Rabu, 30 November 2011

Heli Antikapal Selam Perkuat TNI AL

Helikopter Lynx Royal Navy (kiri) dan Sea Sprite Royal New Zealand Navy terbang diatas laut Cina Selatan saat digelar latihan bersama Lima. (Foto: Australia DoD)

1 Desember 2011, Jakarta (SINDO): Kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut akan bertambah menyusul proses pengadaan 11 unit helikopter antikapal selam,antikapal permukaan, serta dua pesawat patroli laut.

Tambahan alutsista itu akan mengisi kelemahan-kelemahan yang dimiliki kapal TNI AL. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, keberadaan pesawat sayap tetap maupun sayap putar (helikopter) penting bagi TNI AL, karena mereka merupakan kepanjangan “mata” dan “telinga” dari kapal TNI AL (KRI).Wilayah laut Indonesia yang luas,menurut dia, tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh KRI mengingat kekuatannya yang terbatas.

Kapal selam saat diburu oleh Sea Sprite. Helikopter antikapal selam SH-2 Sea Sprite selain dioperasikan RNZN, Equador akan mengakuisisi 2 SH-2G Sea Sprite hasil peremajaan senilai 60 juta dolar. USN telah mempensiunkan armada SH-2 sejak 2001. (Foto: RNZN)

Karena itu,keberadaan tambahan dua unit Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan 11 helikopter antikapal selam Sea Sprite itu sangat penting untuk mengisi kekosongan yang tidak terkover kapal-kapal TNI. “Pesawat tentunya memiliki kelebihan di manuver, fleksibilitas, jangkauan yang luas, dan kemampuan deteksinya juga lebih cepat,”tegas Untung di Jakarta,kemarin. Dua unit MPA yang akan menambah kekuatan TNI AL yaitu pesawat CN-235 yang rencana sudah mulai diterima TNI AL pada 2013.

Selain radar deteksi, pesawat ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan penindakan. Adapun untuk helikopter Sea Sprite sejumlah satu skuadron itu,memiliki kemampuan penindakan yang lebih ampuh. Enam dari 11 helikopter dilengkapi dengan senjata antikapal selam, sisanya lima unit merupakan antikapal permukaan. “Rencananya pada 2012 pengadaannya,”ujarnya. Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pengadaan CN-235 untuk MPA TNI AL masuk dalam prioritas alutsista TNI.

Rencananya, biaya pengadaan menggunakan alokasi dari pinjaman luar negeri sebesar USD60 juta,namun pemesanan di PT Dirgantara Indonesia. Sjafrie yang juga wakil menteri pertahanan itu menuturkan, dalam strategi pertahanan Indonesia, saat ini memang sedang dikembangkan penguatan di kawasan Indonesia bagian timur.

Sumber: SINDO

BIN Dalami Kemungkinan Sabotase Jembatan Kukar


BIN Dalami Kemungkinan Sabotase Jembatan Kukar
TRIBUN Kaltim
Petugas SAR mengangkat jenazah kelima yang ditemukan di kawasan Desa Jembayan untuk diangkat menuju tenda identifikasi korban bencana di Taman Pedestrian Kutai Kartanegara Senin (28/11/2011). Hingga sore hari, petugas SAR gabungan hari ini sudah menemukan delapan korabn tewas. Total Korban tewas menjadi 13 orang


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) sedang mendalami adanya kemungkinan unsur sabotase dalam rubuhnya jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong, Kalimantan Timur, Sabtu (26/11/2011) lalu.
BIN bersama Kementerian PU sedang mempelajari secara komprehensif kemungkinan lain di luar kesalahan teknis.
"Semua pihak sedang melakukan penelitian dan pengamatan tentang itu, saya enggak bisa menyampaikan secara cepat, tapi sebagai intel kita harus mempelajari apa ada kemungkinan itu. Tapi sampai sekarang belum ditemukan," ujar Kepala BIN, Marciano Norman di gedung DPR, Jakarta, Selasa(29/11/2011)
"Sekarang PU-intel polisi mempelajari secara komprehensif ada enggak sih kemungkinan-kemungkinan lain di samping kesalahan-kesalahan teknis," jelasnya.
Menurut Marciano, dirinya baru saja kembali dari Kutai Kartanegara dan melihat secara langsung apa yang terjadi di lokasi jembatan roboh tersebut.
"Itu sedang dalam pendalaman, kemarin saya baru kembali dari Kutai Kartanegara dan melihat secara langsung. Sedang diadakan pendalaman, nanti seluruh instansi terkait akan melaporkan secara langsung kepada Presiden karena ada hal-hal yang sangat teknis di dalamnya," pungkasnya.
Hingga saat ini polisi telah memeriksa sejumlah saksi terkait ambrolnya jembatan yang menghubungkan Tenggarong dan Tenggarong Selatan itu. Selain dari pekerja, polisi memastikan juga akan meminta keterngan warga yang sempat melintasi jembatan sebelum detik-detik ambruknya jembatan.
Sampai pagi tadi, data yang dihimpun Tribun, sedikitnya 18 korban tewas akibat peristiwa itu, dan 40 korban luka-luka. Upaya pencarian terhadap korban hilang masih dilakukan mengingat masih ada korban yang diduga hanyut ke sungai ketika jembatan sepanjang 720 meter tersebut roboh. 

BIN Selidiki Tentara Aktif AS di PT Freeport


Metrotvnews.com, Jakarta: Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman menjelaskan, saat ini lembaga yang dipimpinya tengah menyelidiki dan mempertajam isu adanya tentara aktif Amerika Serikat (AS) yang bekerja di PT Freeport Indonesia. BIN tidak tinggal diam dan terus menelusuri informasi tersebut.

"Semua informasi yang kita terima akan dikembangkan. Kami sangat menghargai semua informasi itu. Saya perintahkan seluruh jajaran BIN untuk menajamkan temuan tersebut," ujar Marciano sebelum rapat tertutup dengan Komisi I DPR, Jakarta, Selasa (29/1).

Informasi 70 tentara aktif yang bekerja di PT Freeport dikemukakan oleh anggota Komisi VII DPR Ali Kastela usai kunjungan kerja meninjau PT Freeport, Timika, Papua. "Saat kunjungan kerja ada 70 personel militer Amerika aktif yang bekerja di Freeport," ujar Ali saat rapat tim monitoring Papua dan Papua Barat dengan pemerintah di DPR, Senayan, 25 Nopember lalu.

Sejauh ini, menurut Marciano, BIN hanya menemukan purnawirawan AS yang bekerja di PT Freeport. BIN belum temukan tentara aktif. "Di Freeport kita tidak menemukan ada tentara aktif di sana. Apalagi dengan perlengkapannya. Tidak ada. Kalau mungkin, mereka sudah purnawirawan dan bekerja. Itu mungkin saja, tapi tentara aktif tidak ada," tegas Marciano. (MI/DOR)

UGM Perkenalkan Mini UAV Berdaya Jelajah 200 Kilometer


Pesawat Udara Tanpa Awak Mini atau Mini UAV dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan bobot 7,5 kilogram mampu menjelajah sampai 200 kilometer dengan kecepatan 120 kilometer per jam, bermanfaat untuk pemantauan batas wilayah atau lokasi-lokasi bencana alam. (photo : Kompas)

Pesawat Tanpa Awak UGM Berdaya Jelajah 200 Kilometer

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk memantau batas wilayah atau situasi dan kondisi lokasi bencana alam dengan biaya murah dan efektif, dibutuhkan teknologi pesawat tanpa awak.

Universitas Gadjah Mada (UGM) turut memamerkan hasil risetnya, berupa pesawat udara tanpa awak mini (Mini UAV) pada Forum Riset Industri Indonesia ke-3 2011, Rabu (30/11/2011) di Jakarta.

Pesawat itu memiliki kemampuan jelajah sampai 200 kilometer, dengan lama jelajah sampai 2,5 jam.

Pesawat Mini UAV ini hasil rekayasa dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, Sutrisno, dan Dosen Teknik Mesin pada Sekolah Vokasi (D-III) Teknik UGM, Setyawan Bekti Wibowo.
"Kita sudah punya banyak produk riset. Masalahnya sekarang adalah industrialisasinya untuk menjadikan sebagai produk massal masih terjadi kendala," kata Rektor UGM, Sudjarwadi, dalam konferensi pers.

Pesawat Mini UAV dirancang dengan panjang bentang sayap 3,25 meter, dan bobot pesawat tanpa beban mencapai 7,5 kilogram.

Penambahan beban seperti kamera dan sensor lainnya, masih memungkinkan maksimal dua kilogram. Kecepatan Mini UAV mencapai 120 kilometer per jam. Pesawat ini berbahan bakar bensin, dengan kapasitas mesin 55 sentimeter kubik.

Perjalanan Panjang Sang Nanggala


Hampir genap 2 tahun sudah KRI Nanggala 402 meninggalkan tanah air untuk menjalani perawatan berat di Korea Selatan. Di ujung bulan november 2011, terdengar kabar baru dari Korea Selatan, yaitu KRI Nanggala tengah menjalani proses sea trial. Jika semua proses berjalan lancar, maka pada akhir Januari, Nanggala akan melaut pulang. Diperkirakan pada tanggal 6 februari, KRI Nanggala akan tiba di Surabaya.
KRI Nanggala berangkat ke Korea Selatan pada akhir tahun 2009. Seperti saudara kembar-nya, KRI Cakra, Nanggala dijadwalkan menjalani overhaul berat, sekaligus mengganti beberapa sistem tempurnya. Ketika berangkat pun, Nanggala diangkut sebuah kapal khusus.
Butuh hampir 2 tahun, atau tepatnya 22 bulan untuk mengerjakan overhaul Nanggala. Hal ini wajar, lantaran overhaul yang dilakukan meliputi pemotongan badan tekan, perbaikan permesinan, dan pembaruan sistim kendali senjata yang semuanya butuh waktu lama.
Sistem Tempur KRI Nanggala
Menurut data dari Jane’s defence, khusus untuk manajemen tempur, atau Command and Weapont Control System, Nanggala akan menggunakan MSI-90U Mk2 Kongsberg yang mampu mengendalikan 8 buah torpedo di air. Sistem ini juga bisa terintegrasi dengan Torpedo Black Shark dan SUT Mod 3. Bahkan Sistem MSI-90 Mk2 juga mampu menyiapkan dan mengendalikan sekaligus 4 buah rudal (Sub Harpoon dan Exocet). Hanya saja sayangnya, kemampuan menembakan Rudal ini belum dicangkokan ke dalam KRI Nanggala. Sekedar catatan, sistem tempur ini juga dipakai oleh kapal selam kelas 212 milik Jerman.
Selain itu, sentuhan juga disertakan pada bagian sensor alias Sonar. Kini Nanggala mengandalkan sonar Lopas 8300 Elac yang memiliki jarak deteksi lebih jauh serta lebih sensitif.
Dengan selesainya proses overhaul, diharapkan KRI Nanggala kembali bisa mengamankan perairan NKRI secara maksimal. Sekaligus juga menjadi jembatan, hingga kapal selam TNI-AL yang baru dibeli. Semoga!

Selasa, 29 November 2011

Pasukan TNI Antisipasi Peringatan 1 Desember

TIMIKA - Sejumlah prajurit Yonkav Kodam Cendrawasih Papua, berada di kendaraan tempur mereka ketika melakukan patroli di kota Timika, Papua, Rabu (30/11). Sebanyak 750 personil TNI/Polri disiagakan untuk mengantisipasi peringatan 1 Desember di sekitar Timika. FOTO ANTARA/Spedy Paereng/Koz/Spt/11.


Kepala Institusi Pendidikan Bidang Pertahanan Se-ASEAN dan Negara Mitra Dialog Bertemu Di Bali



Bali,DMC –  Sekitar 21 Pejabat Kepala Universitas, Sekolah maupun institusi bidang pendidikan bidang pertahanan dari Negara ASEAN dan Negara Mitra Dialog, Senin (29/11) bertemu di Bali guna menghadiri Sidang Asean Regional Forum Heads of Defence Universities / Colleges / Institutions Meeting (ARF HODUCIM) yang ke 15.
Adapun ke 21 negara yang mengikuti pertemuan tersebut diantaranya Brunei Darussalam, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines. Singapore, Thailand, Timor Leste dan Vietnam, USA, Russia, China,  Republic of Korea, Pakistan, New Zealand,  Japan, India, Australia dan, Canada.
Forum pertemuan Strategis para pimpinan Institusi pendidikan bidang pertahanan yang ke 15 tersebut merupakan suatu rangkaian pertemuan yang sebelumnya pernah di selenggarakan di Washington DC, Amerika Serikat. Forum pertemuan kepala institusi pendidikan pertahanan berskala internasional tiap tahunnya diadakan secara berkala dan dinegara yang berbeda.

Pada tahun ini giliran Indonesia melalui Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) sebagai tuan rumah sekaligus menjadi Chairman penyelenggara forum pertemuan ARF HODUCIM dari tanggal 29 November 2011 sampai dengan 2 Desember 2011, di Bali. Hal tersebut sejalan dengan peran Pemerintah Indonesia sebagai Ketua ASEAN dan Chairman dari pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) anggota Negara ASEAN dan Negara mitra Dialog. Pertemuan Institusi Pendidikan pertahanan ini langusung dibuka oleh Rektor UNHAN, Letjen TNI (Purn) Dr. Syarifudin Tippe M.Si dengan didampingi oleh Co-Chairman China, General Wang Xibin.

Sebelumnya, pertemuan tahun lalu di Amerika, forum mencoba membahas tema-tema pendidikan militer profesional dan pertukaran informasi, bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, termasuk peran LSM, dan penanganan terorisme. Namun, saat ini forum pertemuan kalangan akademisi bidang pertahanan ini mengangkat tema "Memperkaya dan Mentransformasi dari Pembentukan Forum ARF Pendidikan Pertahanan: Komunikasi, Kerjasama, Koordinasi.".

Adapun yang menjadi fokus pembahasan masalah pada pertemuan kali ini lebih mencakup kepada peningkatan kemampuan profesional lembaga pendidikan militer untuk mengembangkan, memberikan dan meninjau pendidikan dalam hal "praktek terbaik" melalui  dukungan dialog dan kerjasama antar-institusi dan multinasional.
Disamping itu forum juga membahas masalah integrasi lembaga pendidikan militer profesional ke dalam arsitektur keseluruhan pengetahuan melalui hubungan harmonis dengan lembaga-lembaga sipil dalam hal penelitian, pengembangan dan publikasi. Keseluruhan itu merupakan bagian dari upaya untuk untuk memajukan pengetahuan di seluruh sektor masyarakat.
Pembahasan terakhir dari forum ini lebih terfokus kepada bagaimana posisi lembaga profesional pendidikan militer di garis depan Asia-Pasifik, serta bagaimana upaya ASEAN untuk mengembangkan strategi yang komprehensif untuk mengatasi ancaman global, regional dan lokal untuk keamanan, stabilitas dan kemakmuran.
Pada kesempatan hari pertama pertemuan ini seluruh Kepala Delegasi dari institusi pendidikan bidang pertahanan Negara ASEAN dan Negara Mitra Dialog memperkenalkan diri tentang institusi yang di kelolanya.
Disela-sela pembukaan pertemuan, Ketua Delegasi Indonesia dalam hal ini Rektor UNHAN, Letjen TNI (Purn) Dr. Syarifudin Tippe M.Si dan Ketua Delegasi PLA China, General Wang Xibin,  menandatangani MoU Kerjasama antara Indonesia Defence University (IDU) dan National Defence University (NDU) People of Liberation Army(PLA) China untuk pengembangan kegiatan kerjasama akademis antara kedua belah Pihak.
Selain mengikuti sidang, selama empat hari masing-masing ketua delegasi bersama rombongan anggota delegasi Institusi pendidikan pertahanan juga menikmati program City Tour atau Cultural Emersion ke lembaga pendidikan dan tempat yang mengandung sejarah serta mengandung budaya lokal Bali dan Indonesia. Salah satunya mengunjungi Insitut Seni Indonesia Denpasar, Kuil Uluwatu dan teluk Jimbaran Bali.

Pembangunan Kekuatan dan Kemampuan Komponen Cadangan Dilaksanakan di Kowil TNI



























Jakarta, DMC  Pembangunan kekuatan dan kemampuan Komponen Cadangan (Komcad) diharapkan nantinya akan dilaksanakan di tiap komando kewilayahan TNI, oleh karena itu perlu dipersiapkan secara dini dan berkesinambungan untuk menjamin ketersediaan kekuatan pengganda bagi Komponen Utama. Transformasi Sumber Daya Nasional menjadi komcad dilaksanakan melalui program yang komprehensif, integral, lintas sektor, terarah dan terpadu.
Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2010-2014 maka Kemhan mempersiapkan Peraturan-peraturan Pelaksana dari RUU Komcad yang saat ini masuk dalam Prolegnas 2010-2014 dan diharapkan RUU Komcad segera dibahas oleh DPR RI. Demikian Harapan Dirjen Pothan dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Direktur Komcad Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Santoso saat membuka Sosialisasi Komponen Cadangan (Komcad) Pertahanan Negara untuk Aparat Teritorial, Selasa (29/11), di kantor Ditjen Pothan Kemhan Jakarta.

Misi Diplomasi Rutin Ke Samudera India Dan Samudera Pasifik


Angkatan Laut Indonesia ke depan perlu merancang suatu misi diplomatik yang bersifat rutin ke dua jurusan sekaligus, yaitu Samudera India dan Samudera Pasifik. Bentuknya bukan sekedar menyebarkan kapal latih KRI Dewaruci, tetapi kapal kombatan yang kredibel. Misi diplomatik yang bersifat rutin tersebut artinya minimal dilaksanakan sekali dalam setahun, namun alangkah lebih indah lagi bila penyebarannya dua kali dalam setahun. Bahkan akan tampak indah pula bila penyebarannya dilakukan secara simultan pada waktu yang sama.
Jadi ketika ada kapal perang Indonesia yang melaksanakan misi diplomatik ke negara-negara di Samudera India, pada tempo yang sama terdapat pula kapal perang negeri ini yang melaksanakan misi serupa ke negara-negara di kawasan Samudera Pasifik. Katakanlah suatu misi berlangsung 3 minggu mengunjungi dua atau tiga negara di setiap kawasan. Untuk kawasan Samudera India, negara yang dikunjungi misalnya Srilanka, India, Bangladesh, Pakistan, Maladewa dan lain-lain, sedangkan di kawasan Samudera Pasifik adalah negara-negara di Asia Timur hingga ke pantai timur benua Amerika (Amerika Serikat dan Kanada), pula Australia, Selandia Baru dan negara-negara kecil di Pasifik Selatan dan Pasifik Barat Daya.
Dalam misi diplomatik tersebut, kegiatan yang dilaksanakan di antaranya adalah latihan Angkatan Laut, selain kegiatan-kegiatan lain yang mengambil tempat di pantai dan daratan. Bisa saja misi itu disatukan dengan kegiatan Navy to Navy Talk, khususnya ketika negara mitra Angkatan Laut Indonesia mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah. Salah satu tujuan dari misi diplomatik rutin ini adalah memamerkan kesiapan Angkatan Laut Indonesia untuk melaksanakan misi-misi seberang lautan.
Guna melaksanakan misi ini, tentu saja harus diatur sedemikian rupa khususnya menyangkut anggaran rutin. Soal anggaran ini bisa diatur apabila mampu diberikan alasan yang memadai dalam rapat penyusunan anggaran di tingkat Mabes TNI maupun Departemen Pertahanan. Bahkan apabila ada kontinjensi di kawasan Samudera India dan atau Samudera Pasifik yang terkait langsung dengan kepentingan Indonesia (sepertinya dalam kasus pembajakan kapal MV Sinar Kudus 16 Maret 2011 di perairan dekat Somalia), anggaran yang disediakan bagi misi diplomatik rutin itu bisa "dibelokkan" untuk mendukung misi menghadapi kontinjensi itu. "Pembelokkan" anggaran sepanjang dilaksanakan secara transparan dengan tujuan yang sangat jelas dan dibicarakan dengan pihak terkait khususnya Departemen Keuangan sebenarnya sah saja.
Pelaksanaan misi diplomatik secara rutin akan terlaksana pula apabila senantiasa ada unsur kapal perang kombatan yang siap untuk itu. Penyiapan unsur tersebut sepanjang sudah ada anggaran yang jelas sebenarnya tidak susah. Apalagi kalau tingkat kesiapan unsur kapal perang telah meningkat seiring peningkatan dukungan anggaran pemeliharaan dalam APBN.

Tambah 1 SSK, TNI Perkuat Penjagaan Perbatasan RI-Filipina


Ilustrasi
Jajaran pulau-pulau terluar Indonesia dengan Filipina dijaga secara seksama sejalan dengan pemberangkatan satu satuan setingkat kompi (SSK) personil TNI-AD oleh Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Mohamad Nizam.
Sebanyak 102 personil Batalion Infantri 712/Wiratama diberangkatkan dari menaiki KRI Teluk Parigi dari Pelabuhan Bitung, Selasa. Pasukan itu gabungan dari unsur Kompi Markas, Teling Manado, Kompi A Tateli Manado, Kompi B Sukur Minahasa Utara, Kompi C, Amurang Minahasa Selatan, dan Kompi Bantuan Paniki Manado.

Nizam sendiri yang memimpin pemberangkatan itu dan dia bersama denan prajuritnya berada di dalam KRI Teluk Parigi menuju tempat penugasan itu.

Dalam penugasan itu, ada enam wilayah Kepulauan Talaud yang akan ditempati personil 712, diantaranya Pulau Miangas Marore, Marampit, Kawaluso, Tinakareng, dan Matutuan.

"Pengamanan yang dilakukan di pulau terluar berbatasan dengan wilayah negara Filipina penting untuk dilakukan demi integritas anggota dan masyarakat. Hal itu demi pengamanan wilayah kesatuan Republik Indonesia, demi menciptakan kedamaian dan ketentraman," kata Nizam.

Nizam berharap, semua personil dapat menjalankan tugas berdasarkan instruksi.
 

Senin, 28 November 2011

Ukraina Tawarkan Tank Tempur ke TNI

MBT Bulat adalah versi upgrade dari T-64B MBT, mempunyai berat 45 ton, dengan kanon smoothbore 125mm (photo : Morozov)

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan militer Ukraina, Ukrspecexport, menawarkan penjualan `main battle tank` kepada pemerintah Indonesia. Penawaran ini menyusul rencana pemerintah membeli tank-tank tempur utama ini dari Eropa.

Kepala Divisi Penjualan Asia Tenggara Ukrspecexport, Iurii Volovych, menyebutkan jika disetujui mereka siap melakukan transfer teknologi dengan pemerintah Indonesia. "Kami siap bekerjasama dengan BUMN manapun yang ditunjuk pemerintah," ujarnya saat ditemui Tempo di Hotel Aryaduta, Senin, 28 November 2011.

Tank Bulat yang ditawarkan ini merupakan Tank buatan Ukraina yang selama ini memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedang untuk penjualan luar negeri Tank ini baru ditawarkan pada pemerintah Indonesia. "Kami melihat tank ini sangat cocok untuk kawasan Indonesia yang tropis," ujarnya.

Tank Bulat pertama kali diproduksi tahun 2004. Merupakan pengembangan dari main battle tank varian yang sama. Tank ini memiliki berat 45 ton dengan sistem senjata yang terintegrasi dan dilengkapi " gun-fire control syestem."

Untuk harga, Iurii menyebut untuk tank Bulat yang ditawarkan tidak lebih mahal dibanding Main Battle Tank sejenis. Harga per unit barunya tidak lebih dari US$ 2,5 juta. Sejauh ini, perusahaannya bisa memproduksi banyak tank, tergantung pesanan dari konsumen.

Sedangkan untuk kerjasama dengan Indonesia, perusahaannya siap melakukan kerjasama penjualan dengan sistem alih teknologi. "Penggunaan konten lokal juga dimungkinkan sesuai kemampaun perusahaan pemesan," ujarnya.

Saat ini Kementerian Pertahanan masih merampungkan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dari beberapa negara Eropa. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan rencana pembelian masih dinegosiasikan oleh Angkatan Darat. "Kami sejauh ini belum tahu persis rinciannya karena kan urusannya juga banyak," ujar Purnomo Jumat pekan lalu.

Menurut Purnomo, tim dari AD masih merumuskan harga, jumlah, dan jenis alutsista yang akan dibeli, apakah baru atau bekas pakai. Termasuk menentukan spesifikasi alutsista yang akan dibeli. "Yang baru diputuskan itu membeli main battle tank dan itu tank berat," lanjut Purnomo. Namun, sejauh ini, pemerintah merencanakan pembelian tank Leopard bekas buatn Jerman.

Pemerintah Setujui Pembangunan PLTN


Pemerintah akhirnya menyetujui pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berkapasitas 200 kilowatt (KW) untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Demikian disampaikan Menteri BUMN Dahlan Iskan pada seminar nasional tentang kebijakan energi nasional dengan tema "KEN, Sebagai Fondasi Terwujudnya Kedaulatan Energi Menuju Kemandirian Bangsa" di Gedung DPR, Jakarta, Senin (28/11/2011).
"Melihat kebutuhan energi yang terus meningkat, saya telah menyetujui pembangunan PLTN berkapasitas 200 KW," kata Dahlan.

Dahlan menjelaskan bahwa pembangunan PLTN di Indonesia memang banyak menuai kontroversi. Tapi jika melihat dari peristiwa kebocoran radiasi di PLTN Fukushima Jepang, menurut Dahlan, pembangunan PLTN tetap bisa dilanjutkan. Hal itu mengingat dalam peristiwa meledaknya PLTN Fukushima akibat guncangan gempa tersebut tidak ada korban jiwa satu pun. "Saya sudah bertemu dengan banyak orang Jepang. Jadi begitu ada pengusaha yang minta izin bangun PLTN saya langsung menyetujuinya," katanya.

Dahlan menambahkan bahwa setelah pembangunan PLTN berkapasitas 200 KW selesai, pemerintah juga telah menyetujui pembangunan PLTN tahap berikutnya sebesar 2 MW. "Setelah PLTN 200 KW selesai, maka akan ada pembangunan PLTN berikutnya dengan kapasitas 2 MW," ujarnya.

Minggu, 27 November 2011

Indonesia Mulai Pilah-Pilah Alutsista dari Luar Negeri

Leopard milik AD Singapura. (Foto: Mindef)

26 November 2011, Jakarta (PelitaOnline): Kementerian Pertahanan RI memastikan tetap melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista). Di antara langkah yang dilakukan Kemhan adalah mengadakan Sidang Pleno Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), yang digelar di Kantor Kemhan, Jumat (25/11).

Saat konferensi pers usai sidang, Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini pihaknya memang merencanakan pembelian. Namun, ia mengaku tak hanya akan membeli alutsista yang baru.

"Pembelian alutsista ada yang baru. Ada yang sudah dipakai, tapi bagus. Sekarang sedang dipilah-pilah," kata Purnomo.

Menurut Purnomo, salah satu alutsista yang kini dibidik pemerintah, selain tank Leopard milik Angkatan Darat Jerman juga helikopter Apache. Kendati begitu pihaknya masih mempertimbangkan kembali pembeliannya.

Alutsista yang akan dibeli, jelas dia, tidak asal-asalan. Ia harus memiliki masa pakai minimal 20 tahun setelah di-upgrade. Negara-negara yang akan dijajaki dalam pembelian alutsista ini adalah Prancis, Belanda, Jerman, Italia, dan Spanyol. Negara-negara Eropa ini belakangan tengah mengurangi anggaran militernya, sehingga mereka berencana melepas sebagian peralatan tempur yang canggih sekalipun.

Sumber: PelitaOnline

Inilah Industri Pertahanan yang Ingin Dikuasai Indonesia

Tactical Vehicle/Rantis Garda 4x4 (image : AIU)
Jakarta, PelitaOnline - Indonesia rupanya terus menaikkan targetnya dalam mengembangkan industri pertahanan di Indonesia. Hal ini terlihat pada saat pertemuan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar di Kantor Kementerian Pertahanan, Jumat (25/11).

Dalam hasil pertemuan itu, setidaknya terdapat lima kemampuan yang ingin dikuasai Indonesia.

Pertama, industri kendaraan tempur (Ranpur/ armor vehicle) dan kendaraan taktis (Rantis/ tactical vehicle).

"Kedua, industri kapal perang atas air (combat vessel) dan bawah air (submarine) serta kapal-kapal pendukungnya (support vessel)," kata Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Ketiga, industri pesawat militer angkut ringan dan sedang (light dan medium military air transport, fix wing and rotary wing) serta pesawat tempur (fighter).

Keempat, industri senjata ringan dan berat untuk perorangan dan kelompok/ satuan (pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB, mortir, AGL, RPG) sampai dengan meriam dan munisinya (MKK dan MKB), roket/MLRS, torpedo, serta peluru kendali.

Sedangkan kelima adalah industri peralatan network centric operation system, mulai alat komunikasi radio, sistem kendali/ kontrol, komputasi, dan komando untuk penembakan senjata, radar dan thermal optic untuk pencari/deteksi dan penjajak sasaran walau dengan kemampuan industri yang relatif masih terbatas.

KKIP sendiri dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2010 dalam rangka memantapkan fondasi industri pertahanan nasional dalam rangka revitalisasi industri pertahanan. Tugas komite ini antara lain merumuskan kebijakan yang terdiri dari penelitian, pengembangan, dan peningkatan sumber daya manusia, mengkoordinasikan kerjasama luar negeri, dan memantau serta mengevaluasi kebijakan industri pertahanan.

Pidato Bung Karno Di Muka Sidang Umum PBB: To Build The World A New (Selesai)


Saya akan ajukan satu soal lagi dalam hubungan ini. Adalah suatu kehormatan besar bagi suatu negara bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di dalam wilayahnya. Kita semua benar-benar bersyukur bahwa Amerika Serikat telah memberi tempat yang tetap bagi Orgasisasi kita. Tetapi, mungkin dapat dipersoalkan apakah itu memang tepat.
Dengan segala hormat, saya kemukakan bahwa ia mungkin tidak tepat. Bahwasanya kedudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam wilayah salah satu negara yang terkemuka dalam Perang Dingin, berarti Perang Dingin telah merembes bahkan sampai kepekerjaan dan administrasi serta rumah-tangga Organisasi kita ini. Sedemikian luasnya perembesan itu, sehingga hadirnya pemimpin sesuatu bangsa yang besar dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa ini saja sudah menjadi persoalan Perang Dingin dan senjata Perang Dingin, serta alat untuk mempertajam cara kehidupan yang berbahaya serta yang sia-sia itu.
Marilah kita tinjau apakah tempat kedudukan Organisasi kita tidak perlu dipindahkan dari suasana Perang Dingin. Marilah kita tinjau apakah Asia atau Afrika atau Jenewa akan dapat memberi tempat yang permanen kepada kita, yang jauh dari Perang Dingin, tidak terikat pada salah suatu blok dan dimana para Delegasi dapat bergerak dengan leluasa dan bebas sekehendak mereka.
Dengan demikian, mungkin akan diperoleh pengertian yang lebih luas tentang dunia dan masalah-masalahnya.
Saya yakin, bahwa suatu negara Asia atau Afrika, mengingat akan keyakinan dan kepercayaannya, dengan senang akan mengunjukkan kemurahan hatinya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, mungkin dengan menyediakan suatu daerah yang cukup luas, dimana Organisasi itu sendiri akan berdaulat dan dimana perundingan-perundingan yang penting bagi pekerjaan vital itu dapat dilaksanakan secara aman dan dalam suasana persaudaraan.
Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu, dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak lagi merupakan badan seperti yang menandatangani Piagam lima belas tahun yang lalu. Dunia inipun tidak sama dengan yang dahulu. Mereka yang dengan kebijaksanaan berjerih-payah untuk menghasilkan Piagam Organisasi ini, tidak dapat menyangka akan terjelmanya bentuk yang sekarang ini. Diantara orang-orang yang bijaksana dan jauh pandangannya itu, hanya beberapa yang sadar, bahwa akhir imperialisme sudah tampak dan bahwa bila Organisasi ini harus hidup terus, maka ia mesti memberi kemungkinan kepada bangsa-bangsa yang lahir kembali untuk masuk beramai-ramai, berduyun-duyun dan bersemangat.
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya ialah memecahkan masalah-masalah. Untuk menggunakannya sebagai forum perdebatan belaka, atau sebagai saluran propaganda, atau sebagai sambungan dari politik dalam negeri, berarti memutar-balikkan cita-cita mulia yang seharusnya meresap di dalam badan ini.
Pergolakan-pergolakan kolonial, perkembangan yang cepat dari daerah-daerah yang belum maju di lapangan teknis, dan masalah perlucutan senjata, semuanya merupakan masalah-masalah yang tepat dan mendesak untuk kita pertimbangkan dan musyawarahkan. Akan tetapi, telah menjadi jelas, bahwa masalah-masalah yang vital ini tidak dapat dibicarakan secara memuaskan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sekarang ini. Sejarah badan ini menunjukkan kebenaran yang menyedihkan dan yang jelas daripada apa yang telah saya katakan.
Sungguh tidak mengherankan bahwa demikianlah jadinya. Kenyataannya ialah bahwa Organisasi kita mencerminkan dunia tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima, dan bukan dunia zaman sekarang. Demikianlah halnya dengan semua badan-badannya – kecuali satu-satunya Majelis yang agung ini– dan dengan semua Lembaga-lembaganya.
Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan – badan yang terpenting itu – mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan daripada dunia tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima, ketika Organisasi ini dilahirkan dari inspirasi dan angan-angan yang besar. Demikian pula halnya dengan sebagian besar daripada Lembaga-lembaga lainya. Mereka itu tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara Sosialis ataupun berkembangnya dengan cepat kemerdekaan Asia dan Afrika.
Untuk memodernisir dan membuat efisien Organisasi kita, barangkali juga Sekretariat di bawah pimpinan Sekretaris Jenderalnya, mungkin membutuhkan peninjauan kembali. Dengan mengatakan demikian, saya tidak – sama sekali tidak – mengeritik atau mencela dengan cara apapun Sekretaris Jenderal yang sekarang, yang senantiasa berusaha, dalam keadaan-keadaan yang tak dapat diterima lagi, melakukan tugasnya dengan baik, yang kadang-kadang tampaknya tidak mungkin dilaksanakan. Jadi, bagaimanakah mereka bisa efisien? Bagaimanakah anggota-anggota kedua golongan dalam dunia ini – yakni golongan-golongan yang merupakan suatu kenyataan dan yang harus diterima – bagaimanakah anggota-anggota kedua golongan itu bisa merasa tenang di dalam Organisasi ini dan mempunyai kepercayaan penuh yang diperlukan terhadapnya.
Sejak perang kita telah menyaksikan tiga gejala-gejala besar yang permanen. Pertama ialah bangkitnya negara-negara sosialis. Hal ini tidak disangka dalam tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima. Kedua ialah gelombang besar daripada pembebasan nasional dan emansipasi ekonomi yang melanda Asia dan Afrika serta Saudara-saudara kita di Amerika Latin. Saya kira bahwa hanya kita, yang langsung terlibat di dalamnya, dapat menduganya. Ketiga ialah kemajuan ilmiah besar, yang semua bergerak di lapangan persenjataan dan peperangan, akan tetapi yang dewasa ini berpindah kelapangan rintangan dan perbatasan ruang angkasa. Siapakah yang dapat meramalkannya ketika itu?
Benar, Piagam kita dapat dirubah. Saya menyadari, bahwa ada prosedure untuk melakukan hal ini dan akan tiba waktunya ini dapat dilakukan. Akan tetapi persoalan ini mendesak. Hal ini mungkin merupakan persoalan mati atau hidup bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Janganlah sampai pandangan legalistik yang picik dapat menghalangi dikerjakannya usaha itu dengan segera.
Adalah sama pentingnya bahwa pembagian kursi dalam Dewan Keamanan dan badan-badan serta lembaga-lembaga lainnya harus dirobah. Dalam hal ini saya tidak berpikir dalam istilah blok-blokan, tetapi saya memikirkan betapa sangat perlunya Piagam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretariat Perserikauan Bangsa-Bangsa, semuanya itu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari dunia kita sekarang ini.
Kami dan Indonesia memandang organisasi ini dengan harapan yang besar, tetapi juga dengan kekhawatiran yang besar. Kami memandangnya dengan harapan besar, karena pernah berfaedah bagi kami dalam perjuangan untuk kehidupan nasional kami. Kami memandanginya dengan harapan besar, karena kami percaya bahwa hanya organisasi semacam inilah dapat memberikan rangka bagi dunia yang sehat dan aman sebagaimana kami rindukan.
Kami memandanginya dengan kekhawatiran besar, karena kami telah mengajukan suatu masalah nasional yang besar, masalah Irian Barat, kehadapan Majelis ini, dan tiada suatu penyelesaian dapat dicapai. Kami memandanginya dengan kekhawatiran, karena Negara-Negara Besar di dunia telah memasukkan permainan Perang Dingin mereka yang berbahaya itu ke dalam ruangan-ruangannya.
Kami memandanginya, dengan kekhawatiran, kalau-kalau Majelis ini akan menemui kegagalan dan akan mengikuti jejak organisasi yang digantikannya, dan dengan demikian melenyapnya dari pandangan mata ummat manusia suatu gambaran daripada suatu masa depan yang aman dan bersatu.
Marilah kita hadapi kenyataan bahwa Qrganisasi ini, dengan cara-cara yang dipergunakannya sekarang in dan dalam bentuknya sekarang, adalah suatu hasil sistem Negara Barat. Maafkan saya, tetapi saya tidak dapat menjunjung tinggi sistem itu. Bahkan saya tidak dapat memandanginya dengan rasa kasih, meskipun saya sangat menghargainya.
Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu, dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya. Dua kali didalam masa hidup saya sendiri sistim Negara Barat itu telah merobek-robek dirinya sendiri dan pernah hampir saja menghancurkan dunia dalam suatu bentrokan yang sengit.
Herankah Tuan-tuan, bahwa banyak diantara kami memandang Organisasi yang juga merupakan hasil sistim Negara Barat itu dengan penuh pertanyaan? Janganlah Tuan-tuan salah mengerti. Kami menghormati dan mengagumi sistim telah diilhami oleh kata-kata Lincoln dan Lenin, oleh perbuatan-perbuatan Washington dan oleh perbuatan-perbuatan Garibaldi. Bahkan, mungkin, kami melihat dengan iri hati kepada beberapa diantara hasil-hasil fisik yang dicapai oleh Barat. Tetapi kami bertekad bahwa bangsa-bangsa kami, dan dunia sebagai keseluruhan, tidak akan menjadi permainan dari satu bagian kecil dari dunia.
Kami tidak berusaha mempertahankan dunia yang kami kenal, kami berusaha membangun suatu dunia yang baru, yang lebih baik!
Kami berusaha membangun suatu dunia yang sehat dan aman.
Kami berusaha membangun suatu dunia, di mana setiap orang dapat hidup dalam suasana damai.
Kami berusaha membangun suatu dunia, di mana terdapat keadilan dan kemakmuran untuk semua orang.
Kami berusaha membangun suatu dunia, di mana kemanusiaan dapat mencapai kejayaannya yang penuh.
Telah dikatakan bahwa kita hidup di tengah-tengah suatu Revolusi Harapan Yang Meningkat. Ini tidak benar! Kita hidup di tengah-tengah Revolusi Tuntutan Yang Meningkat. Mereka yang dahulunya tanpa kemerdekaan, kini menuntut kemerdekaan. Mereka yang dahulunya tanpa suara, kini menuntut, agar suaranya di dengar.
Mereka yang dahulunya kelaparan, kini menuntut beras, banyak-banyak dan setiap hari. Mereka yang dahulunya buta huruf, kini menuntut pendidikan.
Seluruh dunia ini merupakan suatu sumber-sumber tenaga Revolusi yang besar, suatu gudang mesiu revolusioner yang besar.
Tidak kurang dari tiga-perempat ummat manusia terlibat di dalam Revolusi Tuntutan Yang Meningkat, dan inï adalah Revolusi Maha hebat sejak manusia untuk pertama kalinya berjalan dengan tegak disuatu dunia yang murni dan menyenangkan.
Berhasil atau gagalnya Organisasi ini akan dinilai dari hubungannya dengan Revolusi Tuntutan Yang Meningkat itu. Generasi-generasi yang akan datang akan memuji atau mengutuk kita atas jawaban kita terhadap tantangan ini.
Kita tidak berani gagal. Kita tidak berani membelakangi sejarah. Jika kita berani, kita sungguh tidak akan tertolong lagi. Bangsa saya bertekad tidak akan gagal. Saya tidak berbicara kepada Tuan-tuan karena lemah, saya berbicara karena kuat. Saya sampaikan kepada Tuan-tuan dalam dari sembilan puluhdua juta rakyat dan saya sampaikan kepada Tuan-tuan tuntutan bangsa itu. Kita mempunyai kesempatan untuk bersama-sama membangun suatu dunia yang lebih baik, suatu dunia yang lebih aman. Kesempatan ini mungkin tidak akan ada lagi. Maka peganglah, genggamlah kuat-kuat, dan pergunakanlah kesempatan itu.
Tidak seorangpun yang mempunyai kemauan baik dan kepribadian, akan menolak harapan-harapan dan keyakinan-keyakinan yang telah saya kemukakan atas nama bangsa saya, dan sesungguhnya atas nama seluruh ummat manusia. Maka marilah kita berusaha, sekarang juga dengan tidak menunda lagi, mewujudkan harapan-harapan itu menjadi kenyataan.
Sebagai suatu langkah yang praktis kearah ini, maka merupakan kehormatan dan tugas bagi saya untuk menyampaikan suatu Rancangan Resolusi kepada Majelis Umum ini.
Atas nama Delegasi-Delegasi Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, saya sampaikan dengan ini resolusi sebagai berikut:
“MAJELIS UMUM;
“MERASA SANGAT CEMAS berkenaan dengan memburuknya hubungan-hubungan internasional akhir-akhir ini, yang mengancam dunia dengan konsekuensi-konsekuensi berat; “MENYADARI harapan besar dari dunia ini bahwa Majelis ini akan membantu dalam menolong mempersiapkan jalan kearah keredaan ketegangan dunia;
“MENYADARI tanggung jawab yang berat dan mendesak yang terletak di atas bahu Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengambil inisiatif dalam usaha-usaha yang dapat membantu; “Minta sebagai langkah pertama yang mendesak, agar Presiden Amerika Seríkat dan Ketua Dewan Menteri Republik-Republik Sovyet Sosialis memulai kembali kontak-kontak mereka yang telah terputus baru-baru ini, sehingga kesediaan yang telah mereka nyatakan untuk mencari dengan perundingan-perundingan pemecahan masalah-masalah yang terkatung-katung dapat dilaksanakan secara progresif”.
Tuan Ketua, perkenankanlah saya memohon, atas nama Delegasi-Delegasi kelima negara tersebut di atas, supaya resolusi ini mendapat pertimbangan Tuan yang segera. Sepucuk surat dengan maksud itu, ditandatangani oleh para Ketua Delegasi-Delegasi dari Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, telah disampaikan kepada Sekretariat.
Saya sampaikan Rancangan Resolusi ini atas nama kelima Delegasi itu dan atas nama jutaan rakyat yang hidup di negara-negara itu.
Menerima Resolusi ini merupakan suatu langkah yang mungkin dan langsung dapat diselenggarakan. Maka hendaknya Majelis Umum ini menerima Resolusi ini secepat-cepatnya. Marilah kita mengambil langkah praktis itu kearah peredaan ketegangan dunia yang membahayakan. Marilah kita menerima Resolusi ini dengan suara bulat, sehingga segenap tekanan dari kepentingan dunia dapat dirasakan. Marilah kita mengambil langkah pertama ini, dan marilah kita bertekad untuk melanjutkan kegiatan dan desakan kita sampai tercapainya dunia yang lebih baik dan lebih aman seperti yang kita bayangkan.
Ingatlah apa yang telah terjadi sebelumnya. Ingatlah akan perjuangan dan pengorbanan yang dialami oleh kami, anggota-anggota baru dari Organisasi ini. Ingatlah bahwa usaha keras kita telah disebabkan dan diperpanjang oleh penolakan dasar-dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bertekad agar hal ini tidak akan terjadi lagi.
Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam dunia damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita ummat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa-lampau, sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan diri terhadap masa depan.
Saya memanjatkan doa hendaknya Yang Maha Kuasa memberi Rahmat dan Bimbingan kepada permusyawaratan Majelis ini.
Terima kasih!
Soekarno

Kasal: Masih Banyak Permasalahan Perbatasan Laut yang Berpotensi Konflik


Perkembangan lingkungan strategis dewasa ini terjadi dengan cepat, kompleks dan sulit diprediksi, baik pada tingkat global, regional maupun nasional. Pada tingkat regional, meskipun telah tercapai kesepakatan Asean yang telah dilaksanakan di Bali beberapa waktu yang lalu, namun masih banyak permasalahan terutama masalah perbatasan laut dengan negara-negara tetangga yang belum selesai serta berpotensi menjadi konflik.
Demikian dikatakan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno dalam amanatnya yang dibacakan oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M pada pembukaan Rapat Kerja Teknis Operasi (Rakernisops) Angkatan Laut di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (24/11).
Menurut Kasal, permasalahan keamanan laut juga menjadi isu yang tidak boleh kita kesampingkan. Banyaknya kegiatan ilegal di laut harus dapat kita atasi, sehingga eksistensi TNI Angkatan Laut sebagai penegak kedaulatan dan penjaga keamanan di wilayah perairan yurisdiksi nasional dapat kita laksanakan. “Menyikapi hal tersebut dibutuhkan kesiapsiagaan unsur, kewaspadaan dan peningkatan profesionalisme prajurit TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari komponen utama pertahanan negara.,” katanya.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi, lanjut Kasal, TNI Angkatan Laut melaksanakan penggelaran operasi di wilayah-wilayah perbatasan dalam rangka penegakan kedaulatan dan hukum di laut yurisdiksi nasional. “Berkaitan dengan hal tersebut, kuantitas maupun kualitas pelaksanaan operasi harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan, sebagai implementasi dari tanggung jawab TNI Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan NKRI serta jaminan rasa aman bagi warga negara Indonesia maupun pengguna laut di wilayah perairan Indonesia dari berbagai tindak kekerasan, bahaya navigasi dan pelanggaran hukum,” tandasnya.
Kasal juga mengatakan, forum Rakernisops merupakan wadah diskusi dalam mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga apabila terdapat permasalahan dapat dicarikan jalan pemecahannya. “Kita ketahui bersama bahwa dalam merencanakan kegiatan operasi, harus dapat menjawab perkembangan lingkungan strategis yang berkembang secara dinamis sesuai perkiraan ancaman yang timbul, didukung kesiapan unsur, logistik, serta profesionalisme prajurit yang handal,” katanya.
Kegiatan yang diikuti oleh unsur operasi dari seluruh Satuan, Komando Utama, serta pangkalan Angkatan Laut ini mengangkat tema “Dengan Rakernis Ops Tahun 2011, Kita Dukung Program Gelar Operasi yang Optimal Guna Mewujudkan TNI AL yang Handal dan Disegani”, acara yang resmi dibuka oleh Wakasal Laksamana Madya TNI Marsetio,M.M ini akan dilaksanakan selama dua hari hingga 25 November 2011.
Pada akhir amanatnya Kasal mengharapkan, Rakernisops ini dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang untuk kemajuan TNI Angkatan Laut dalam rangka menghadapi tantangan tugas dimasa mendatang.
Turut hadir menghadiri Pembukaan Rakernisops TNI AL Tahun 2011 tersebut para Asisten Kasal, Para Kepala Dinas di lingkungan Mabesal, para Asisten Operasi Kotama TNI AL, serta para perwira operasi di lingkungan unsur/satker TNI AL.
Tampak Gambar: Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M saat memberikan selamat kepada peserta usai membuka Rapat Kerja Teknis Bidang Operasi TNI AL Tahun 2011 di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (24/11).