Sejumlah prajurit TNI-AL awak kapal selam KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/12)
6 Februari 2012, Surabaya: Setelah 24 bulan diperbaiki menyeluruh (overhaul and retrofit) di dermaga Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan, KRI Nanggala-402 kembali memperkuat armada TNI-AL, Senin.
Bedanya kali ini, sistem manajemen tempur dan operasi kapal selam kelas U-209/1300 itu diperbarui memakai sistem dari Norwegia.
Dari sisi luar Dermaga Madura, Markas Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, kapal selam berkelir hitam itu muncul mengapung perlahan-lahan.
Sambutan kehadiran kembali KRI Nanggala-402 buatan Jerman itu diberikan Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, Panglima Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, Laksamana Muda TNI Ade Sopandi, dan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, serta perwakilan dari Daewoo.
Setelah merapat dan ditambat di dermaga itu, upacara singkat kedatangan KRI Nanggala-402 dilakukan antara semua unsur pimpinan TNI-AL dan Komandan KRI Nanggala-402, Letnan Kolonel Pelaut Purwanto.
Menyinggung kehadiran kembali kapal dari Satuan Kapal Selam TNI-AL itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Haryanto, menyatakan, "Kita puas dengan kinerja Daewoo ini. Mereka pendatang baru di dunia perkapalselaman dunia namun bisa membuktikan janji dan komitmennya."
Sistem baru KRI Nanggala-402 diterapkan dari teknologi manajemen tempur dan operasi dari Norwegia. Teknologi digital itu memungkinkan komandan kapal mengambil keputusan secara lebih cepat, efisien, dan tepat atas posisi dan kedudukan kapal terhadap sasaran yang dituju.
Sebelum memakai teknologi dari Norwegia itu, KRI Nanggala-402 sebagaimana "kembarannya" KRI Cakra-401 memakai teknologi Sinbad dari Belanda yang bekerja secara manual.
Kebolehan sistem baru itu juga diujicobakan selama pelalayaran pulang dari Korea Selatan menuju perairan Indonesia sejak 21 Januari lalu dan tiba di perairan Selat Madura pada Senin pagi.
Contoh kebolehan itu --dalam operasi tempur sebenarnya-- kapal bisa meluncurkan empat torpedo secara salvo pada selang waktu sangat rapat. Kapal selam sepanjang 59 meter itu sendiri memiliki delapan tabung peluncur torpedo pada ujung haluan utamanya.
Sumber: ANTARA News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar