Kamis, 08 September 2011

Indonesia Teken Pembelian 16 Unit T-50

T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)

9 September 2011, Jakarta (Radar Banten): Pemerintah In­donesia berencana membeli pesawat tempur T-50 atau Light Figh­ter buatan Korea Selatan se­banyak satu skuadron atau 16 unit. Pembelian ini dilakukan de­ngan cara kerja sama an­tar-kedua negara, di mana Kor­sel juga akan membeli pe­sawat jenis CN 235 produksi In­donesia. Penandatanganan kedua negara akan dilakukan besok antara Menhan RI de­ngan Menhan Korsel.

“Kita harapkan sebelum ka­binet ini berakhir akan datang T-50 itu. Dan di sisi lain mereka bersedia membeli CN 235. Jadi kerja sama inilah yang kita harapkan terwujud konkret, kita tidak hanya membeli tetapi ki­ta tidak dapat apa-apa,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Kantor Presiden, Kamis (8/9).

Rencana kerja sama pem­belian alutsista tersebut, ka­ta Purnomo, sudah masuk da­lam rencana kerja 2010-2015. Di dalam APBN telah diatur belanja modal untuk pengadaan dan peremajaan alutsista dialokasikan sebesar Rp 150 triliun. Seluruh item-item kebutuhan alutsista yang akan dibeli dari APBN tersebut telah dilaporkan kepada Pre­siden SBY. “Karena Pak SBY punya background militer, jadi beliau tahu persis keperluan AD, AL dan AU. Tadi sudah kita paparkan secara rinci dengan skala prioritas 1-3,” katanya.

Dipilihnya kerja sama dengan Kor­­sel, terang Purnomo, ka­re­­na negara ini sudah la­ma menjalin kerja sama de­ngan Indonesia dalam bi­dang pe­nga­daan alutsista. Con­tohnya pembangunan ka­pal LPD (Lan­ding Platform Dock), seperti KRI Suharso atau kapal angkut yang cukup besar punya AL.

Selain itu, Korsel juga bersedia me­lakukan transfer teknologi ke Indonesia, sehingga pe­ru­sahaan pengadaan alutsista dalam negeri seperti PAL atau Pindad mampu membangun dua kapal seperti yang di­la­kukan Korsel. Salah satu buk­tinya adalah Indonesia bisa mem­bangun satu unit KRI Su­­harso yang dipakai dalam ke­giatan Surya Baskara Jaya untuk kegiatan sosial. “Salah satu yang mendasari kerja sa­ma adalah karena mereka bersedia me­la­kukan transfer teknologi. Ja­di tidak kerja sama jual beli bia­sa,” kata Purnomo.

Sumber: Radar Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar