesuaian atau biasa disebut dengan “Upgride”, istilah dalam peremajaan alutsista.
Belum lagi biaya pemeliharaan yang harus dianggarkan pada tiap tahunnya. Status sebagai tank bekas, semakin melegitimasi dibutuhkannnya biaya tambahan yang cukup besar untuk menjadikan Leopard selalu dalam kondisi “siap pakai”.
Lalu siapa yang bisa melakukan pemeliharaan tank ini, termasuk mensuplai segala suku cadangnya? Tentu saja yang bisa melakukan itu hanya principle dari perusahaan Jerman Krass Mafei yang ada di Indonesia. Bisa dipastikan, perusahaan Jerman itu sudah menunjuk siapa perusahaan Indonesia yang akan jadi kepanjangan tangannya.
Bisa dibayangkan berapa banyak fulus yang akan mengisi kantong pengusaha tersebut? Bila Leopard dipakai TNI AD selama 30 tahun, maka selama itu pula, duwit akan terus membanjiri kantong pengusaha pemegang priciple tank buatan Jerman itu. Datangnya 100 tank itu, semakin memastikan dan menjamin masa depan sang pengusaha.
Akhirnya, bila terjadinya pro dan kontra terkait rencana pembelian Tank Leoprad itu hanya karena berhulu dan bermuara pada persoalan fulus semata, maka sungguh sangat disayangkan bila hal ini terjadi. Tapi bila karena berpijak pada alasan ideal demi membangun sistem pertahanan negara, maka harus diacungi jempol oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sumber: INTELIJEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar