Rabu, 08 Februari 2012

RI ikuti dialog "think-tank" bahas resesi dan krisis hutang Uni Eropa


Dialog Tahunan "Think-Tank" negara-negara Uni Eropa membahas resesi dan krisis hutang Uni Eropa. (istimewa)



London (ANTARA News) - Indonesia diwakili oleh Duta Besar (Dubes) RI untuk Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno, duduk dalam satu panel yang membahas resesi dan krisis hutang Uni Eropa dalam acara Dialog Tahunan "Think-Tank", di Brusel, Belgia.

Dialog Tahunan "Think-Tank juga dihadiri oleh Presiden Parlemen Uni Eropa, Martin Schulz, demikian keterangan KBRI Brusel yang diterima ANTARA News London, Rabu.

Menjadi moderator dalam acara debat adalah wartawan senior Reuters, Paul Taylor, yang dihadiri sekitar 400 orang dari berbagai kalangan akademik, media, think-tank, politisi, dan diplomat.

Acara debat yang mendapat sambutan hangat itu digelar kelompok think-tank terkemuka yang berbasis di Brusel yakni Bertelsmann StiftungBruegel, CEPS,Confrontations Europe, the Egmont Institute, EPC,Friends of Europe, IFRI, Madariaga College of Europe Foundation dan the SWP. 

Sementara itu, Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz, mengkritisi kebijakan penanganan krisis hutang Eropa yang tidak memperhitungkan pentingnya pertumbuhan dan investasi serta dinilainya terlalu terkonsentrasi kepada program pengetatan. 

Martin Schulz mengingatkan bahwa integrasi ekonomi di Uni Eropa bukan masalah ekonomi semata tetapi masalah politik, terutama dalam meyakinkan kepada publik bahwa berintegrasi dalam Uni Eropa adalah pilihan yang tepat.

Sementara itu Dubes RI untuk Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno, menyampaikan bahwa Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi dan keuangan yang bahkan lebih parah dari yang dialami oleh Eropa saat ini. 

Pertumbuhan ekonomi mengalami minus 13 persen dan inflasi 77 persen. Indonesia pada waktu itu terpaksa menelan pil pahit "structural adjustment packages". 

Namun demikian, bangsa Indonesia dapat bangkit dalam waktu yang relatif cepat, di mana GDP Indonesia berkembang dari sekitar 100 milyar dollar AS pada 1998 menjadi 1 triliun dollar AS pada 2011. 

Indonesia kini menjadi anggota "1 trillion club" dan diramalkan oleh berbagai pihak ketiga yang netral akan semakin memiliki pengaruh yang semakin besar dalam percaturan global. 

Eropa dengan basis ekonomi negara maju yang lebih kuat dari situasi Indonesia di tahun 1998 kiranya akan dapat mengatasi resesi dan krisis hutang ini, demikian Dubes Arif Havas Oegroseno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar