Rabu, 29 Februari 2012

TNI dan Dampak Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan salah satu perubahan besar yang tak terelakkan di awal abad ke-21 ini. Efek dari pemanasan global saat ini berlangsung secara perlahan, namun semakin cepat dan berpengaruh pada setiap aspek kehidupan. Saat ini mulai bermunculan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa pemanasan global dapat berlangsung dengan laju yang semakin cepat (terakselerasi) dan bukannya secara linier sebagaimana dugaan semula.
Tak satu negarapun dapat menghindarkan diri dari efek pemanasan global, sementara upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mengalami kemandekan akibat lemahnya komitmen negara-negara industri besar yang merupakan penyumbang besar gas rumah kaca. Banyak kalangan meragukan kemampuan dunia untuk mengerem kenaikan produksi gas rumah kaca serta kenaikan temperatur yang diakibatkannya, apalagi untuk dapat membalikkan arah kenaikan temperatur global. Karena itu sudah selayaknya TNI mempersiapkan diri dan melakukan adaptasi guna menghadapi perubahan-perubahan yang diakibatkan pemanasan global, sebagaimana telah dilakukan oleh militer beberapa negara, seperti Amerika Serikat [i]
Pemanasan Global, Apa dan Dampaknya
Sepanjang kurun abad 20, suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18 derajat Celcius, menurut IPCC Report 2007 [ii]. Sebagian besar kenaikan temperatur terjadi pada 50 tahun terakhir abad 20, dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca akibat aktivitas pembakaran energi fosil dan penghancuran hutan oleh umat manusia[iii].
Dampak pemanasan global secara umum adalah:
1. Kenaikan muka air laut
Menurut IPCC Fourth Assessment Report 2007, dalam kurun waktu 1961 -2003 permukaan rata-rata air laut dunia telah mengalami kenaikan sebesar tiga inci (tujuh sentimeter), dimana setengah dari kenaikan itu dicapai antara tahun 1993- 2003. Beberapa model prediksi yang disimulasikan dan dijadikan referensi menunjukkan bahwa kenaikan temperatur air laut mempercepat pencairan lapisan es di kutub utara dan selatan sehingga menyebabkan percepatan kenaikan permukaan air laut. Estimasi kenaikan muka air laut rata-rata diperkirakan mencapai 18-59 sentimeter pada akhir abad ke-21 ini [iv]. Akan tetapi para ahli mengatakan simulasi ini dapat berbeda jauh dengan kejadian sesungguhnya karena masih begitu banyak faktor yang tidak diketahui oleh para ahli yang dapat berpengaruh terhadap mekanisme kenaikan muka air laut ini, sehingga kenaikan muka air laut tetap memiliki potensi untuk berlangsung secara terakselerasi. Riset yang dilakukan terhadap lapisan es di Greenland and Antartika menunjukkan bahwa kemungkinan besar kenaikan muka air laut akan terjadi dua kali lipat dari estimasi tersebut. Kenaikan muka air laut akan mempengaruhi kota-kota di pesisir pantai, terlebih lagi bagi negara-negara kepulauan yang memiliki banyak pulau-pulau seperti Indonesia.
2. Perubahan cuaca dan frekuensi cuaca ekstrim
Pemanasan global menyebabkan perbedaan pola cuaca di seluruh dunia. Selama beberapa tahun ini dunia mengalami peningkatan frekuensi terjadinya cuaca ekstrim yang membawa kerugian material dan korban jiwa.
Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara yang pertama sekali akan merasakan dampak perubahan iklim. Dampak tersebut telah dirasakan yaitu pada 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Angin puting beliung, hujan es, badai, gelombang tinggi dan sebagainya semakin sering terjadi di Indonesia karena faktor iklim yang bertemu dengan efek dari pemanasan global. BMKG menyatakan bahwa hampir 43 persen cuaca sekarang dipengaruhi pemanasan global, selebihnya akibat faktor alam seperti La Nina dan El Nino [v]. Badan Meteorologi dan Geofisika menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia.
3. Kemusnahan spesies dan menurunnya daya dukung kehidupan
Pemanasan global menyebabkan kemusnahan berbagai spesies yang tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih hangat. Akibat global warming, pola hujan menjadi semakin tidak menentu dengan beberapa kawasan mengalami kekeringan panjang sementara kawasan lainnya menerima curah hujan yang melebihi biasanya. Hal ini mengganggu produksi hasil pertanian dan mengancam ketersediaan pangan dan air bersih dunia.
Sebagai penjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa di bidang pertahanan dan keamanan, dampak dari pemanasan global terhadap TNI secara umum dapat dibagi menjadi : (1) Dampak pemanasan global terhadap lingkungan strategis Indonesia dan (2) Dampak pemanasan global terhadap aspek operasional TNI.
Dampak Pemanasan Global terhadap Lingkungan Strategis Indonesia
Global warming telah diprediksi akan menjadi faktor yang dapat melipatgandakan keamanan negara (security threat multiplier) [vi]. Ketersediaan air bersih, pangan dan energi yang semakin sulit akan meningkatkan potensi konflik antar negara (inter-state) maupun di dalam negara itu sendiri ( intra-state conflict) yang akan berdampak secara regional maupun global.
Tekanan untuk melakukan eksploitasi sumber daya demi menjamin kelangsungan hidup negara akan membuat banyak negara semakin kuat dan asertif mempertahankan klaim teritorialnya. Berkurangnya populasi ikan tangkapan akan membuat semakin banyak kapal-kapal negara asing semakin jauh mencari kan hingga ke wilayah laut Indonesia. Sementara itu keterbatasan sumber daya penopang kehidupan manusia seperti makanan dan air bersih serta bencana alam yang diprediksi semakin banyak, akan menimbulkan konflik dan instabilitas, terutama pada negara-negara yang saat ini dilanda kemiskinan. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan semakin banyaknya failed states (negara gagal) dan menimbulkan arus pengungsi ke dan melalui Indonesia dengan segala konsekuensinya.
Akibat kenaikan muka air laut, diperkirakan pada tahun 2030 nanti air laut akan naik di Jakarta dan Pulau Jawa pada umumnya (hingga memasuki daratan) sekitar 15 kilometer[vii]. Begitu pula banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang akan hilang tenggelam. Kondisi-kondisi yang diperkirakan di atas akan menyebabkan semakin kompleksnya tugas yang dihadapi TNI di masa yang akan datang.
Dampak terhadap Aspek Operasional TNI
Karena sebagian besar operasi TNI berlangsung di wilayah NKRI, maka perubahan akibat pemanasan global di Indonesia akan berdampak terhadap aspek operasional TNI. Beberapa dampak yang diperkirakan diantaranya sebagai berikut:
  • Dengan meningkatnya suhu global dan cuaca ekstrim,memberikan tekanan (stress) baik bagi personil maupun perangkat alutsista. Bagi personil, performa fisik di bawah pengaruh suhu panas dan dingin yang ekstrim akan berkurang dibandingkan kondisi normal.
  • Alutsista pun mendapatkan stress lebih besar, yang dapat mempercepat kerusakan komponen, meningkatkan kebutuhan akan perawatan serta biayanya, dan juga mengakibatkan umur penggunaan alutsista semakin pendek. Sebagi contoh, saat akan terjadi badai, rute penerbangan harus dialihkan dan kapal-kapal perlu diberangkatkan dari pangkalan untuk menghindari badai yang datang ke pangkalan.
  • Kondisi cuaca ekstrim dengan fluktuasi temperatur udara dan kelembaban akan berpengaruh terhadap umur simpan amunisi. Berbagai perangkat dan fasilitas tambahan mungkin perlu dipersiapkan, begitu pula perubahan prosedur perlu dilakukan untuk menjaga agar umur simpan amunisi dapat dipertahankan sepanjang mungkin.
  • Semakin seringnya cuaca ekstrim dalam berbagai bentuk , seperti angin puting beliung, hujan es, badai, gelombang tinggi akan berpengaruh terhadap jalannya operasi di matra darat, laut dan udara. Sementara itu TNI dituntut untuk selalu dapat menjalankan tugas dalam kondisi apapun. Karenanya di masa yang akan datang TNI dituntut untuk beradaptasi, membiasakan diri dengan kondisi ekstrim agar dapat menjalankan operasi semaksimal mungkin di bawah kondisi cuaca dan medan yang tidak bersahabat, bahkan mungkin dalam kondisi cuaca dan medan dimana saat ini dinyatakan sebagai off-limit bagi operasi militer.
  • Adaptasi tersebut dilakukan melalui adaptasi dari berbagai aspek yang membangun kapabilitas, seperti segi diklat, peralatan, personil, taktik, informasi, organisasi dan logistik (TEPIDOIL = Training - Equipment - Personnel - Infrastructure - Doctrine - Organisation - Information - Logistics). Sebagai contoh, tingginya gelombang laut dapat membuat penggunaan kapal patroli ukuran tertentu sangat beresiko dari segi keselamatan dan karenanya membutuhkan kapal yang berukuran lebih besar dan awak yang berpengalaman melakukan operasi dalam sea stateyang tidak bersahabat. Operasi-operasi tertentu dengan pesawat berawak pada kondisi cuaca yang membahayakan dapat digantikan dengan pesawat nir awak. Sulitnya pengamatan pada musuh di bawah cuaca gelap berkabut dapat dibantu dengan perangkat opto-elektronik berbasis thermal imaging.
  • Kenaikan suhu udara akan menyebabkan percepatan siklus hidup vektor yang membawa penyakit bagi manusia, seperti nyamuk dan serangga lainnya. Hal ini akan mempermudah penularan dan penyebaran penyakit-penyakit berbahaya, seperti demam berdarah dan malaria (yang selama ini menjadi musuh abadi anggota TNI di berbagai daerah seperti Papua dan Maluku), diare, berbagai penyakit kulit, dan lain-lain. Meningkatnya suhu udara global akan menyebabkan tersebarnya penyakit-penyakit tersebut ke berbagai daerah yang sebelumnya jarang dijangkiti. Perpindahan manusia secara masal akibat efek pemanasan global seperti kekeringan, juga akan menyebabkan tersebarnya penyakit-penyakit baru di suatu wilayah. Potensi epidemi penyakit yang berbahaya di masa yang akan datang dapat menimbulkan krisis yang mengganggu stabilitas suatu negara sehingga membutuhkan keikutsertaan militer untuk menanganinya. Sebagai contoh, militer Angola menutup rapat perbatasannya dengan Republik Demokratik Kongo saat terjadi wabah Ebola di Kongo pada tahun 2009 lalu.
  • Penanggulangan bencana. Semakin maraknya bencana alam yang dipicu oleh pemanasan global, seperti badai tropis, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan sebagainya membutuhkan penanganan yang semakin cepat dan terkoordinasi. Sesuai dengan UU TNI, selain mengamankan negara dari ancaman yang datang dari luar, TNI juga bertugas membantu penanggulangan bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, serta pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) dan lain-lain melalui Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dalam penanganan bencana-bencana ini, TNI perlu memperkuat kemampuan dan koordinasi dengan pihak lainnya tanpa melupakan agenda penguatan kompetensi dalam Operasi Militer untuk Perang.
  • Penempatan dan pembangunan fasilitas dengan memperhitungkan efek dari pemanasan global. Penempatan pangkalan dan fasilitas lainnya merupakan hasil pemikiran strategis, membutuhkan biaya yang sangat besar dan dibangun agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu penempatan fasilitas semacam ini perlu mempertimbangkan efek dari pemanasan global yang akan menjadi semakin kuat di dekade-dekade mendatang. Terjadinya cuaca ekstrim dapat menurunkan kesiapan fungsi pangkalan tersebut atau menjadikannya tidak dapat berfungsi sama sekali. Sebagai contoh, badai Andrew (1992) menimbulkan kerusakan sangat parah pada pangkalan udara Homestead di Florida sehingga tidak pernah dibuka kembali, begitu pula di tahun 2004 badai Ivan merusakkan stasiun cuaca US Navy di Pensacola sehingga tidak dapat berfungsi selama hampir satu tahun. Pangkalan AS di Samudera India, Diego Garcia, terletak di gugusan atol yang seluruhnya berada dalam ketinggian beberapa kaki dari muka air laut, sehingga kenaikan muka air laut akan menyebabkan ancaman bagi fungsi dan keberadaan pangkalan tersebut.
Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai pembahasan menyeluruh akan pengaruh pemanasan global terhadap TNI, akan tetapi lebih dimaksudkan sebagai stimulan bagi diskusi dan pembahasan lebih lanjut. Perubahan akibat pemanasan global datang dengan semakin cepat dan mempengaruhi siapa saja di bumi tanpa kecuali. Semoga para taruna yang kelak akan menjadi pemimpin TNI di masa yang akan datang dapat menyadari dan mengantisipasi tantangan ini.



[i] “Pentagon to rank global warming as destabilising force, US defence review says military planners should factor climate change into long-term strategy”, Guardian.co.uk, 31 January 2010
[ii] 2007 Fourth Assessment Report by the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 2007
[iii] "Understanding and Responding to Climate Change", United States National Academy of Sciences, 2008
[iv] 2007 Fourth Assessment Report by the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 2007
[v] “Pemanasan Global Pengaruhi 43 Persen Cuaca”, Media Indonesia, 14 Maret 2011
[vi] National Security and Threat of Climate Change, The CNA Corporation, 2007
[vii] “Indonesia Kehilangan 24 pulau” Republika Online, 7 April 2009 

Kendala Pengembangan Latihan Bersama Dengan Cina


Dalam beberapa tahun terakhir, militer Cina aktif menjalin kerjasama militer dengan negara-negara lain yang "tidak seideologi". Satu di antara bentuk kerjasama itu adalah latihan militer bersama, di mana materi-materi yang diangkat adalah materi-materi yang bersifat ringan seperti latihan SAR dan HADR. Sebaliknya, Beijing sebisa mungkin menghindari materi-materi latihan yang bersifat keras seperti latihan tempur yang melibatkan manuver lapangan unsur laut, udara dan atau darat.
Dari berbagai latihan militer bersama yang dijalin oleh beberapa negara dengan Cina, boleh dikatakan sebagian besar latihan itu dilaksanakan di wilayah Cina. Sebaliknya, Beijing hingga sekarang tidak mau melepas personel militernya untuk melaksanakan latihan di negara mitra. Singkatnya, Cina hanya mau menjadi tuan rumah latihan dan tak mau menjadi tamu di negara lain.
Boleh jadi hal itu terjadi karena Beijing ingin memproteksi personel militernya dari "pengaruh asing" lewat interaksi dengan personel militer asing di negara lain. Dibandingkan dengan negara-negara lain, personel militer Cina diikat oleh peraturan yang sangat kaku dalam hal interaksi dengan personel militer negara lain. Jangankan di luar negeri, untuk interaksi dengan perwira asing yang tengah menempuh pendidikan atau kursus di lembaga pendidikan militer Cina pun, para perwira militer Cina sangat dibatasi.
Kalau demikian adanya, hal ini akan menjadi kendala dalam meningkatkan intensitas latihan dengan negara-negara lain. Sebab interaksi antar personel militer khususnya perwira selain untuk membangun profesionalisme, pula bertujuan untuk menciptakan hubungan antar personel yang lebih baik. Sehingga ketika suatu saat para perwira ini menjadi flag officer dan menduduki jabatan strategis di organisasi militer masing-masing, komunikasi akan lebih cair.

Menguping Militer Negara Lain


Salah satu fungsi intelijen militer, termasuk intelijen Angkatan Laut, adalah untuk mengetahui informasi terkini militer negara lain dan membuat prediksi arah ke depan dari perkembangan tersebut. Untuk mengetahui informasi tersebut, beragam cara dan metode ditempuh termasuk di dalamnya melalui kegiatan mendengarkan komunikasi militer negara lain. Kegiatan ini lebih dikenal sebagai eavesdropping yang merupakan bagian dari SIGINT. Hingga sekarang SIGINT merupakan kegiatan rutin militer negara-negara yang merasa perlu mengetahui informasi termutakhir mengenai keadaan militer negara-negara lain.
Indonesia adalah sasaran eavesdropping militer beberapa negara di sekitarnya. Selain Amerika Serikat sebagai kekuatan militer utama di kawasan Asia Pasifik, Australia dan Singapura adalah dua negara lain yang rajin mendengarkan komunikasi militer Indonesia. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan militer Indonesia sendiri, apakah juga rajin mendengarkan komunikasi militer negara-negara lain di sekitarnya? Sudah jelas organisasi mana di dalam militer Indonesia yang berwenang dan bertanggungjawab soal eavesdropping tersebut.
Terkait dengan Angkatan Laut negeri ini, ke depan pekerjaan menguping hendaknya menjadi salah satu tugas rutin yang tidak boleh dianggap rutinitas belaka seiring dengan akan adanya validasi organisasi intelijen Angkatan Laut.

Tantangan Intelijen Angkatan Laut


Berbagai tantangan kini terus dihadapi oleh intelijen Angkatan Laut negeri ini. Satu di antaranya adalah tantangan memberikan "asupan" intelijen yang sesuai dengan kebutuhan unsur operasional di lapangan. Selama ini harus diakui bahwa dalam operasi Angkatan Laut yang bersifat kompleks, penyusunan ADO dalam RO lebih bersifat pre-memori. Dengan kata lain, apa yang tercantum dalam ADO tidak mencerminkan suasana atau kondisi lapangan sesungguhnya.
Semua itu dilatarbelakangi tidak adanya unsur intelijen yang mampu memasok informasi yang timely and accurate mengenai situasi terakhir di lapangan. Intelijen tidak mempunyai perangkat untuk mengumpulkan informasi tersebut. Baik HUMINT, IMINT, ELINT, SIGINT dan sebagainya. Atau kadangkala informasi hanya datang dari satu sumber saja yaitu HUMINT tanpa bisa dikonfirmasikan dengan IMINT atau ELINT.
Pengumpulan data intelijen masa kini harus menyeimbangkan antara HUMINT dengan unsur-unsur lainnya. Kondisi seperti inilah yang menjadi tantangan bagi intelijen kekuatan laut Indonesia. Sebagai contoh adalah operasi di perairan Somalia guna membebaskan MV Sinar Kudus dari tangan para bajak laut Somalia hampir setahun silam. Dalam operasi seperti itu, suka atau tak suka operasi akan bertumpu pada pasokan informasi intelijen yang terus menerus. Ketika hampir mustahil mengandalkan HUMINT, maka pasokan informasi intelijen akan bertumpu pada IMINT dan ELINT.
Foto-foto satelit yang menunjukkan posisi kamp para bajak laut di pantai dan posisi kapal-kapal yang dibajak yang lego jangkar di sekitar pantai adalah alat bantu untuk menyusun RO yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Perkembangan dinamis di lapangan membuat RO awal yang disusun ketika bertolak dari Indonesia harus mengalami perubahan, terlebih lagi dapat dipastikan ADO pada RO awal bersifat pre-memori saja. Untung saja ada negara lain yang berbaik hati dengan Indonesia sehingga kekuatan laut Indonesia dapat memperoleh foto IMINT terakhir soal posisi para bajak laut dan kapal yang dibajak.
Ke depan, perlu diperbaiki kemampuan soal ini termasuk IMINT. Salah satu alternatif yang tersedia adalah membeli citra-citra satelit dari pihak swasta yang menyediakan jasa ini. Untuk itu, intelijen Angkatan Laut dituntut untuk melatih sumberdaya manusia sehingga mahir dalam membaca dan menafsirkan citra intelijen.

Melepas Ketergantungan Dari Amerika Serikat?


Setelah "kenyang" diembargo oleh Amerika Serikat, Indonesia memutuskan untuk mengurangi ketergantungan sistem senjata dari Om Sam. Untuk itu selain Rusia dan Cina, beberapa negara Eropa Barat dan Asia menjadi sasaran Jakarta guna mendapatkan sistem senjata yang tak kalah andal dibandingkan buatan Amerika Serikat. Cuma perlu diperhatikan dengan seksama apakah betul Jakarta bisa melepas ketergantungan sistem senjata dari Washington dengan kebijakan itu?
Kalau sistem senjata yang diboyong Jakarta berasal dari Moskow dan Beijing dan semua teknologi dalam sistem senjata itu murni hasil pengembangan dari negeri Kamerad Medvedev dan Kamerad Hu Jin Tao, ketergantungan itu bisa diputus. Namun ketergantungan itu tetap ada ketika Jakarta berpaling ke Paris dan Seoul misalnya.
Sebagai contoh, ketika Jakarta mau membeli sistem senjata tertentu buatan Seoul, ternyata di dalamnya ada komponen buatan Washington. Oleh Amerika Serikat, Indonesia diminta menandatangani End User Certificateyang disodorkan oleh Uwak Sam. Bila tidak, sistem senjata yang akan dikirim dari Seoul beberapa akan kosong melompong karena ada sub komponen buatan Amerika Serikat. Kasus ini mirip dengan pengadaan rudal Exocet MM-40 buat Angkatan Laut Indonesia beberapa tahun lewat.

Pengembangan Pangkalan Angkatan Laut Di Papua


Dalam pembangunan kekuatan Angkatan Laut negeri ini sekarang, salah satu programnya adalah pengembangan pangkalan Angkatan Laut di Papua, tepatnya di Sorong. Pengembangan pangkalan tersebut terkait erat dengan rencana pembentukan tiga Armada di mana Armada Timur akan berbasis di wilayah kepala burung itu. Terkait dengan pengembangan pangkalan itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan sejak dini.
Pengembangan pangkalan Armada Timur di Sorong berarti bahwa mesin perang Armada Timur akan bermarkas di sana. Artinya, pangkalan di Sorong akan dihuni oleh ribuan personel Angkatan Laut beserta keluarga mereka. Belajar dari tidak berjalannya konsep pangkalan di Teluk Ratai yang telah dirancang sejak 1965, kesalahan yang sama harus dihindari untuk pangkalan baru di wilayah ujung timur Indonesia itu.
Kesalahan yang dimaksud adalah keengganan untuk menghuni pangkalan yang terletak di kawasan yang tidak dapat digolongkan sebagai sebuah kawasan yang sudah dengan beragam fasilitas yang tersedia. Apalagi pengembangan pangkalan ini berlokasi di Sorong yang berada di wilayah Indonesia Timur dan sebaliknya tidak terletak di Pulau Jawa yang sudah mapan dengan berbagai fasilitas yang ada. Jangan sampai pangkalan yang dibangun dan akan terwujud sekitar 10 tahun dari sekarang malah akan kembali bernasib seperti Teluk Ratai di masa lalu.

Lanud Supadio Tunggu Kedatangan Pesawat Tanpa Awak


29 Februari 2012, Pontianak: Pangkalan Udara TNI AU Supadio Pontianak masih menunggu kedatangan pesawat tanpa awak yang rencananya memperkuat pertahanan keamanan wilayah udara di kawasan perbatasan Indonesia.

"Sekarang hanya tinggal menunggu kabar pengiriman dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Supadio Kol (Pnb) Kustono di Pontianak, Rabu.

Menurut dia, Lanud Supadio sifatnya hanya sebagai daerah penempatan dari pemerintah pusat atas pesawat itu.

"Sekarang, untuk kantor dan hanggar pesawat tanpa awak itu sudah siap," kata dia.

Personel yang menangani pesawat tanpa awak tersebut, katanya, saat ini juga telah dipersiapkan di Mabes TNI AU.

"Saat ini pun kami juga sedang mempersiapkan diri untuk itu," katanya.

Pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis untuk mempertahankan kedaulatan NKRI karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Selain itu, pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai dan dilengkapi dengan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.

Ia menjelaskan, keberadaan pesawat tanpa awak selain untuk memperkuat pertahanan NKRI di matra udara juga bisa berfungsi sebagai pendeteksi berbagai kegiatan ilegal dalam patroli perbatasan, baik laut maupun udara.

Selain itu, katanya, juga bisa berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan yang marak di wilayah Kalimantan dan pulau lainnya.

Rencana TNI AU menambah satu skadron berupa pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio Pontianak untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalbar sudah dilakukan sejak 2010.

Status Lanud Supadio Pontianak akan ditingkatkan menjadi Kelas A atau Bintang 1. Salah satu syarat minimalnya mempunyai dua skadron. Saat ini Lanud Supadio menjadi pangkalan Skadron Udara I Elang Khatulistiwa. Pesawat yang digunakan jenis Hawk. 

Sumber: ANTARA News

Mahfudz Siddiq Mengapresiasi Terobosan Menhan atas Kerjasama RI - China untuk Produksi & Pengembangan Rudal C-705


29 Februari 2012, Jakarta: Ketua komisi I DPR-RI, Mahfudz Siddiq memberikan apresiasinya yang besar kepada Menhan Purnomo Yusgiantoro atas terobosannya menjalin kerjasama militer dengan negara tirai bambu RRC dalam produksi dan pengembangan peluru kendali atau Rudal C-705 yang memiliki kemampuan lintas cakrawala ( over the horizon) yang saat ini menjadi bagian dari sistem persenjataan utama negara China.

Apresiasi tersebut disampaikan Mahfudz terkait telah di tandatanganinya kesepakatan dengan China yang diwakili oleh Jendral Liang Guanglie untuk proses Transfer of Technology ( TOT ) antara China dan Indonesia pekan lalu. Dengan kesepakatan tersebut dimungkinkan bagi Indonesia untuk memproduksi dan mengembangkan rudal C-705 tersebut di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan visi dan misi pertahanan negara kita yang tertuang dalam MEF dalam rangka menuju kemandirian alutsista.

Banyak benefit yang kita peroleh dalam kerjasama ini, diantaranya sebagai tahapan lanjutan dari penguasaan teknologi rudal yang sudah dirintis dengan pengembangan roket FFAR dan R-Han, kemudian Indonesia mendapatkan limpahan teknologi (Technology Spilover) yang selama ini dikunci rapat oleh beberapa negara penguasa teknologi rudal seperti teknologi telemetri, propulsi, tracking dan guidance, di samping itu rudal C-705 ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi rudal balistik.

" Saat ini rudal memang menjadi bagian dari persenjataan utama sebuah negara besar karena memiliki daya jangkau yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung pertahanan lawan dengan daya hancur yang besar" terang Mahfudz Siddiq dalam releasenya.

Semoga kerjasama ini dapat menjadi milestone menuju kemandirian alutsista nasional yang mumpuni dan berdaya getar tinggi.

Spanyol Harapkan Peningkatan Kerjasama Pertahanan Antara Indonesia dan Spanyol


29 Pebruari 2012, Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto, Rabu (29/2), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Spanyol untuk Indonesia HE Rafael Conde, di Kantor Kemhan, Jakarta. Kunjungan Dubes Spanyol untuk Indonesia kali ini adalah untuk meningkatkan kerjasama pertahanan kedua negara.

Dijelaskan oleh Dubes Spanyol bahwa Indonesia dan Spanyol sebenarnya sudah menandatangani MoU mengenai kerjasama pertahanan. Spanyol dan Indonesia sudah bekerjasama di bidang industri penerbangaan yaitu pembangunan pesawat-pesawat Cassa di PT DI karena itu Dubes Spanyol menawarkan peningkatan kerjasama dalam bidang industri pertahanan.

Sekjen Kemhan menjelaskan bahwa sejak enam tahun yang lalu kerjasama pertahanan Indonesia dan Spanyol telah dikukuhkan dengan ditandatanganinya MoU dan akhir tahun 2011 lalu Kementerian Pertahanan telah mengirimkan draft kerjasama pertahanan terbaru kepada pemerintah Spanyol. 

Sumber: Kemhan

Satkopaska Koarmatim Unjuk Kemampuan Penghancuran Instalasi Musuh


27 Februari 2012, Surabaya: Sebagai pasukan elit TNI AL, Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim memiliki kemampuan operasi peperangan laut khusus, seperti infiltrasi ke daerah lawan melalui laut dan udara. Konsentrasi kekuatan tersebar di beberapa wilayah strategis, merupakan acaman serius yang harus segera dilumpuhkan dan dihancurkan. Untuk membuka pintu masuk bagi pasukan lain menuju daerah sasaran, Pasukan Katak mendapat tugas menghancurkan instalasi pertahanan musuh yang berada di daerah garis pantai.

Kemampuan itu ditunjukkan pada saat Satkopaska Koarmatim menggelar latihan beberapa waktu lalu. Dengan mengunakan sebuah pesawat angkut militer, satu tim Kopaska Koarmatim yang terdiri dari 7 orang personel melakukan penerjunan (military Free Fall) tidak jauh dari target yang akan di hancurkan. Kondisi medan tempur yang berada di garis pantai itu didominasi hutan dan semak belukar. Hal ini sangat membantu gerak tim Kopaska untuk berlindung dari pengamatan musuh. Tim penghancur ini dipimpin oleh Komandan Tim Mayor Laut (P) Yudo Ponco membentuk Taktik Satuan Kecil (Tactical Small Unit) bergerak senyap mendekati sebuah bangunan berupa gudang senjata dan amunisi milik musuh.


Terdapat sekitar lima orang di dalam bangunan itu. Salah satu diantara mereka sedang berdiri disebuah pos penjagaan dengan senjata lengkap. Sedangkan 4 orang lainnya sedang duduk-duduk sambil berbincang dengan rekan mereka di dalam bangunan utama. Melihat kondisi itu, supaya dapat masuk kedalam instalasi musuh sebelumnya harus melumpuhkan seorang penjaga yang ada diluar. Sniper Kopaska menggunakan senjata M14 kaliber 7,62 mm berhasil melumpuhkan penjaga dari tempat tersembunyi.

Sejurus kemudian tim Kopaska menyerbu ke dalam instalasi musuh dengan melemparkan granat tangan. Suara ledakan granat disusul rentetan tembakan senjata otomatis M4 A-1 dan M60 kaliber 7,62mm yang digunakan Kopaska, mengejutkan 4 orang yang ada di dalam. Kedatangan Pasukan Katak secara tiba-tiba membuat musuh tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti. Dalam waktu singkat, 5 orang musuh dapat dilumpuhkan. Selanjutnya tim Kopaska melakukan demolisi (penghancuran) instalasi gudang senjata dan amunisi musuh kemudian segera melakukan pengundurun.


Pertempuran itu merupakan salah satu rangkaian latihan K-2 Cantoka Senayudha “Gurila” (gunung rimba laut) yang berlangsung sejak tanggal 10 sampai dengan tanggal 29 februari 2012. Latihan K-2 tahun 2012 dibuka oleh Komandan Satkopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandagho, di Mako Kopaska Koarmatim Ujung Surabaya belum lama ini, Jum’at (10/02). Sebanyak 152 personel gabungan Kopaska dan staf terlibat dalam kegiatan tersebut. Sedangkan personel Kopaska yang terlibat sebagai pelaku ada 5 tim, masing-masing tim terdapat 7 orang. Materi yang diterapkan dalam gladi tempur K-2 Kopaska tersebut adalah kemampuan menembak (markmanship), melintasi medan pegunungan (mountainering), landing dan dropping pasukan melalui laut dan udara serta intelijen tempur.

Selain itu, gladi tempur Gurila juga mempelajari materi tentang Ilmu Medan Membaca Peta (IMMP), survival, pengintaian pantai, navigasi laut, Taktik Satuan Kecil (Tsk) serta demolisi. Sebagai puncak latihan K-2 Cantoka Senayudha dilaksanakan gladi tempur gabungan dari beberapa materi latihan yang disebut full mission profile. Latihan K-2 Kopaska diselenggarkan secara rutin 3 kali dalam setahun dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme serta kerja sama tim Kopaska dalam menyelenggarakan peperangan laut khusus.

Sumber: Dispenkoarmatim

Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Pimpin Pasmar-1

Sejumlah prajurit Korps Marinir jajaran Pasmar-1, melakukan manuver kendaraan tempur (ranpur) ketika pendaratan pasukan dan penyapuan ranjau di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Jatim, Selasa (28/2). Kegiatan tersebut bagian dari upacara serah terima jabatan Komandan Pasukan Marinir-1, dari Brigjen TNI (Mar) A Faridz Washington diserahterimakan ke Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara, yang dipimpin oleh Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ed/Spt/12)

28 Februari 2012, Surabaya - Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara akhirnya memimpin Pasmar-1 setelah dilantik dalam upacara serah terima jabatan di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Selasa.

Dalam upacara yang dipimpun Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) M. Alfan Baharudin itu, Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara menggantikan Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington.

Brigjen TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), sedangkan Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington akan menempati pos baru sebagai Kepala Staf Korps Marinir di Jakarta.

Komandan baru itu bukan orang baru di Pasmar-1, sebab putra asli Purwakarta yang lulusan AAL angkatan 28 itu mengawali karir sebagai Danton di Yonbekpal-1 Mar hingga menjadi Komandan Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir.


"Mekanisme pergantian jabatan seperti ini bukan sekadar bermakna prosedural pergantian personel semata, tetapi lebih bermakna substansial, yaitu mendorong semangat pembaharuan dan penyegaran pemikiran yang diorientasikan dan diproyeksikan bagi peningkatan kiprah serta kinerja organisasi," kata Komandan Korps Marinir.

Selain itu, Pasmar-1 sebagai komando pelaksana utama (Kolaktama) Korps Marinir yang mengemban fungsi pembinaan hendaknya semakin mampu mewujudkan kesiapan operasional satuan.

"Tidak saja untuk tugas-tugas operasi militer untuk perang, tetapi juga untuk tugas-tugas operasi militer selain perang, apalagi menghadapi perkembangan situasi ke depan dan rencana validasi organisasi Korps Marinir," katanya.

Menurut dia, Pasmar-1 sebagai cikal bakal Divisi-2 Marinir harus menyiapkan diri dengan terus membina, meningkatkan dan memantapkan identitas serta jatidiri prajurit Korps Marinir yang solid, bermoral, profesional dan dicintai rakyat.

"Prajurit Pasmar-1 harus tetap kreatif dan inovatif, terutama dalam menyiasati keterbatasan anggaran negara dalam hal pemenuhan kebutuhan alat utama sistem senjata, pemeliharaan dan perbaikan, peningkatan profesionalisme prajurit serta peningkatan kesejahteraan prajurit dan keluarganya," katanya.

Upacara itu dihadiri antara lain, Gubernur AAL Laksda TNI Sadiman, Kasgartap III Surabaya Brigjen TNI (Mar) Chaidir P, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, para pejabat TNI/Polri Jawa Timur, Pejabat Teras Korps Marinir serta Sesepuh Korps Marinir.

Sumber: ANTARA Jatim

Tiga Kapal Latih Bela Diri Laut Jepang Berkunjung ke Jakarta

Kapal pengawal Asayuki, Sawayuki dan Hamagiri berkunjung ke Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (28/2). Sekitar 600 anggota pasukan Angkatan Bela diri laut Jepang akan memperdalam persahabatan dan latihan dengan Angkatan Laut RI. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/12)

28 Februari 2012, Jakarta: Angkatan Bela Diri Laut Jepang menganggap kawasan Laut China Selatan perlu diawasi, kata Komandan Kolonel Laut Tomoo Mizukami di Jakarta, Selasa.

"Bagi Jepang isu Laut China Selatan adalah perairan yang perlu diperhatikan atau dijaga," kata Tomoo.

Tomoo mengaku banyak kapal berbendera Jepang yang melalui jalur pelayaran di Laut China Selatan oleh karena itu negara-negara setempat beserta Pasukan Bela Diri Laut Jepang harus menjaganya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tomoo juga sedikit mengkhawatirkan adanya peningkatan teknologi tempur China yang ditakutkan dapat menganggu kestabilan kawasan di Laut China Selatan.

"Saya sendiri komandan kolonel kapal laut, jadi sebetulnya tidak memiliki status untuk menjawab namun karena banyak kapal kami yang lewat perairan tersebut maka tetap harus ada pengawasan," kata Tomoo.

(Foto: MI/GRANDYOS ZAFNA/am)

Sebanyak tiga kapal Pasukan Bela Diri Jepang berjenis "destroyer" --Hamagiri, Sawayuki dan Asayuki-- bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dengan misi pelatihan kepada calon prajurit bela diri Jepang.

Rencana agenda Tomoo di Jakarta adalah melakukan kunjungan kehormatan ke Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) dan Markas Komando Armada RI Kawasan Barat (KOARMABAR) di Jakarta pada 29 Februari.

Selain itu Tomoo juga berencana melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pada beberapa bulan terakhir perompakan di wilayah Selat Singapura meningkat dimana pada 2010 hanya terjadi tiga perompakan namun pada 2011 menjadi 11 pembajakan kapal.

Selain itu pada Oktober 2011 pihak berwenang Malaysia berhasil membebaskan kapal tanker yang dibajak di selat tersebut.

Sebelumnya, menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro perompakan yang dahulunya sering terjadi di Selat Malaka saat ini jadi menurun tajam karena pengetatan penjagaan bersama dari Indonesia, Singapura, Thailand dan Malaysia.

Pengamanan Laut, Indonesia Gandeng Negara Tetangga

Sebagai negara yang luas wilayah lautnya lebih besar daripada daratan, agenda pengamanan laut yang komprehensif dan terpadu merupakan keharusan bagi Indonesia. Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut (Kalakhar Bakorkamla) Laksamana Madya TNI Y Didik Heru Purnomo menyatakan, negara berhak melakukan pengaturan, pengawasan, perlindungan, dan pengelolaan atas laut. “Hal ini bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional di laut,” kata Kalakhar dalam acara Maritime Security Desktop Exercise and Law of The Sea Course di Jakarta, Senin (28/2).

Kalakhar menuturkan, terdapat beberapa isu penting seputar keamanan laut yang menjadi masalah negara-negara maritim dunia. Selain isu pencurian kekayaan dan pencemaran laut, isu keamanan laut dan maritim yang merupakan isu utama di Asia Pasifik seperti bajak laut, human trafficking, terorisme di laut, dan yang berhubungan dengan penyelundupan senjata dan pengrusakan ekosistem.

“Dalam rangka meningkatkan sinergitas dan kerja sama dalam menjalankan tugas baik nasional maupun internasional, kami terus membangun kerja sama dengan lembaga dari berbagai negara,” jelasnya. Kerja sama ini, lanjut Didik, perlu dilakukan karena luas laut Indonesia yang luas yang mencapai 5,8 juta km serta berada pada perlintasan transportasi laut. “Indonesia punya ALKI yang wajib mengakomodasikan kepentingan internasional,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, terdapat 12 pulau Indonesia yang butuh perhatian khusus karena letaknya yang strategis sebagai titik terluar yang berbatasan dengan negara lain.

Sumber: ANTARA News

Pesawat Tanpa Awak Tiba Tahun Ini

Searcher MkII. (Foto: IAI)

28 Februari 2012, Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia menyatakan pembelian dua unit pesawat intai tanpa awak dari Filipina sudah masuk tahap deal. "Tinggal menunggu waktunya. Diharapkan akhir tahun ini sudah datang," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 28 Februari 2012.

Pemerintah berencana mendatangkan dua unit pesawat intai tanpa awak dari Kital Philippine Corp asal Filipina. Dua pesawat yang diklaim menggunakan teknologi gabungan dari beberapa negara itu harus 'ditebus' pemerintah Indonesia seharga US$ 16 juta.

"Itu pesawat baru, delivery pada tahun ini," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2012, lalu.

Menurut dia, pembelian dua unit pesawat intai tanpa awak dari Filipina sebenarnya rencana lama, yakni program 2004 lalu. Pengadaan itu dilatarbelakangi kondisi Indonesia yang hanya mampu meminjam pesawat intai milik negara sahabat.

"Saat itu di dalam negeri belum tersedia, sehingga kami mencari ke beberapa negara, ada Belanda dan Rusia. Akhirnya kami temukan satu kolaborasi di Filipina," ujar Sjafrie.

Realisasi kontrak dengan pihak Filipina baru terlaksana pada 2006 lalu. Pesawat bermesin asal Italia itu diklaim dapat bertahan selama 15 jam dan memiliki daya jelajah sejauh radius 250 kilometer. "Sudah kami uji secara teknis," ucap Sjafrie.

Dia mengatakan keberadaan dua unit pesawat itu memiliki arti penting, terutama dalam kaitannya dengan operasi intelijen, mengingat wilayah Indonesia sangat luas. Selain itu, bisa digunakan untuk kepentingan humanitarian, misalnya mendeteksi cuaca. "Jangan dipikir hanya untuk kepentingan militer. Bisa untuk nonmiliter," kata Sjafrie.

Sumber: TEMPO

Menhan Serahkan RUU Pengesahan Perjanjian Kerjasama Pertahanan Indonesia - Ceko Kepada DPR


Menteri Pertahanan menyampaikan Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Pengesahan Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan kepada Komisi I DPR RI. RUU tersebut diserahkan dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI, Senin (27/2) di DPR RI, Jakata.

Selain menyerahkan RUU tentang Pengesahan Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan, Menhan juga menyerahkan RUU tentang Pengesahan Memorandum Saling Pengertian antara Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Italia tentang Kerjasama Dalam Bidang Peralatan, Logistik dan Industri Pertahanan.

Menhan mewakili Pemerintah menyerahkan kedua RUU tersebut guna mendapatkan persetujuan bersama dan Undang Undang tersebut akan dijadikan dasar hukum dalam setiap pelaksanaan kerjasama di bidang pertahanan antara kedua negara dimaksud.

Menhan dalam sambutannya mengatakan, kerjasama pertahanan dengan Ceko memiliki arti strategis untuk menciptakan perimbangan teknologi militer dan menghindari ketergantungan teknologi pada suatu negara tertentu, sehingga sistem pertahanan Republik Indonesia tidak rentan terhadap embargo dari suatu negara tertentu.

Dengan mengacu pada keinginan untuk meningkatkan kerjasama dalam kegiatan pertahanan negara antara kedua negara berdasarkan prinsip – prinsip persamaan, saling menguntungkan dan penghormatan penuh terhadap kedaulatan, maka di Jakarta pada tanggal 21 November 2006 telah ditandatangani Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan.

Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk menetapkan suatu kerangka kerja guna meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Ceko berdasarkan rasa saling percaya dan untuk tujuan damai.

Lebih lanjut Menhan menjelaskan, ruang lingkup kerjasama meliputi pertukaran informasi dalam pengembangan urusan pertahanan, pertukaran para perwira untuk pendidikan di sekolah-sekolah staf dan pelatihan professional, pertukaran data ilmu pengetahuan dan teknologi, tenaga ahli, pelatih dan bentuk – bentuk kerjasama teknis lainnya sesuai dengan kepentingan pertahanan, kerjasama antara institusi pertahanan meliputi teknologi dan industri pertahanan untuk keuntungan dan kepentingan bersama, termasuk pertukaran teknologi, bantuan teknis, pelatihan dan produksi bersama, dan pertukaran informasi intelijen antara institusi – institusi dan badan – badan terkait.

Secara umum pengesahan Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan akan semakin mempererat hubungan bilateral antara kedua negara.

Menurut Menhan, industri militer Ceko mewarisi keandalan teknologi blok timur yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Kerjasama pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko sejalan dengan Program Reviltalisasi Industri Pertahanan yang mengedepankan penguasaan teknologi militer dan pemberdayaan industri pertahanan.

Hadir mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut antara lain Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto S.IP, M.A., Dirjen Pothan Kemhan Dr. Ir. Pos M. Hutabarat dan sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan. Hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Luar Negeri.

RI-Jerman Kerja Sama Pertahanan

Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin dan Sekretaris Negara Bidang Pertahanan Jerman, Rdiger Wolf menandatangani nota kesepahaman (MOU) kerja sama di bidang pertahanan di Berlin, Jerman, Senin (27/2).

Penandatanganan kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden RI dan Presiden Jerman pada tahun 2011 lalu, yang salah satunya adalah kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan, demikian keterangan Counsellor Pensosbud KBRI Berlin, Ayodhia GL Kalake, Selasa.

Wamenhan RI, Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan penandatangan kerjasama itu bertujuan sebagai kerangka untuk memajukan kerja sama bilateral berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan saling menghormati, kedua pihak.

Selain itu juga disepakat kerja sama di bidang pelatihan, penelitian dan pengembangan, bantuan kemanusian dan penanggulangan bencana, logistik militer dan pelayanan kesehatan serta misi perdamaian.

Wamenhan berharap bahwa kerja sama semacam ini akan dapat meningkatkan mutu SDM Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam membentuk tentara yang profesional dan tangguh, selain juga mendorong modernisasi TNI.

Delegasi Indonesia antara lain Wamenhan, KSAD, Dirjen Strahan, Asops KSAD, Aster KSAD, dan para pejabat dari Kemhan dan Mabes TNI AD dengan didampingi Kuasa Usaha Ad-Interim (KUAI) RI, Diah WM Rubianto dan Atase Pertahanan, Kolonel (Pnb) Fachri Adamy.

Diah WM Rubianto menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia dan Jerman membangun kemitraan strategis. Kelebihan Jerman dalam teknologi, misalkan, hendaknya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk meningkatkan sistem alutsista TNI selain juga peningkatan SDM personel TNI, ujarnya.

Ia juga mengharapkan penandatanganan MOU kerja sama tersebut akan semakin memperkokoh hubungan kedua negara yang memasuki usia 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Jerman pada tahun 2012.

Menurut Diah WM Rubianto, Indonesia dan Jerman telah menetapkan lima bidang kerja sama yang menjadi prioritas kemitraan strategis antara Indonesia dan Jerman, yaitu perdagangan dan investasi, riset dan teknologi, kedokteran, pendidikan dan pertahanan.

Sumber: Kemhan/Jurnas

Komisi I Bahas Ratifikasi Kerjasama Militer dengan Italia

Nasional 104 meter buatan PT PAL dilengkapi senjata antara lain, anti serangan udara, anti kapal selam, anti peperangan permukaan laut, anti peperangan elektronik serta bantuan tembakan kapal. (Foto: Detik/Budi Hartadi)

27 Februari 2012, Senayan: Menhan Purnomo Yusgiantoro mewakili pemerintah menyerahkan draf MoU kerja sama bidang pertahanan dengan Italia dan Cekoslowakia pada DPR, untuk mendapatkan persetujuan dari DPR. Dari draf MoU kerja sama pertahanan dengan ke dua negara itu, meningkat menjadi UU kerja sama pertahanan.

"Ratifikasi kerja sama dengan Italia dan Cekoslowakia ini meliputi, MoU kerja sama dalam bidang peralatan, logistik, dan industri pertahanan, dalam upaya alih teknologi dan pengadaan alutsista," ujar Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam raker di Komisi I DPR, Senin (27/2).

Purnomo mengatakan, beberapa bagian penting dalam kerjasana pertahanan dengan negara Italia dan Cekoslowakia itu di antaranya dalam bentuk-bentuk pengoperasian alat pertahanan, kerja sama dalam bentuk pengalihan perlengkapanan dan peralatan pertahanan, kerja sama di bidang logistik, penelitian serta pengembangan bersama dan produksi bersama alutsista yang menjadi kepentingan kedua belah pihak.

"Termasuk pertukaran informasi dan logistik dan industri pertahanan dan menyelenggarakan seminar bersama mengenai lodistik," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, dalam raker berikutnya dengan Kemenhan, fraksi-fraksi di DPR akan segera menyampaikan pandangannya soal ratifikasi MoU pertahanan dengan kedua negara tersebut.

"Namun, kita harapkan MoU seperti ini tidak perlu ditingkatkan menjadi UU. Sebab, kerja sama dengan Rusia yang hanya dilandasi MoU tidak sampai di tingkatkan menjadi UU, telah terbukti efaktif untuk dapat diimplementasikan," tegasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Kenapa Indonesia Memilih Membeli Tank Leopard

Leopard 2A4 SAF. (Foto: Mindef)

27 Pebruari 2012, Jakarta: Untuk menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia membutuhkan Tank Kelas Berat. Karenanya diperlukan modernisasi alutsista, yang salah satunya dengan memilih pengadaan Tank Leopard. Hal tersebut dikatakan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro pada saat memberikan keterangan pers, Jumat (24/2) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Menhan, menjelaskan terkait penempatan Tank Leopard ini tidak akan ditempatkan di wilayah Papua. Karena menurut Menhan kondisi geografis di Papua tidak memungkinkan untuk dilalui jenis kendaraan tempur Tank Berat. Untuk tahap selanjutnya, Menhan menyampaikan bahwa Indonesia melalui TNI Angkatan Darat berencana akan membangun Batalyon Tank dalam pembangunan kekuatan / modernisasi Angkata Darat.

Menhan Purnomo Yusgiantoro menekankan, Indonesia membutuhkan Tank Berat atau Main Battle Tank (MBT), karena yang dimiliki Indonesia selama ini hanya Tank Ringan atau Light Battle Tank (LBT) seperti Scorpion dan AMX 13.

Menurut Purnomo Tank Leopard merupakan jenis alutsista tank yang memiliki teknologi terbaik saat ini. Ditambahkan Menhan walaupun Tank Leopard berukuran besar, namun tetap dapat melalui lokasi tanpa infrastruktur, termasuk melalui sungai sedalam empat meter.

Pemerintah telah mempersiapkan anggaran pengadaan Tank Kelas Berat, sesuai dengan kebutuhan dari TNI AD. Saat ini kondisi ekonomi Indonesia membaik atau kuat dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5% pada tahun 2011, sehingga moderinisasi TNI di mungkinkan dilakukan.

Kemhan: Leopard Masih Dinegosiasikan

Kementerian Pertahanan menyatakan rencana pembelian sekitar 100 unit "Main Battle Tank" (MBT) jenis "Leopard 2A6" masih dinegosiasikan dengan pihak Belanda.

"Kita masih negosiasikan, belum ada keputusan final," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan, sambil terus melakukan negosiasi Pemerintah Indonesia juga melakukan penjajakan ke beberapa negara lain untuk pengadaan "Leopard", antara lain Jerman.

"Kami juga melakukan langkah-langkah antisipasi dengan mencari alternatif ke beberapa negara," kata Hartind.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan Indonesia membutuhkan main battle tank atau tank berat seperti Leopard yang direncanakan akan dibeli dari Belanda.

"Kami percaya, negara yang kuat harus memiliki sistem pertahanan yang kuat. Di negara maju mana pun, ketika ekonomi membaik, sistem pertahanannya pasti meningkat," katanya.

Rencana pembelian tank Leopard mendapat penolakan tidak saja di dalam negeri tetapi juga di Belanda, sebagai negara penjual.

Di dalam negeri, beberapa anggota Komisi I DPR menolak rencana itu. DPR menilai spesifikasi tank Leopard tak cocok dengan kondisi medan Indonesia. Sejumlah kalangan menilai Leopard tidak cocok untuk kontur geografis Indonesia.

Parlemen Belanda tidak setuju atas rencana Pemerintah Belanda menjual tank ke Indonesia. Alasan yang disebut dalam mosi adalah tentara Indonesia "pernah melanggar HAM di Aceh, Timor Timur, dan Papua Barat."

Atas kontroversi itu tim teknis Kementerian Pertahanan telah berangkat ke Belanda untuk melihat langsung kondisi tank berat dimaksud, kesesuaian harga dan negosiasi secara politik.

Sumber: Kemhan/ANTARA News

Pelatihan Terjun Payung Kostrad Hanya 20 Menit

Sejumlah anggota pasukan Paskhas TNI-AU melompat dari dalam pesawat Hercules milik TNI-AU saat melakukan terjun payung di wilayah Pandan Kab Tapanuli Tengah, di Lanud Polonia Medan, Sumut, Senin (16/1). Sebanyak 36 penerjun dari Paskhas TNI AU menampilkan keahlian terjun payung "Free Fall" yang disaksikan oleh Pangkohanudnas Marsda TNI J.F.P Sitompul dalam rangka memeriahkan HUT Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) ke-50. (Foto: ANTARA/Septianda Perdana/Koz/pd/12)

27 Februari 2012, Medan: Pelatihan terjun payung oleh prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terkendala lokasi yang juga dipakai untuk jalur penerbangan komersil pesawat udara di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor. Akibatnya, latihan terjun payung itu hanya berlangsung sekitar 20 menit.

“Pelatihan hari ini (kemarin) sedikit terganggu karena daerah ini merupakan lintasan penerbangan umum.Jadi,kami hanya diberi waktu 20 menit, tidak sampai setengah jam,” kata Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen TNI Azmyn Yusri (AY) Nasution di sela-sela acara pelatihan terjun payung prajurit Kostrad di Lapangan Cadika Pramuka,Kecamatan Medan Johor,kemarin.

Menurut dia, karena singkatnya waktu, akhirnya pasukan yang dilibatkan hanya menurunkan 36 penerjun yang dibagi dalam dua tim. Tim pertama payung skuad turun sebanyak 18 orang penerjun. Tak berapa lama, tim kedua militer berjumlah sama turun sambil membawa enam bendera dipimpin oleh Serka Saifullah dari Brigif 17 Kostrad.

Seluruh tim berangkat dari Bandara Polonia Medan dengan menggunakan Hercules CH130 yang turun menuju titik terjun berupa garis silang di tengah lapangan. Meski singkat waktu,pihaknya tetap memilih lokasi Lapangan Cadika Pramuka. Sebab jika dilihat dari koordinatnya minim resiko dibandingkan dengan rencana pelatihan terjun payung jika dilakukan di Lapangan Teladan Medan.

“Dengan ketinggian mencapai 6.000 – 8.000 feet.Resikonya lebih sedikit dibandingkan dengan Lapangan Teladan yang resikonya sangat tinggi jadi di Lapangan Cadika sangat rendah,”ujarnya. Wali Kota Medan Rahudman Harahap yang melihat latihan terjun payung itu berterima kasih atas kehadiran Pangkostrad,Letjen TNI AY Nasution dan anak buahnya yang memilih Kota Medan sebagai wilayah latihan terjun payung di Sumut selama enam hari.

“Terima kasih kepada pasukan Kostrad yang sudah memilih Kota Medan sebagai tempat pelatihan terjun payung,” ucap Rahudman. Sementara dengan pengawalan personil TNI AD, ratusan masyarakat Kota Medan sangat antusias melihat pelatihan terjun payung tersebut secara dekat di Lapangan Cadika Pramuka.

Sementara seorang penerjun, Serka Pepen Suryana yang membawa Bendera Merah Putih mengakui tingkat kesulitan di kawasan Kota Medan sama seperti dengan daerah lainnya yang sudah dilaksanakan di Sumatera Utara. Pria yang sudah terjun sebanyak 960 kali ini mengatakan, perbedaan tim terjun payung skuad dengan militer hanya ada pada beban yang dibawa saat akan terjun.

“Lebih berat menjadi tim terjun militer karena membawa beban berat dibandingkan dengan payung skuad yang tidak membawa beban. Jadi kalau untuk tingkat kesulitannya sama saja,” jelas Pepen yang sudah ikut pelatihan terjun sejak berpangkat prajurit satu. Selain terjun payung, Kostrad juga menggelar atraksi pembebasan tawanan yang disekap di dalam rumah oleh 10 teroris bersenjata jenis R5.

Tim penanggulangan teror (gultor) yang berjumlah 20 orang bersenjata lengkap menaiki mobil jenis PJD danBTR langsung menyergap kawanan teroris. Suara tembakan yang dikeluarkan berkali-kali oleh Tim Gultor mampu membebaskan satu tawanan dan melumpuhkan 10 teroris.

Setelah itu, prajurit Kostrad berencana akan menggelar atraksi pembebasan tawanan dengan menaiki Helikopter Bell 142.Namun,dikarenakan crowded atraksi batal dilaksanakan. 

Sumber: SINDO