Kamis, 29 September 2011

Kunjungan Komisi I DPR ke Spanyol dan Korsel Dibatalkan




Jakarta - Rencana Komisi I DPR untuk melawat ke Spanyol dan Korea Selatan akhirnya dibatalkan. Hal ini dikarenakan komisi yang membidangi urusan luar negeri itu sudah tidak lagi memiliki kepentingan ke dua negara itu.

"Rencana itu sudah dibatalkan tadi. Karena kita sudah tidak punya kepentingan ke sana," ujar anggota Komisi I DPR, Max Sopacua, saat dihubungi detikcom, Kamis (29/9/2011).

Menurut Max, Komisi I memang pernah merencanakan kunjungan ke dua negara itu. Tujuan kunjungan ke dua negara itu untuk studi banding terkait RUU Intelijen.

"Itu rencana awal dulu, tetapi kan RUU Intelijen sudah hampir rampung jadi kunjungan itu kita batalkan karena sudah tidak perlu lagi," terangnya.

Selain dalam rangka studi banding terkait RUU Intelijen, kunjungan ke Spanyol dan Korsel awalnya ingin melihat persenjataan di dua negara itu. Namun hal itu dirasa tidak terlalu mendesak.

"Itukan tidak urgent juga toh, ya akhirnya kita batalkan. Jadi tidak ada kunjungan ke Spanyol dan Korsel," imbuh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu.

detik

Komisi I DPR ke Spanyol dan Korsel

T-50 Golden Eagle terbang dalam formasi. (Foto: KAI)
JAKARTA (Pos Kota) – Komisi I DPR RI berencana akan melakukan studi banding ke Spanyol dan Korea Selatan, untuk membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Industri Strategis Alat Utama Sistem Persenjataan (Insra Alutsista).
“Kita pergi dalam rangka RUU Instra Alutsita, ‘ terang Wakil Ketua Komisi I DPR, T.B. Hasanudin di gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (29/9).
Menurut Hasanudin, pergi ke Spanyol karena Komisi I ingin melihat bagaimana industri kapal tempur buatan mereka. Sedang ke Korea Selatan untuk mengetahui industri pembuatan senjata, pesawat T 50 dan kapal selam.
“Kita kan mau membuat industri startegis alutsita dalam negeri, tapi kita tidak bisa bekerja sendirian. Kita harus bisa kerja sama, kapan agendanya kan kita break down, dan lain-lain,” pungkasnya
sumber :poskota

Indonesia Akan Bangun Simulator Sukhoi


29 September 2011, Bogor (ANTARA): Indonesia akan segera membangun simulator pesawat jet tempur Sukhoi untuk menempa keterampilan dan kemampuan para pilot pesawat tempur tersebut secara intensif, efektif dan efisien.

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat kepada ANTARA usai peresmian simulator Super Puma NAS 332 di Bogor, Kamis mengatakan, "penjajakannya sudah lama dan akan mulai dimantapkan pada 2012,".

Ia menambahkan, pembangunan simulator itu akan diusahakan melibatkan PT Dirgantara Indonesia dengan beberapa perusahaan mancanegara.

"Perusahaan mancanegara kemungkinan bisa dari Rusia, China atau Kanada. Ini semua kita jajaki," kata Kasau.

Ia menegaskan, dengan adanya simulator tersebut maka keahlian dan kemampuan para pilot pesawat jet tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara dapat terus diasah dan ditingkatkan dengan efektif dan efisien.

"Bayangkan jika kita berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya. Berapa biaya yang harus dikeluarkan...bisa ratusan juta rupiah. Di Rusia pun pesawat Sukhoi tidak dipakai setiap hari," tutur Kasau.

Ia menambahkan, pembangunan simulator Sukhoi akan ditempatkan di Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanuddin, Makassar.

"Ini untuk memudahkan para penerbang menjangkau simulator. Tidak seperti para penerbang Hawk yang berada di Pontianak yang harus ke Pekanbaru karena simulatornya di sana. Itu tidak efektif dan efisien. Jadi kita upayakan simulator dibangun tidak jauh dari pangkalan pesawat atau heli dimaksud," ujar Imam.

Indonesia selama ini mengirimkan penerbang Sukhoinya ke Rusia selaku produsen dan pengguna, atau China yang telah memiliki pabrik dan simulator Sukhoi.

Indonesia telah memiliki Sukhoi sejak 2003 dan kini telah memiliki 10 unit pesawat Sukhoi dengan berbagai jenis. Kini Indonesia tengah menjajaki pembelian enam unit lagi pesawat sejenis untuk memperkuat skuadron tempurnya.

Sumber: ANTARA News

ROKET Indonesia Getarkan Australia, Singapura, Malaysia



Momentum ini harus dijaga terus dan ditingkatkan sebagai kebanggaan atas kemampuan teknologi sendiri. Jangan sampai karya insinyur Indonesia ini dijegal justru oleh orang Indonesia sendiri (biasa) para ekonom-ekonom Pemerintah yang sering menganggap karya bangsa sendiri sebagai terlalu mahal dan hanya buang-buang uang saja untuk riset ....! Inilah musuh yang sebenarnya. Waspadailah kawan-kawan insinyur Indonesia.

Meski sudah berlangsung 2 pekan yang lalu, peluncuran roket RX-420 Lapan ternyata masih jadi buah bibir. Anehnya bukan jadi buah bibir di Indonesia yang lebih senang ceritera Pilpres, tetapi di Australia, Singapura dan tentu saja di negara tetangga yang suka siksa TKI dan muter-muterin Ambalat yakni Malaysia.


Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor. Anggaran yang dikeluarkan untuk peluncurannya pun “cuma” Rp 1 milyar. Kalah jauh dengan yang dikorupsi para anggota DPR untuk traveller checks pemenangan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Gubernur BI yang lebih dari Rp. 50 milyar. Apalagi kalau dibandingkan dengan korupsi BLBI yang lebih dari Rp. 700 trilyun.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per ******* Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk member "Asian Satellite Club" bersama Cina, Korea Utara, India dan Iran.

Nah kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km untuk keperluan militer bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari utara yakni Indonesia itu memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.

CN 235 Versi Militer
Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama “nyaho” kehebatan insinyur-insinyur Indonesia. Buktinya? Tidak hanya gentar dengan roket RX-420 Lapan tetapi mereka sekarang sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN235 versi Militer buatan PT. DI. Juga mencermati perkembangan PT. PAL yang sudah siap dan mampu membuat kapal selam asal dapat kepercayaan penuh dan dukungan dana dari pemerintah.

Kalau para ekonom Indonesia antek-antek World Bank dan IMF menyebut pesawat-pesawat buatan PT. DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi terlalu banyak (“cuma” Rp. 30 trilun untuk infrastruktur total, SDM dan lain-lain) dan hanya jadi mainannya BJ Habibie. Tetapi mengapa Korea Selatan dan Turki mengaguminya setengah mati? Turki dan Korsel adalah pemakai setia CN 235 terutama versi militer sebagai yang terbaik di kelasnya. Inovasi 40 insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 versi militer ini adalah penambahan persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.

Nah, jadi musuh yang sebenarnya ada di Indonesia sendiri. Yakni watak orang Indonesia yang tidak mau melihat orang Indonesia sendiri berhasil. Karya insinyur-insinyur Indonesia yang hebat dalam membuat alutsista dibilangin orang Indonesia sendiri terutama para ekonom pro Amerika Serikat dan Eropa: “Mending beli langsung dari Amerika Serikat dan Eropa karena harganya lebih murah”. Mereka tidak berpikir jauh ke depan bagaimana Indonesia akan terus tergantung di bidang teknologi, Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi dengan membayarnya sangat mahal terus menerus sampai kiamat tiba.

Kalau ada kekurangan yang terjadi dengan industri karya bangsa sendiri, harus dinilai lebih fair dan segera diperbaiki bersama-sama. Misalnya para ahli pemasaran atau sarjana-sarjana ekonomi harus diikutsertakan dalam team work. Sehingga insinyur-insinyur itu tidak hanya pinter produksi sebuah pesawat tetapi setidaknya tahu bagaimana menjual sebuah pesawat itu berbeda dengan menjual sebuah Honda Jazz. Kalau ada kendala dalam pengadaan Kredit Ekspor sebagai salah satu bentuk pembayaran, tolong dipecahkan dan didukung oleh dunia perbankan, agar jualan produk sendiri bisa optimal karena akan menarik bagi calon pembeli asing yang tak bisa bayar cash.

LAPAN

Mozambik Pelajari Pembangunan Lembaga Antariksa di Lapan



 
Jakarta, Lapan.go.id, Keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan riset di bidang iptek dirgantara menarik minat negara berkembang untuk belajar dari bangsa ini. Kamis, (15/9), Menteri Riset dan Teknologi Mozambik, Vanancio Massinggue, mengunjungi kantor Lapan di Rawamangun dan Rancabungur.
                                              
Di kantor pusat Lapan di Rawamangun, Massinggue, Duta Besar Mozambik untuk Indonesia Carlos Agostinho do Rosario, dan anggota parlemen Mozambik Dr. Francisco Muchanheia bertemu dengan Kepala Lapan, Drs. Bambang Tejasukmana, Dipl. Ing., serta Sekretaris Utama dan para Deputi Lapan.

Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin kerja sama antara Indonesia dan Mozambik di bidang riset teknologi dirgantara. Negara ini ingin membangun lembaga antariksa dengan asistensi Lapan.
“Negara kami sudah menjadi negara yang demokrasi dan melaksanakan pemilihan umum. Pertumbuhan ekonomi di Mozambik juga sangat baik. Untuk itu, ini saatnya Mozambik memikirkan untuk memiliki lembaga penelitian di bidang antariksa seperti Lapan,” ujarnya saat bertemu Kepala Lapan.
Dalam pertemuan itu, para Deputi Lapan menjelaskan berbagai penelitian dan keberhasilan Indonesia di bidang iptek dirgantara. Lapan memiliki tiga bidang penelitian utama yaitu penginderaan jauh, sains antariksa dan atmosfer, serta teknologi dirgantara.
Pertemuan tersebut menyepakati bahwa Mozambik akan mengirimkan peneliti-penelitinya ke Indonesia. Para peneliti tersebut nantinya akan belajar di Lapan mengenai seluk-beluk perencanaan pembangunan lembaga antariksa.
Delegasi Mozambik sangat tertarik dengan pengembangan satelit mikro di Indonesia. Ketertarikan mereka disebabkan oleh keberhasilan Lapan membangun satelit Lapan-Tubsat yang telah berhasil mengorbit melebihi masa perkiraan usianya.
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Soewarto Hardhienata, mengatakan bahwa delegasi Mozambik tertarik untuk membangun stasiun bumi Lapan-Tubsat di negaranya. “Pemerintah Mozambik sedang menggalang dukungan. Mereka akan menggalang dukungan melalui edukasi pemanfaatan satelit,” ujarnya.
Selain bertemu dengan Kepala, Sekretaris Utama, dan para Deputi Lapan, delegasi Mozambik juga mengunjungi Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor. Di sana, mereka melihat pengembangan satelit Lapan A2 dan Lapan A3.
 

Lapan A2 akan mengemban misi mitigasi bencana. selain itu, satelit ini nantinya akan memiliki kemampuan untuk mengamati kapal laut. Satelit ini rencananya diluncurkan pada 2012. Sementara itu, Lapan A3 akan mendukung ketahanan pangan karena memiliki muatan imageryang berfungsi untuk penginderaan jauh.
Sebelum berkunjung ke Lapan, Rabu (14/9), Menteri Riset dan Teknologi Indonesia dan Mozambik menandatangani kerja sama iptek kedua negara di Gedung BPPT II, Jakarta. Kerja sama tersebut antara lain mencakup bidang teknologi dirgantara dan ruang angkasa.
Sumber:Humas lapan

PENGEMBANGAN UAV LAPAN


·         Pengembangan Teknologi UAV yang mampu mendukung program penanggulangan pasca bencana, rekonstruksi dan rehabilitasi daerah bencana baik secara nasional maupun lokal
·         Dukungan teknologi UAV yang berkemampuan untuk melakukan monitoring  daerah bencana secara lebih detil, mampu mensubstitusi serta melengkapi data daerah bencana bersama data satelit dan sistem monitoring lainnya

uav_lpn
uav_lpn


roadmap_uav_lpn
roadmap uav-lpn

Simulator NAS-332 Dioperasikan, Awak Penerbang Makin Mahir


29 September 2011, Bogor (ANTARA News): Indonesia salah satu negara pertama Asia Tenggara yang mengoperasikan helikopter buatan Aerospatiale, Perancis, dari seri Puma. Bahkan kita juga membuat mereka dalam lisensi. Kini efektivitas dan efisiensi menuju peningkatan kemahiran pilot dan navigatornya semakin baik karena simulator helikopter sedang itu sudah ada.

Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, meresmikan pemakaian simulator seri Super Puma (NAS-332) di dalam Gedung Simulator di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Atang Sandjaja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

"Simulator NAS-332 Super Puma ini merupakan yang pertama dimiliki TNI-AU. Ini sangat berguna, selain menghemat biaya latihan juga untuk melatih emerjensi, dan latihan terbang sesuai dengan silabus yang diajarkan," kata Sufaat.

Situasi dan kondisi yang ditampilkan layar monitor setara pandangan 3 dimensi dan efek-efek sejati bisa dihadirkan. Dengan begitu, awak pesawat terbang itu bisa berada dalam keadaan yang sangat mendekati kenyataannya sejatinya.

Ada keistimewaan dari simulator buatan Perancis yang dibeli Indonesia itu. Simulasi enam situasi dan kondisi penerbangan dengan berbagai variannya --terutama cuaca buruk dan pendaratan darurat di laut ataupun darat-- bisa dilakukan.

TNI AU Resmi Punya Simulator Heli Super Puma

TNI Angkatan Udara resmi memiliki simulator helikopter Super Puma NAS 332 untuk mendukung keterampilan dan kemampuan para penerbang helikopter matra udara.

Peresmian dilakukan di Wing 4 Pangkalan Udara Atang Sendjaya oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Bogor, Kamis.

Pembangunan simulator helikopter Super Puma itu dilakukan oleh empat pihak yakni PT Dirgantara Indonesia (perakitan, desain, instrumen avionik), DSL, Inggris (pengerjaan sistem komputer avionik, visual sistem), Belanda ("motion system") dan Amerika Serikat (radar).

Imam mengatakan, setelah lima tahun pembangunan simulator tersebut sangat bermanfaat untuk membina kemampuan_d.n keterampilan para penerbang helikopter. "Sangat efektif dan­e.isien termasuk untuk mengantisipasi situasi 'emergency'," katanya.

Ia mengatakan, penerbang yang sudah lama tidak terbang juga bisa menggunakan simulator untuk menempa kembali kemampuannya. Begitu juga, katanya, untuk penerbang baru, bisa menabung jam terbang sebelum menggunakan pesawat atau helikopter yang sesungguhnya.

"Simulator NAS-332 Super Puma ini merupakan yang pertama dimiliki TNI AU," kata Imam. Ia mengatakan, keberadaan Simulator NAS-332 Super Puma merupakan salah satu terobosan strategis dalam meningkatkan keahlian personel TNI AU khususnya helikopter.

Usai meresmikan simulator, Kasau didampingi Danlanud Marsekal Pertama TNI Tabri Santoso, pilot Danwing 4 Kolonel Pnb Eding menjajal simulator tersebut selama 20 menit.

Sumber: ANTARA New/Republika

Kamis, 15 September 2011

Indonesia - Thailand Gelar Sidang ke-5 ITHLC


Agus Suhartono

Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand melaksanakan Sidang ke-5 Indonesia Thailand High Level Committee (ITHLC). Sidang yang berlangsung di Bangkok- Thailand itu beragendakan peningkatan kerja sama intelijen, operasi dan latihan.
Sidang ITHLC tersebut berlangsung pada 13  hingga 15 September 2011. Pada pembukaan Sidang ke-5 ITHLC, Panglima TNI Agus Suhartono menyatakan bahwa Indonesia dan Thailand tidak mungkin terlepas dari fenomena perkembangan lingkungan global yang dinamis.

Sebagai dua negara anggota ASEAN yang memiliki perbatasan maritim, perlu waspada dan senantiasa siaga dengan kemungkinan terkena imbas dampak buruk dari bergejolaknya situasi keamanan di beberapa wilayah tersebut.

Untuk itulah, pada Sidang ke-5 ITHLC tahun ini, selain membahas berbagai isu yang telah menjadi kesepakatan bersama seperti yang telah tersusun dengan baik oleh kedua sekretariat. Panglima TNI mengatakan, patut diwaspadai wilayah perbatasan perairan kedua negara dari kemungkinan masuknya pihak lain yang akan memanfaatkan wilayah perbatasan Indonesia - Thailand untuk kepentingan pihak tertentu.

Saat ini, Forum ITHLC telah memasuki tahun kelima.  Pada usia yang masih relatif baru, Sidang ITHLC telah mampu memberikan gambaran tentang pencapaian kualitas kerjasama dan kedekatan hubungan personal dan institusional kedua pihak.          

Pelaksanaan ITHLC semula akan dilaksanakan bulan Mei 2011, kemudian mundur menjadi Juni 2011. Namun pelaksanaannya menjadi September 2011, setelah berlangsung Pemilu dan pembentukan Pemerintah baru Thailand.

Pertemuan kerjasama militer bilateral antara kedua negara diharapkan akan menghasilkan kesepakatan yang positif bagi peningkatan kualitas kerjasama kedua angkatan bersenjata yang akan senantiasa memberikan dampak produktif dan pencapaian komprehensif bagi perwujudan ikatan kerjasama TNI dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dalam berbagai bidang kegiatan sepanjang tahun kegiatan.

Pada Sidang ITHLC ke 5 tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., sedangkan Thailand dipimpin oleh Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand Jenderal Songkitti Jaggabatara.(kap/rin/nis)

Bakosurtanal Serahkan Peta Indonesia ke ANRI


Asep Karsidi dan M. Asichin

Untuk pertama kalinya, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) memiliki peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hasil buatan dalam negeri. Selama ini, peta nasional yang selama ini tersimpan di ANRI merupakan peta-peta era Hindia Belanda. Peta baru tersebut diserahkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
"Jadi peta Indonesia yang benar untuk saat ini yang buatan Bakosurtanal ini," kata Kepala Bakosurtanal Dr Asep Karsidi pada penandatanganan Nota Kesepahaman dengan ANRI yang disaksikan oleh Menkokesra Agung Laksono dan Menristek Suharna Surapranata di Cibinong, Kamis (15/09).

Peta NKRI yang diserahkan ke ANRI tersebut, adalah peta dinding ukuran 2x1,4 meter2 dalam bentuk "hardcopy" yang pembuatannya masih dilakukan dengan cara lama (digambar atau kartografi) versi sebelum 2010.

Ia mengakui, selama ini belum ada pengarsipan peta-peta Bakosurtanal, sebagai lembaga satu-satunya yang berurusan dengan pemetaan nasional. "Sepekan lagi, kami juga akan menyerahkan peta NKRI terbaru ke ANRI dalam bentuk 'hardcopy' juga. Peta ini sudah menggunakan metode pencitraan satelit, sehingga lebih riil. Selain itu, di peta ini wilayah NKRI sudah bertambah seluas 4.000 km2," paparnya.

Dengan pengarsipan peta ini, Bakosurtanal berharap, informasi geospasial Indonesia tersimpan, terselamatkan dan selalu terekam setiap perubahan demi perubahannya.  Bakosurtanal juga berharap pemerintah memperbanyak peta NKRI yang akan diterbitkan itu untuk disebarkan ke semua kecamatan, kelurahan, hingga sekolah-sekolah, sehingga seluruh rakyat mengetahui wilayah Indonesia yang sangat luas sampai 8 juta km2.

Dikatakan Kepala ANRI M Asichin, selama ini peta-peta Indonesia yang disimpan di ANRI merupakan peta-peta zaman Hindia Belanda seperti peta tahun 1902. Peta-peta ini juga diserahkan ke Bakosurtanal, namun dalam bentuk "copy digital".

Retrofit Tank AMX-13 Oleh Pindad, Bagian Grand Strategy Menuju Kemandirian Pembuatan Tank


Bandung, DMC - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jum’at (9/9) melakukan kunjungan kerja ke PT. Pindad (Persero) dalam rangka melihat secara langsung kesiapan tindak lanjut dari kontrak retrofit kendaraan tempur Tank AMX-13. Dalam peninjauannya Wamenhan berharap kepada PT. Pindad untuk melihat kontrak retrofit tank ini sebagai bagian dari grand strategi menuju kemandirian industri pertahanan, khususnya kemandirian dalam pembuatan tank.
“Retrofit tank ini perlu dilihat dari suatu kerangka yang makro sebagai bagian grand strategy dalam rangka menuju kemandirian industri pertahanan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan ini adalah bagian dari pembuatan tank oleh Indonesia” ungkap Wamenhan dalam arahannya.
Turut hadir mendampingi Wamenhan dalam kunjungan tersebut Kabadan Ranahan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan Prof. Dr. Pos M Hutabarat, Direktur Teknik Industri Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Agus Suyarso. Hadir pula beberapa pejabat tinggi di jajaran TNI Angkatan Darat antara lain Waaslog Kasad, Waasrena Kasad dan Komandan Pussenkav V.
Dalam peninjauannya, Wamenhan yang juga didampingi sejumlah Tim Asistensi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) tersebut diterima oleh Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono.
Lebih lanjut Wamenhan menekankan kepada seluruh jajaran PT. Pindad mulai dari jajaran direksi sampai pada jajaran operasional teknis untuk menangkap kontrak retrofit tank ini sebagai tantangan sekaligus juga tuntutan.
Menurut Wamenhan, apabila PT. Pindad dapat menjawab tantangan dan tuntutan ini maka akan terjadi suatu trush building yang tinggi. Oleh karena itu, trust building kualitas dan trust building produksi hendaknya menjadi catatan utama.
Sementara itu, menanggapi penekanan dan arahan dari Wamenhan, Dirut PT. Pindad mengatakan akan berusaha menggunakan segala sumber daya yang ada untuk melaksanakan dengan sebaik – baiknya dan semaksimal mungkin proyek retrofit tank AMX-13 ini. (BDI/SR)

Negeri Tukang Klaim Bak Anak Kecil

Memperhatikan dinamika kerjasama keamanan maritim di kawasan Asia Tenggara dalam forum ASEAN, ada suatu hal yang menarik yang patut untuk diperhatikan dari Negeri Tukang Klaim. Negeri ini sepertinya dilanda suatu demam baru, yaitu demam kapal selam. Bagaikan anak kecil yang mempunyai mainan baru, Negeri Tukang Klaim kini memamerkan kepemilikan kapal selamnya ke semua negara di kawasan. Bentuk pamer tersebut antara lain diwujudkan dalam tawaran kerjasama untuk submarine rescue.
Sungguh menggelikan dan lucu melihat tingkat laku Negeri Tukang Klaim ketika dilanda demam kapal selam saat ini. Bandingkan dengan Indonesia dan Singapura, dua negeri yang sudah terlebih dahulu mengoperasikan kapal selam dalam jajaran Angkatan Lautnya. Kedua negara tidak pernah dilanda demam kapal selam sehingga harus pamer sana pamer sini di kawasan. Meskipun tanpa pamer sana pamer sini, tetapi kedua negara di belakang layar bekerja keras untuk membuktikan kapabilitasnya dalam mengoperasikan kapal selam.

TNI Wajib Merawat Alutsista


16 September 2011, Jakarta (SINDO): Personel TNI Angkatan Udara diperintahkan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap kondisi dan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki.


Perawatan harus terus dilakukan karena matra ini sangat mengandalkan sistem persenjataan. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, alutsista merupakan komponen utama dalam pertahanan. Kualitas alutsista, ujarnya, sangat menentukan tingkat kredibilitas pertahanan suatu negara.

Pada era teknologi seperti sekarang ini, jelasnya, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal. Selain itu, juga terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni.Di lingkungan TNI AU, tugas-tugas yang menyangkut kesiapan alutsista diemban oleh Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau).

Unit ini memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI AU, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi, serta publikasi teknik. ”Unit ini sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,” tegas Imam di Jakarta kemarin.

Dia menyatakan, sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek adalah mengantisipasi accident dalam satu tahun ke depan. Sedangkan sasaran jangka panjang adalah menjadikan TNI AU sebagai the first class air force.

Sumber: SINDO

Skadron 31 Angkat Nama Indonesia di Dunia Internasional


14 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Skadron Udara 31 TNI AU sarat pengalaman misi internasional yang mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.

Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI M. Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko secara sebagai Komandan Skadron Udara 31 di Jakarta, Rabu (14/9/2011) mengatakan, kualitas profesional harus dijaga dengan pengalaman tugas internasional yang dimiliki satuan itu.

"Kita harus menumbuh kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasikan", kata Danlanud.

Skadron Udara 31 terlibat misi kemanusiaan bantuan bencana luar negeri seperti Iran, Pakistan, Philipina, Myanmar, China dan lain-lain. Di dalam negeri, Skadron Udara 31 terlibat Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya tsunami di Aceh, Sibolga, gempa bumi di Yogyakarta, Manokwari, Maumere dan Bengkulu.

Untuk menjaga kualitas kesatuan, Danlanud Halim meminta para prajurit menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan suasana negatif, menjaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktivitas kerja meningkat.

Komandan Skadron Udara 31 yang baru, Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko adalah Alumni AAU 1994 sebelumnya menjabat Kasi Base Ops Dinas Operasi Lanud Halim Perdanakusuma.

Sedangkan pejabat lama Letkol (Pnb) Iman Handojo, Alumni AAU 1993, akan menempati jabatan baru sebagai Pabandyadalkual Paban VI/Binprofops Sopsau di Mabes TNI AU Cilangkap.

Sumber: KOMPAS

Persenjataan Serbia Lebih Murah

LRSVM Selfpropelled Multitube Modular Rocket Launcher produksi Serbia. (Foto: vti)

13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.

“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).

Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.

Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.

Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.

“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.

Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar

Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)

Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.

Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)

Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.

Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.

Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.

Sumber: Jurnas

KSAU Bahas Pesawat Tempur RI-Korea

Model jet tempur KF-X yang akan dikembangkan oleh Korsel dan Indonesia.

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat membahas proyek pesawat tempur RI-Korea Selatan dengan Duta Besar Korea HE Young Sun-kim dalam kunjungan perkenalan di Mabes TNI AU di Cilangkap, Kamis (15/9/2011).

"Agar kerja sama terus berlangsung baik, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang," kata KSAU.

KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Duta Besar Korea Selatan menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerja sama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.

KSAU pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.

KSAU didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M Syafii, dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Adapun Duta Besar Korea HE Young Sun-kim didampingi Atase Pertahanan Moon Dae Cheol.


Sumber: KOMPAS

RI Taksir Munisi Kaliber Besar Serbia

Self-Propelled Howitzer 122mm SORA buatan Serbia. (Foto: vti)

15 September 2011, Jakarta (Jurnas): Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) diperkirakan akan membeli Munisi Kaliber Besar (MKB) buatan Serbia. Siang ini, produsen senjata Serbia Yugoimport SDRP J.P melakukan presentasi produk industri pertahanan mereka dalam acara Lokakarya Kerjasama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo, Kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

“Kita nggak bisa bandingkan dengan negara lain karena masing-masing punya beberapa keunggulan.

Tapi dibanding yang lain, Serbia unggul di bidang munisi,”kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.

Menurut Eris, senjata buatan Serbia memiliki daya jangkau yang tinggi disebabkan faktor munisi yang baik. “Tapi masih akan kami kaji. Saya sampaikan pada Dirtekind untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan, yang ada pada mereka,”katanya.

“Untuk produk lain ada saingan misalnya Korea, Turki, Prancis. Tapi munisi besar mereka unggul,”kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso.

Namun begitu, kata Agus, Perlu dilakukan kajian mengenai fungsi, kebutuhan, dan biaya yang harus dikeluarkan Indonesia. “Nanti kita bilang, bikin munisi sama dia. Tapi nantinya Pindad harus investasi. Jadi harus dibicarakan,”katanya.

Dia menambahkan, Indonesia sudah pernah membeli munisi berat Serbia, ketika negara ini masih bernama Yugoslavia, T 105 mm. Agus berharap, RI- Serbia tidak hanya melakukan jual beli, tapi kerjasama dalam bentuk join production. “Kalau bisa ada transfer teknologinya, jangan cuma beli doang. Kita ingin ini betul-betul terealisasi,”katanya.

Jika ini dapat terwujud, lanjut Agus, kedua negara bisa melakukan kerjasama lebih lanjut. “Teknologi-teknologi lain yang merupakan turunannya, propelant, selongsong, komponen tank, komponen pesawat bisa saja dilakukan kalau dia sebagai original productnya,” tambah Agus.

Sekjen Kemhan: Kerja Sama RI-Serbia Harus Sesuai Kebutuhan

Indonesia dan Serbia sepakat untuk melakukan kerja sama produksi dibidang pertahanan. Hal ini akan ditindaklanjuti setelah Kementerian Pertahanan melakukan studi kelayakan terhadap industri pertahanan Serbia.

Menurut Sekjen Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, Kemhan akan mempelajari kemungkinan kerja sama sesuai kebutuhan Indonesia. Kerja sama produksi itu, kata dia, harus sejalan dengan postur dan agenda penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai Minimal Essential Forces (MEF) Indonesia. “Saya lihat mereka sangat memberi kesempatan pada kita untuk memberikan teknologi,”katanya usai menghadiri Lokakarya Kerja sama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).

Menurut dia, kebijakan untuk melakukan kerja sama produksi dilakukan setelah evaluasi diantara negara yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan Indonesia. Kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan, dan keuntungan teknologi yang bisa didapatkan Indonesia. “Jika itu terpenuhi, itu yang akan ditindak lanjuti,”kata Eris.

Presentasi Alutsista oleh YugoImport SDPR J.P dari Serbia yang dilakukan siang ini, kata Eris, untuk menjajaki keinginan Indonesia di bidang senjata dengan apa yang bisa dipenuhi Serbia. “Saya sampaikan pada Direktur Teknologi Industri Pertahanan, untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan yang ada pada mereka,”jelasnya.

Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso mengatakan, Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan akan melakukan studi kelayakan agar dapat membandingkannya dengan tawaran negara lain. “Kita harus menghimpun datanya, hingga punya bandingan dengan negara lain, biayanya berapa, investasi industrinya berapa, jumlah yang bisa kita produksi, itu harus dibanding-bandingkan dengan yang lain,”kata Agus.

Sumber: Jurnas

Serbia Promosi Senjata ke Indonesia

Soko J-22 Orao hasil kerjasama perusahaan Serbia Soko dan Avioane Craiova dari Rumania. (Foto: Republic of Serbia MoD)

15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Republik Serbia mempromosikan industri pertahanan mereka ke Indonesia, Kamis (15/9/2011) di Kementerian Pertahanan.

Menteri Pertahanan Serbia, Dragan Sutanovac, menjelaskan, pihaknya memiliki industri pertahananan sejak tahun 1950-an yang memproduksi beragam jenis senjata.

"Kami juga memiliki keahlian dalam pembuatan amunisi, kedokteran militer, dan fasilitas pelatihan," kata Dragan.

Dragan juga menawarkan beasiswa untuk siswa perwira TNI belajar di Serbia. Saat ini, siswa dari Jerman, China, dan Rusia belajar di Serbia.

Wakil Presiden Direktur Yugo Impor (produsen senjata Serbia) memberi paparan produk senjata Serbia dari tank tempur utama (main battle tank), rudal alas, pesawat jet latih tempur, hingga peluncur roket multi-tabung.

Sumber: KOMPAS

TNI AU dan Singapura Latihan di Pekanbaru

F-5 RSAF. (Foto: Australia DoD)

15 September 2011, Pekanbaru (KOMPAS): Skadron Tempur (Skapur) TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) berlatih bersama di Pekanbaru, Riau, Kamis (15/9/2011).

Latihan Joint Fighter Weapon Course (JFWC) TNI AU - RSAF diikuti Skadron F-5 dan F-16 RSAF, serta Skadron Hawk-109/209, Skadron F-5 dan Skadron F-16 TNI AU.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengatakan, latihan itu merupakan salah satu kegiatan latihan bersama terbesar, dari yang pernah dilaksanakan TNI AU dan RSAF.

Rencananya latihan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 11 November 2011 dan akan ditutup oleh KASAU dan CAF RSAF. Latihan itu merupakan lanjutan kegiatan serupa pada tanggal 11 Agustus 2011 di Singapura.

TNI AU-RAAF Persiapkan Latihan di Australia

Untuk meningkatkan profesionalitas penerbang, TNI Angkatan Udara Indonesia dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan menggelar latihan bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus, Rabu (14/9/2011), mengatakan, saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga perwira menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan, sedangkan dari RAAF sebanyak sepuluh perwira dipimpin Komandan Skuadron Sam Wright," kata Azman.

Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama di mana kedua pihak akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).

Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dengan Sandi Elang Ausindo.

Sumber: KOMPAS

Pasukan Yonif 621/Manuntung Barabai Dilepas ke Perbatasan

Anggota Yonif 621 Manuntung saat upacara pelepasan satgas pengamanan perbatasan RI - Malaysia di Banjarmasin, Kalimantan Timur, Kamis (15/9). Sebanyak 650 anggota TNI AD menggunakan KRI Teluk Parigi dari pelabuhan Trisakti Banjarmasin menuju Nunukan Kaltim untuk melakukan pengamanan wilayah perbatasan dengan masa tugas setahun. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/ss/ama/11)

14 September 2011, Barabai (Radar Banjarmasin): Sebanyak 650 Pasukan Yonif 621/Manuntung Barabai akan menempati 29 pos penjagaan dan mengamankan seluas 1.350 km garis batas dan patok perbatasan Republik Indonesia – Malaysia, mulai Sebatik sampai Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan sandi Satgas PAMTAS RI-Malaysia 2011 selama 1 tahun. Mereka mengganti Satgas 631 Palangkaraya.

Sesuai jadwal yang ada, pergeseran pasukan untuk keberangkatan satuan tempur yang sangat terlatih ini dimulai dari Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin pada 15 September 2011 dengan menggunakan KRI Teluk Parigi dengan Nomor Lambung 539. Mereka akan berlayar selama 5 hari mulai Banjarmasin – Balikpapan - Nunukan untuk selanjutnya menempati pos yang telah ada. Rencananya Dandrem 101/Antasari Kolonel Inf Komaruddin S langsung memimpin pelepasan di pelabuhan.

Tradisi pelepasan satuan tempur 621/Manuntung sudah digelar Senin (12/9) malam sekitar pukul 20.30 Wita di depan Markas Komando Yonif 621/Manuntung. Dandim 1002 Barabai Letkol Inf Heri Pribadi secara simbolis mengalungkan Selendang Sasirangan kepada Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin sebagai tanda dimulainya tradisi bertugas. Sebelumnya seluruh personil satgas melaksanakan seremoni Penciuman Tunggu Yonif 621/Manuntung yang disaksikan Sekda HST IBG Dharma Putra, Kajari Barabai, Kepala Rutan Barabai.

“Jaga nama negara dan kesatuan. Saya mengharapkan pulang secara utuh dan laksanakan tugas sebaik-baiknya. Tugas adalah kehormatan dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya serta harus paham dengan seluruh aspek yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,” pesan Komandan Kodim 1002/Barabai Letkol Inf Hari Pribadi menyampaikan pesan saat memimpin upacara pelepasan Satgas.

Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin yang akan memimpin langsung Satgas PAMTAS RI-Malaysia Tahun 2011 mengatakan, musuh utama bagi prajurit yang bertugas ada di dalam diri mereka sendiri, karena harus menguasai rasa bosan di tengah tugas berat mengemban misi mulia negara untuk menjaga perbatasan yang sangat rentan.

Satuan tempur yang bertugas untuk pengamanan sudah sangat siap karena sudah melalui tiga kali persiapan, yaitu tahap I pengisian materi dengan belajar teori tentang berbagai pengetahuan dari SKPD terkait, kepolisian dan Ormas. Tahap II memasuki teknis dasar dan tahap III menguasai dan implementasi seperti teknis tentang keterampilan tempur di Desa Ogut, Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah.

Tidak hanya menjaga saja, Satgas juga mengamankan dan mengawasi hal yang terjadi di perbatasan dengan patroli seperti illegal mining dan illegal logging, meski tetap menjaga titik koordinat beberapa patok berbagai klasifikasi tipe yang ada di tiap garis perbatasan mulai Tipe A, B atau C.

“Daerah perbatasan memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi seperti penyelundupan, kegiatan illegal, pelanggaran perbatasan/pelanggaran patok - patok, termasuk mobilitas atau migrasi penduduk secara illegal.” Terang Sulaiman Amiruddin.

Sertu R Rimba, salah satu personil yang ikut berangkat mengaku sudah sangat siap dengan medan tugas yang baru, dia belum berani membayangkan karena belum pernah ikut bertugas ke Nunukan meski sudah selama menjadi prajurit sudah tiga dua lokasi berbeda.

Sumber: Radar Banjarmasin

Dua Kapal Perang RSN Kunjungi Batam


Jakarta, 15 Sepetember 2011 (Koarmabar): Dua kapal perang Angkatan Laut Singapura yang terlibat dalam Patroli Terkoordinasi Indonesia Singapura (Patkor Indosin) baru-baru ini merapat di Dermaga Batu Ampar Batam. yang

Kapal Perang Siangapura yang masing-masing bernama RSS Dauntless (99) dan Tiger Shark (PH54) tersebut sandar di dermaga Batu Ampar Batam dalam rangka melakukan kaji ulang terhadap kegitan Patkor Indosin yang telah dilaksanakan sejak Bulan Juli sampai Bulan September. Kegiatan kaji ulang tersebut dilaksanakan di Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat (Guskamlabar).

Selama kurang lebih dua hari berada di Batam kedua Kapal Perang Singapura tersebut melakukan beberap kegiatan diantaranya rapat kaji ulang Patkor Indosin 77/11, Table Top Exercise, olah raga bersama dan latihan-latihan yang dilaksanakan bersama dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di bawah jajaran Komando Armad RI Kawasan barat (Koarmabar).

Pada pelaksanaan Patkor Indosin Unsur KRI Koarmabar yang terlibat sebanyak empat KRI dari Satuan Kapal Patroli (Satrol) Armabar yakni KRI Sigurat-864, KRI Silea-858, KRI Boa-807 dan KRI Siribua-859.

Sumber: Koarmabar

Kopassus Latihan Bersama Pasukan Elit Australia

Sejumlah pasukan Kopasus dan pasukan Khusus Australia Socaust bersiap untuk menuju pulau Kotok Kecil untuk memantau latihan bersama Kopasus dan Socaust Australia di Pulau Kotok Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Kamis (15/9). Latihan bersama tersebut merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antarkedua delegasi dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit dalam bidang teknik dan taktik pertempuran. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/mes/11)

15 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan pasukan khusus Australia, Spesial Operations Command (SOCOMD) Kamis pagi melakukan latihan bersama melumpuhkan teroris.

Latihan operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" itu berlangsung di Pulau Kotok Kecil, Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.

Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pasca tewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.

Komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Operasi melibatkan tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme.

Tim intelijen adalah Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.

Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.

Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.

Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri dari 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.

Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Adapun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.

"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.

"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim, katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.

Menurut Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.

"Latihan melibatkan sebanyak 74 pasukan yang terdiri dari 40 pasukan Indonesia dan 34 pasukan australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.

Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.

Sumber: ANTARA News

RI-Vietnam Tingkatkan Kerja Sama di Bidang Polhukam

Presiden SBY dan PM Vietnam Nguyen Tan Dung menyaksikan penandatanganan MoU antara Menlu kedua negara, di Istana Merdeka, Rabu (14/9) siang. Presiden SBY menerima kunjungan kenegaraan PM Vietnam Nguyen Tan Dung di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9) pagi. Dalam pertemuan bilateral, disepakati penandatanganan nota kesepahaman peningkatan kerja sama antara kementerian luar negeri kedua negara. RI dan Vietnam juga sepakat untuk meningkatkan proses negosisasi batas maritim kedua negara. (Foto: cahyo/presidensby.info)

14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama di bidang politik, hukum, dan keamanan (polhukam). Kerja sama itu akan dilakukan dalam bentuk dialog bilateral, hubungan diplomatik, patroli perairan, serta upaya memerangi kejahatan lintas batas negara.

Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan pers bersama dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9). Keterangan pers disampaikan seusai Presiden melakukan melakukan observasi bersama atas kerja sama yang telah dilakukan.

"Keadaan umum, keadaan bilateral Vietnam - Indonesia dewasa ini dalam keadaan baik, kuat, dan terus berkembang. Kita bersepakat untuk lebih meningkatkannya lagi di waktu yang akan datang," kata Yudhoyono.

Presiden menambahkan kedua pemerintahan akan meningkatkan dialog bilateral dan hubungan diplomatik. "Joint cooperation pada tingkat Menlu akan lebih kita aktifkan di masa mendatang," kata Yudhoyono.

Selain itu, kerja sama di bidang pertahanan menjadi perhatian utama kedua kepala pemerintahan. "Kita akan tingkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, dan saling kunjung di antara perwira militer," kata dia.

Kerja sama pertahanan juga akan dilakukan dalam bentuk patroli bersama di wilayah perairan kedua negara. "Untuk mencegah insiden-insiden yang tidak perlu," lanjut Yudhoyono seraya mengatakan akan meningkatkan kerja sama di bidang hukum, utamanya memerangi kejahatan transnasional.

Kunjungan PM Vietnam ini merupakan kunjungan perdana setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Vietnam. Sebelumnya, Nguyen juga pernah ke Indonesia pada masa jabatannya yang pertama, yaitu pada 8 Agustus 2007. Pada kunjungan kali ini, Nguyen datang bersama istrinya, Tran Ran Kim, serta beberapa delegasi.

Sementara itu, PM Nguyen mengatakan kerja sama bidang Polhukam ditujukan agar perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN tetap terjaga. "Kami sepakat pengembangan hubungan kerja dua negara dilakukan demi perdamaian, stabilitas kerja sama, dan perkembangan di kawasan," kata Nguyen.

Perbatasan

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia dan Vietnam berkomitmen untuk segera menyelesaikan pembahasan mengenai perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara. ZEE adalah kawasan dalam lingkup 200 mil dari pangkal pantai sebuah negara.

"Sudah ada tekad dari kedua negara untuk mengintensifkan perundingan perbatasan laut, dalam hal ini adalah ZEE kedua negara. Sudah berjalan beberapa kali putaran, dan seperti diarahkan Presiden dan PM ini sekiranya bisa dituntaskan secepat mungkin," kata Marty.

Komitmen pembahasan ZEE ini sudah dimulai sejak kunjungan Presiden Yudhoyono ke Vietnam pada 2010. Percepatan pembahasan tentang hal itu mungkin akan dilakukan dalam empat bulan ke depan.

"Ini penting, dalam arti konteks yang lebih luas karena kita ingin bisa agar keberhasilan perundingan ini akan menunjukkan kepada negara-negara kawasan bahwa masalah perbatasan bisa diselesaikan lewat perundingan," kata Marty.

Menurut dia, kesepakatan tentang batas maritim antarnegara tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat karena ada prosedur dan forum-forum khusus yang harus dilalui.

Sumber: Koran Jakarta

Wakil PM Singapura Kagum Proyek Jet Tempur Korsel-RI

Komisioner DAPA Byun berjabat-tangan dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin setelah menandatanganan LoI pengembangan bersama jet tempur disaksikan Presiden RI dan Korsel. (Foto: DAPA)

14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura Theo Chee Hean menyatakan kagum terhadap pengembangan proyek pesawat jet tempur K-FX/I-FX antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel). Pembangunan pertahanan Indonesia cukup maju belakangan ini.

"Itu adalah program sangat luar biasa. Saya perhatikan kemajuan pembangunan pertahanan, alat utama sistem persenjataan (alustsista) sangat meningkat," kata Wakil PM Theo Chee Hean saat diterima Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (14/9).

Menanggapi pujian tersebut, Menteri Purnomo mengatakan kemajuan pembangunan pertahanan Indonesia belakangan ini tak terlepas dari kenaikan anggaran pertahanan yang diberikan pemerintah. Sebagian kenaikan anggaran pertahanan itu digunakan untuk mengganti beberapa pesawat jet tempur seperti F-5 dan Hawk-MK53 dengan Super Tucano.

Tak hanya itu, tambah Purnomo, Indonesia juga melakukan kerja sama pembuatan alutsista, seperti pesawat jet tempur dengan Korsel, yakni K-FX/I-IFX yang merupakan jet latih tempur generasi 4,5.

Kesepakatan pengembangan bersama pesawat tempur KFX disepakati kedua negara pada 15 Juli 2010 di Seoul, Korsel. Pesawat jet tempur KFX sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger.

Dibandingkan F-16, KFX diproyeksikan memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem avionic yang lebih baik, serta kemampuan antiradar (stealth). Menhan Purnomo menambahkan Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan alutsista secara mandiri, termasuk dalam pengembangan pesawat tempur. Karena itu, Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan Korsel.
Selain pesawat tempur, Indonesia sudah lama menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Korsel, antara lain dalam pembuatan kapal jenis landing plaform dock.

Secara terpisah, Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertukar pikiran dengan Wakil PM Singapura Teo Chee Hean mengenai perkembangan keamanan regional di kawasan ASEAN.

Tukar pikiran itu lebih pada tujuan perkenalan diri Wakil PM Teo. Diketahui Teo baru diangkat sebagai Wakil PM yang membidangi keamanan nasional. "Tukar pikiran terutama mengenai kemajuan di tatanan regional terkait keamanan dengan merujuk perkembangan poistif dalam perundingan antara Thailand dan Kamboja atas masalah perbatasan," kata Faizasyah.

Selain itu, lanjut Faizasyah, keduanya bertukar pikiran mengenai penyelesaian sengketa Laut China Selatan dan berbagai kemajuan yang dicapai dalam pembahasan Declaration of Conduct. Keduanya berharap tatanan keamanan kawasan akan lebih stabil.

Sumber: Koran Jakarta

KSAU: Kekuatan Alutsista Komponen Utama

Su-35 diminati petinggi TNI AU untuk memperkuat skuadron tempur. (Foto: Sukhoi)

15 September 2011, Bandung (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan, kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sangat menentukan kredibilitas pertahanan negara. Itu artinya, alutsista kategori komponen utama pertahanan.

"Dasarnya, pertahanan suatu negara ditentukan oleh kekuatan alutsista yang dimiliki," ujar KSAU pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Dankoharmatau) dari Marsda TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo, M.Sc. di Bandung, Selasa (13/9).

Era teknologi seperti sekarang ini, dikatakan KSAU, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal serta terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni. "Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan, unit pemeliharaan seperti Koharmatau yang tugas dan fungsinya melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi serta publikasi teknik, akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara," tegas Imam.

Sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek, yaitu mengantisipasi accident dalam satu tahun kedepan maupun sasaran jangka panjang untuk menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force, membutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

KSAU mengatakan, peran Koharmatau serta tantangan tugas yang dihadapi sudah sepantasnya jika personel yang mengawaki dipersyaratkan memiliki kualitas mumpuni, berdisiplin serta memiliki kecepatan dan ketepatan berolah pikir. "Ini sejalan dengan semboyan Koharmatau 'Sewana Karya Budhi Sakti', yaitu akal dan kecerdasan menjadi andalan suksesnya embanan tugas yang dibebankan, akan senantiasa terpelihara dan bersemayam di setiap personel Koharmatau jika kadar intelektual terus terasah dengan sebaik-baiknya," jelas dia.

Sebagai komando pemelihara yang syarat pengalaman didukung personel yang terlatih dan profesional, ujar KSAU, Koharmatau akan tetap menunjukkan eksistensinya sebagai unit pemeliharaan yang dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi apapun. "Koharmatau jadi ujung tombak pemelihara alutsista TNI Angkatan Udara," ujar Imam.

Kembangkan Kepedulian

Sementara itu, Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI M Nurullah meminta prajurit TNI AU menumbuhkembangkan kepedulian merawat alutsista. "Tumbuh dan kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasionalkan," ujar M Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko sebagai Komandan Skadron Udara 31 menggantikan Letkol (Pnb) Iman Handojo dalam upacara militer di Apron Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

Danlanud mengatakan, kepedulian personel terhadap alutsista) harus diiringgi dengan peningkatan kepekaan terhadap disiplin dan patuh hukum. Hindari perbuatan menimbulkan suasana negatif. "Tidak kalah pentingnya adalah jaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktifitas kerja satuan dapat meningkat," jelas Danlanud.

Sumber: Suara Karya