Minggu, 19 Februari 2012

Geopolitik Pertahanan Indonesia ala Bung Karno dan Implikasinya terhadap Masa Depan Pertahanan Nusantara


“Untuk mempertahankan tanah air kita yang terdiri dari pulau pulau, bangsa kita yang mempunyai kepribadian khas, ekonomi kita yang mempunyai kepribadian khas, kita tidak bisa mempertahankan tanah air dan bangsa kita itu dengan taktik yang tidak reponderen kepada bentuk tanah air kita, keadaan tanah air kita, keadaaan bangsa kita, rasa yang terkandung dalam hati bangsa kita.” 

Mempertahankan Indonesia adalah lain daripada mempertahankan Jepang. Mempertahankan Indonesia adalah lain daripada mempertahankan India. Mempertahankan Indonesia adalah lain daripada mempertahankan Jerman. Mempertahankan Indonesia adalah lain daripada mempertahankan Amerika. Tiap tiap pertahanan jikalau mau efektif harus satu pertahanan yang bersendi, berurat nadi kepada keadaaan keadaan nyata dari tanah airnya dan kepada bangsanya. Oleh karena itu dalam menyusun pertahanan Indonesia hendaknya lebih mengenal dan mengetahui dahulu segala dari unsur tanah air dan bangsa Indonesia.
Dalam memahami pemikiran Bung Karno, terutama masalah pertahanan dan keamanan, tidak bisa dilepaskan dari konsep revolusinya secara menyeluruh. Berbagai macam amanat beliau pada saat saat berbicara tentang pertahanan keamanan bung Karno menjelaskan secara mendasar bagaimana visi Bung Karno membangun pertahanan dan keamanan Indonesia. Visi beliau tidak terlepas dari cita-citanya tentang masa depan sebuah bangsa yang jauh dari l’exploitation de I’homme par I’homme, membangun negara yang berdaulat dari Sabang sampai Merauke, membangun masyarakat adil dan makmur tanpa l’exploitation de I’homme par I’homme hingga menjalin persahabatan dengan seluruh bangsa-bangsa untuk membangun tatanan dunia baru yang damai, adil dan sejahtera tanpa l’exploitation de nation par nation. Oleh karena itu visi tersebut kemudian menurunkan berbagai konsepsi pemikirannya yang salah satunya lewat pertahanan dan keamanan, yakni bagaimana membangun konsep pertahanan-keamanan Indonesia yang tangguh agar bisa membangun dunia tanpa eksploitasi manusia atas manusia ataupun eksploitasi suatu negara atas negara lain.
Menurut Bung Karno Pertahanan Nasional hanyalah dapat sempurna semaksimal maksimalnya, jikalau kita mendasarkan pertahanan nasional itu atas pengetahuan geopolitik. Implementasi dari pemikiran Bung Karno dalam pengenalan tentang geopolitik Indonesia dapat dilihat dalam pengembangan konsep wawasan nusantara yang kemudian ditegaskan lewat Deklarasi Djuanda, 13 Desember 1957. Pembentukan kopartemen maritim dengan ada departemen perhubungan laut, departemen perikanan dan pengolahan laut, departemen perindustrian maritim adalah salah satu perwujudan gagasan pemerintahanya dalam bagaimana membangun nation building bahari.
Tak luput juga dalam konsepsinya penguatan Angkatan Laut sebagai military power yang tangguh sebagai landasan dan konsep pertahanan-keamaman yang bersendi pada konsep negara kepulauan. Itulah pemikirannya agar Angkatan Laut betul-betul menjadi fighting power sesungguhnya dalam menjaga kedaulatan hingga penjagaan kekayaan laut Indonesia. Konsep inilah yang menjadi perbedaan konsepsi pertahanan-keamanan di pemerintahan Bung Karno dengan sesudahnya terutama era-pemerintahan Soeharto sampai dengan sekarang.
Apapun visinya Bung karno yang memiliki geographical awareness menyadari akan kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau, dan dalam usia kemerdekaan yang relatif singkat pada era 1960-an, kekuatan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) adalah yang terbesar di Asia Tenggara dan termasuk yang terbesar di Asia. Kekuatan armada laut kita saat itu adalah 234 kapal perang, terdiri dari sebuah kapal penjelajah (cruiser), 12 kapal selam, 7 kapal perusak(destroyer), 7 fregat (frigate), dan berbagai jenis kapal perang lainnya.

Pengertian Geopolitik dan Instrumennya

Geopolitik ialah pengetahuan keadaan, pengetahuan segala sesuatu berhubungan dengan geografische constenatie sesuatu negeri. Seperti halnya dengan Pancasila bahwasannya pancasila menurut bung karno adalah hasil dari pengetahuan geopolitik, jangan di kira kalau bung karno dulu menggali pancasila seperti halnya menggali singkong di kebun, tidak. Namun di gali dari ilmu geopolitik yang pada dasarnya dipelajarinya dari Karl Haushofer, Die Geopilitik des Pazifischen Ozeans, Geopolitik dari Samudera Pasifik. Dari buku tersebut kemudian di bangun bagaimana sesuatu bangsa dijadikan besar, harus mengetahui geopolitik bangsa tersebut.
Dengan keunikannya sebagai negara kepulauan yang berada pada posisi silang tersebut, 2/3 wilayah Asia Tenggara berada dalam lingkup ruang yurisdiksi Nasional Indonesia. Kondisi ini membawa implikasi terhadap semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu aspek pertahanan keamanan, aspek politik, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya. Konsep Copy Paste asal jiplak dari konsep negara lain hendaknya jangan dijadikan instrumen utama dalam menyusun sebuah strategi pembangunan bangsa khususnya pada penyusunan Kebijakan Pertahanan Nasional.
Kepulauan Indonesia yang unik tersebut merupakan satu kesatuan dengan melihat peta Indonesia seorang anak kecil pun mengetahui akan keadaaan ini, sudah jelas bahwasannya sekian ribu pulau, sebagai kekuatan berualang ulang yang mana oleh Tuhan Yang Maha Esa di jadikan satu kelompok. Hal tersebut adalah suatu Objektief gegeven untuk membangun negara, untuk membangun bangsa, untuk mempertahankan bangsa, lantas apa Objektivitetnya dan apa objektief gegevennya?
Pertama, bahwasannya negara Indonesia adalah suatu archipelagic yang lain dari pada India, lain dari pada China, lain dari Jepang. Perbedaan tersebut merupakan keunikan tersendiri yang memiliki ke khas an tersendiri pula di banding dengan negara yang lain.
Kedua, Archipelagic tersebut oleh Tuhan Yang maha Esa diletakkan antara dua benua dan dua samudera, oleh karena itu dalam hal geopolitik Indonesia posisi tersebut di kenal dengan posisi silang, Kreuz Position menurut Karl Haushofer. Sehingga Kreuz Position, cross position, kruis positie Indonesia berbeda dengan Yugoslavia, Rusia atau bahkan Tanganyika.
Ketiga, Ribuan pulau yang bercerai berai mengandung resources yang amat sangat kaya. Baik tanahnya subur, maupun buminya mengandung di dalam haribaannya mineral mineral tambang – tambang yang tiada taranya di dunia, bahkan tanah air kita mengandung uranium namun dimanfaat kan oleh bangsa lain. Kekayaan alam kita tidak hanya di permukaan laut namun juga di dalam haribaan bumi.
Keempat, Suku suku yang ada di Indonesia merupakan qua ras inter related dengan bangsa bangsa yang mendiami Kepulauan Paisifik, bangsa bangsa yang mendiami Indocina, bangsa bangsa yang sampai kepulauan Madagaskar. Menurut Mr. Dr. Moh Nazif La chute du royaume de Marina bahwa kerajaan marina racial historisch ada hubungannya dengan bangsa kita, dimana suku yang ada disana merupakan cabang dari suku yang ada di Indonesia.
Kelima, bahwasannya kultur yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa unsur, unsur asli Indonesia, unsur unsur Tionghoa, unsur unsur Hindu, unsur unsur Islam.
Oleh karena itu menurut Bung Karno bahwa instrumen instrumen tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menyusun Pertahanan Indonesia dimana juga disebutkan oleh Mao Ze Dong dan Ho Chi Minh, sesuatu pertahanan nasional hanyalah benar benar kuat bila berdiri diatas karakteristik dari bangsa sendiri, tanah air sendiri. Dan pengetahuan mengenai bangsa sendiri, tanah air sendiri, itulah yang dinamakan Geopolitik.

Implikasi Terhadap Pertahanan Indonesia

Dengan memahami Geopolitik Pertahanan ala Bung Karno dan memasuki situasi yang semakin memburuk dalam situasi negara serta akibat teori gabungan Newton, Einstein dan Kuantum serta didukung oleh alam semesta, maka diperlukan reformasi pertahanan untuk membangun kapabilitas pertahanan. Hal tersebut bertujuan untuk memadukan antara profesionalisme pengawak pertahanan negara dan memberdayakan perumus kebijakan dan seluruh rakyat Indonesia, agar dapat memandang perkembangan pertahanan yang disesuaikan dengan Geopolitik secara jernih berdasarkan kepada ancaman dan kepentingan rakyat Indonesia.
Kedaulatan dan Keutuhan wilayah menjadi kepentingan pertahanan negara. Oleh karena itu penguasaaan geografi secara utuh sesuai dengan sifat, bentuk, karakteristik akan jatidirinya akan menjamin kedaulatan yang utuh pula. Beberapa ketentuan Konstitusi diantaranya di dalam Pertahanan Negara dan secara yuridis bahwasannya pasal 3 UU no 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara telah mengatur bahwa Pertahanan Negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai Archipelagic State. Permasalahnnya adalah bahwa landasan Yuridis ini tidak diimplementasikan sebagai kerangka landasan pemikiran dalam melaksanakan reformasi pertahanan, penyebabnya adalah belum adanya pemahaman dan pengahayatan makna yang terkandung didalamnya oleh Stake Holder pertahanan itu sendiri.
Dijaman modern sekarang ini menciptakan strategi perubahan multi dimensional moderen tanpa dibentuk dan dikondisikan oleh batas negara, melainkan dengan hasrat akan kebutuhan untuk melayani pasar yang atraktif dimana saja dengan mengambil sumber daya dimanapun berada. Oleh karenanya batas waktu wilayah secara instrumen ekonomi akan menjadi samar akibat dari investasi yang merangkak keseluruh dunia, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara menuju kearahhomo homini lupus. Bangsa yang pertahanannya lemah akan menjadi “BUDAK” dengan kedok investasi ekonomi. Dalam konteks geopolitik pertahanan sudah seharusnya reformasi pertahanan menuju kapabilitasnya dengan berawal pada perkuatan kesadaran bela negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran bela negara akan menjadi kunci perkuatan unsur lain kekuatan bangsa yang beresulatante dengan militery power yang sesuai dengan Geograpical Condition menjadiDiplomasi Power yang handal dan faktual. Hal inilah yang harusnya panah-panah reformasi pertahanan bergulir dan ditujukan.
Dalam konteks reformasi pertahanan hendaknya dijadikan pengembalian fungsi pertahanan didalam relnya, sehingga reformasi pertahanan yang demikian itu tidak mengakibatkan setiap rupiah dan keringat yang dikeluarkan tidak sia-sia dan dapat mendongkrak martabat bangsa.

Penutup

ERA SOEKARNO. Hendaknya kita berterima kasih yang mewariskan kita sebuah gagasan dan hati nuarani yang murni melalui pemikiran yang jernih pula dalam bentuk sebuah konsep pertahanan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Bekal pijakan kita sebagai dasar membangun bangsa yang besar dan kuat yang memiliki cita cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagai cita-cita bangsa yang berlandaskan pancasila dan UUD 45.
ERA SOEHARTO. Hendaknya kita berterima kasih yang mewariskan kita kengan-kenangan dengan konsep pertahanan dan kesejahteraan yang semu, bekal pengalaman yang historis dengan membangun besar besaran dan kekuatan angkatan bersenjata yang juga dikagumi dikawasan namun semua itu tragis manakala masih terlihat terbelenggu dimana kita melihat diakhirnya hanya untuk kepentingan perorangan dan kelompok.
ERA REFORMASI. Hendaknya kita berterima kasih yang telah menyadarkan kita betapa pentingnya Visi dan Misi yang Konkrit yang mengarahkan kita kepada konsep pertahanan kearah relnya yang seharusnya dijalankan secara konsisten dan konsekuen. Kekaburan ini akan berakibat fatal bagi pemerintah dan rakyat indonesia yang akan berpengaruh kepada perkembangan lingkungan strategis Nasional, Regional maupun dalam kancah dunia Internasional.
ERA AKAN DATANG. Hendaknya kita mulai membangun pertahanan yang kuat bukan menjadi bangsa budak pertahanan kawasan, yang mengandung arti terbebasnya bangsa Indonesia untuk mengatur manjaga dan mengamankan wilayah ruang darat laut dan udara. Kesemuanya itu untuk keadilan dan kemakmuran sesuai dengan amanah konstitusi. “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa saya yakin era mendatang akan tercipta kekuatan Pertahanan Indonesia yang benar benar sesuai dengan kondisi Geografis dan Geopolitik Indonesia sehingga terwujud Angkatan Perang Negara Kepualauan Indonesia yaitu angkatan perang yang disusun berdasarkan: Angkatan Darat Negara Kepualaun Indonesia, Angkatan Laut Negara Kepulauan Inonesia dan Angkatan Udara Negara Kepulauan Indonesia” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar